02 : 峼 (Ho)

509 65 35
                                    

Tak pernah sekalipun ada kejadian yang sebanding dengan kecemasan Tuan Choi saat ini dalam hidupnya. Pria itu terus menerus menghitung setiap detik yang terlewat selepas putrinya tak lagi terlihat di ujung jalan yang sudah tertutup bayangan malam itu, pekat seperti tak memiliki garis batas. Sementara suhu tubuh orang yang masih terbaring lemah diatas pembaringannya kembali stabil, Tuan Choi bisa sedikit bernafas lega untuk nyawanya sendiri sembari menunggu kedatangan orang-orang yang mencari ‌hwangryeon di geumgangsan. Bagaimanapun, ia lebih baik menumpahkan darahnya pada besi panjang yang senantiasa dibawa oleh orang-orang tersebut, dibandingkan dengan harus melihat putrinya kembali sebagai jenazah yang tak utuh.

Deritan lantai kayu terdengar cukup riuh. Bahkan tanpa harus menengok ke belakang pun, Tuan Choi tahu bahwa seseorang tengah mendekat ke arahnya. Bayangannya yang besar karena menutupi semburat cahaya dari lilin yang menyala di sudut ruang, melukiskan siluet Menteri Kim dengan jubah kerjanya yang belum sempat terganti karena buru-buru membawa putranya ke tempat itu. Ia baru saja kembali dari luar setelah membicarakan sesuatu dengan anak buahnya.

"Bagaimana kondisinya?" Tanyanya dengan nada yang lebih bersahabat dibanding beberapa jam lalu.

"Demamnya sudah turun, tapi saya khawatir kalau ini justru adalah fase kritis baginya. Ini sudah hampir tiga jam dan orang-orang yang pergi ke Geumgangsan belum kembali. Tak bisakah anda mengirim lebih banyak orang ke sana?"

"Apa Geun-Woo masih bisa bertahan sampai setidaknya pagi? Aku sedang menyuruh orang-orang ku untuk mencari obatnya di luar, jika seandainya tanaman itu tidak ditemukan di sana."

"Lalu bagaimana dengan…" Tuan Choi menoleh pada orang yang masih berdiri di belakangnya, tak percaya dengan apa yang pria itu katakan. Bagaimana bisa di saat ada nyawa lain yang terancam, pria tersebut malah berkata demikian. Sialnya bahkan kalimat bernada geram dan protes yang ingin ia ucapkan, hanya berakhir pada tiga kata tak berlanjut.

Seharusnya sejak awal Tuan Choi sadar dengan siapa ia berurusan. Seseorang yang hanya peduli pada dirinya sendiri dan orang-orang dalam lingkaran yang ia buat, seharusnya sejak awal ia melarang Ah-Reum untuk pergi.

Pria itu menghela nafasnya cukup panjang. Ada rasa penyesalan yang kian besar dalam hatinya.

"Kita tidak bisa membiarkannya terlalu lama dalam kondisi begini." Ujarnya.

Kim Geun-Sa berjalan pelan ke sisi ranjang dan duduk di sisi putranya. Pria itu hanya memperhatikan wajah anaknya dalam diam. Gurat cemas masih tersisa dalam dirinya, terlihat dengan jelas lewat jatuhan cahaya lilin yang berdiri tegak di atas nakas. Berada pada posisi seperti ini, Geun-Woo semakin terlihat mirip dengan ayahnya. Hanya saja, ada sisi polos dan damai yang tersirat dalam wajah anak itu. Menteri Kim sendiri belum berniat menyiapkan anaknya tersebut untuk turut terjun dalam dunia yang sama yang ia geluti hingga kini. Ia hanya ingin membiarkan Geun-Woo menghabiskan masa mudanya tanpa perlu diganggu. Sering kali, ada rasa takut dalam diri Menteri Kim yang muncul setiap ia mengingat betapa berbedanya ia dengan sang anak. Ia hanya khawatir Geun-Woo tidak bisa menerima jalan yang ayahnya ambil dan memilih untuk berdiri pada jalur yang berbeda dengannya.

"Ku dengar kau pernah bekerja di naeuiwon dan memutuskan keluar dari sana? Aku tak menyangka jika kau malah membuka praktik di tempat terpencil seperti ini." Suara Menteri Kim kembali memutus hening dalam ruangan itu, menanyakan hal teramat umum yang hampir setiap orang sempat tanyakan pada Tuan Choi setiap kali mendengar kisahnya.

Dahulu, ia memang pernah menjabat sebagai kepala balai pengobatan yang juga bertanggung jawab merawat keluarga kerajaan. Sejak muda, waktunya ia habiskan hanya untuk belajar ilmu kedokteran. Klan Choi juga punya reputasi baik di Hansung dan mereka dikenal selalu melahirkan dokter hebat di setiap generasi. Siapa saja yang mendengar kisah tersebut pastinya akan langsung mencap Tuan Choi sebagai pria yang bodoh dan aneh apabila melihat keadaan pria itu sekarang.

Beauty and the Beast / 미녀와 야수 [Joseon Fiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang