Tak ada yang kekal memang, tapi selalu ada ruang untuk yang tetap tinggal. Namun jika memang harus pergi, aku tak akan menyesal.
-Poetess-Happy reading...
Jangan lupa dengerin lagunya ya ^^
Biasakan vomment untuk bentuk saling menghargai. Trims....
"Kenapa rambutmu selalu digerai?"
"Hem, karena aku menyukainya."
"Rambutmu bisa kusut,"
"Biarkan saja."
"Oh apa mungkin kau sengaja agar selalu ku rapi kan?" Adnan tersenyum jahil.
Aku tersenyum tomat, "Tidak juga. Kau ini benar-benar."
"Ya, Yuna. Aku benar-benar mencintaimu."
Selesai sudah percakapanku dengannya. Aku tak ingin mendengar lebih jauh lagi rayuan. Aku bangun dari pangkuan Adnan, merapikan rambut yang sempat berantakan.
Mataku menatap tepat matanya, "Biarkan aku melakukannya sendiri. Kau terlalu berlebihan sampai memperlakukanku seperti anak bayi." aku beranjak hendak mengambil sisir.
"Aku akan melakukannya terus. Jadi biasakanlah." kali ini dirinya berdiri tepat dibelakangku.
Tangannya sudah mengambil alih sisir dari tanganku dan mulai menyisirkannya pada rambutku. Aku merasa spesial.
"Adnan..."
"Hem," jawabnya tak lepas dari mataku.
"Aku tak selamanya begini, tak apa?" mata itu tak lepas menatapku lewat cermin, akupun memperhatikan bibirnya, bibir itu tak pernah digunakan untuk memaki. Tapi aku akan menyakitinya? sungguh tak tahu malu.
"Seperti apapun dirimu nanti, aku selalu disampingmu." jarinya membagi rambutku menjadi tiga bagian dan mulai mengepang.
"Nanti aku akan susah berjalan, rambut memutih, bahkan kerutan dimana-dimana."
"Itu akan membuktikan bahwa betapa lamanya aku bersamamu, hingga mampu melihatmu dihari tua nanti." rangkaian kata memenuhi otak, memilah-milah mana yang akan diucapkan. Satu kata saja salah, akan cukup mengacaukan.
"Adnan, kita belum pernah jalan-jalan. Bagaimana kalau kita pergi? Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu."
"Kau akan selalu bersamaku, Yuna. Dan aku akan selalu bersamamu. Begitulah takdirnya."
Hatiku mencelos mendengarnya, tapi tak akan pernah kutunjukkan kesedihan dihadapannya. Mulai sekarang, hanya bahagia yang akan selalu meliputiku.
Aku mengangguk dan diapun tersenyum. Tangannya menyatukan rambutku menjadi satu. Aku sampai memejamkan mata saat dirinya meletakkan rambutku seluruhnya dipundak kiri, lalu wajahnya perlahan mendekati telingaku dan maju hingga berhenti dipipi.
Bersamaan dengan tangan yang kini sudah berpindah tugas untuk memelukku dari belakang, bibirnya mengecup singkat pipiku.
Tak ada yang kusesali karena sudah mengenalnya, karena dia adalah separuh hatiku yang hilang. Aku bahkan tak pernah berhenti tersenyum saat dirinya melakukan semua. Bagiku, semua nyata. Dia dan kenangan yang akan kami ciptakan adalah nyata. Meski sekarang dirimu hanyalah makhluk fana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Intuition of Love (to me youre real)
ChickLit"Saat nanti kau tak ingat wajahku, suaraku, sifatku atau rasaku, aku memang tersakiti. Namun ketahuilah diatas semua itu ada yang lebih menyakitkan, yaitu saat tak ada ceritaku dalam kenanganmu." - Yuna Ini adalah kisah Yuna yang selalu bertanya p...