HAPPY READING... AUTHOR MALAS EDIT. 😂
.
.
.
Bahkan bersentuhan tangan denganmu saja, mampu membuat kenangan itu muncul. Bahkan jelas. Semuanya berputar bak layar yang menampilkan bayang dan kisahmu.Terkadang aku ingat ketika kita masih saling mengenal dan acapkali berbuat konyol bersama. Kau selalu membuatku marah, dan jika sudah begitu barulah kau datang seperti kucing yang meminta makan pada tuannya. Dan pandanganmu, yang selalu menatap sendu tatkala berdua membuatku sedih, karena sering kali aku impikan. Belaianmu, kata-katamu, aku rindu. Adnan, aku rindu.
Aku menangis dalam diam, tergugu tanpa suara. Menyesali pertemuan yang berujung pada perpisahan. Yang justru tak seberapa sakitnya dibanding hilangnya aku dihatimu. Adnan, dengarkan aku. Aku ingin bertanya : masih adakah aku dihatimu?
“Apa sangat sakit sampai harus menangis begitu?” tanyanya. Adnan menatap mataku.
Kenapa dia bertanya begitu? Tentu saja rasanya sakit. Hanya saja bukan ditangan, tapi dihati. Bukan sakit yang perih, tapi sakit yang hancur. Yang tak tampak juga tak berdarah.
Saat dia bertanya aku masih diam diposisi awal. Tanganku masih dalam sentuhannya. Dengan sebongkah peralatan P3K ditangan.
"Gelang yang indah." Adnan mengalihkan pandangannya pada gelangku. Itu adalah gelang yang membuatnya jauh dariku, gelang yang membuatnya tak bisa mendengar suara hatiku, dan gelang yang membuatnya tak punya alasan selain pergi dari hidupku.
“Maaf, maafkan aku... maaf.” tiba-tiba saja kata itu terucap. Kata yang harus ku akui selalu ingin aku ucapkan padamu. Dan aku sudah tak tahan lagi ingin mengatakannya. Meski aku tahu dia bukan Adnanku dulu, tapi dia masih orang yang sama, meskipun sedikit lebih jauh.
“Hei, kenapa menangis? Kau tidak salah, sudah ya...” Tangisku semakin menjadi tatkala Adnan mengatakan itu. Bukannya diam, tangisku justru semakin kencang.
Aku malu, tapi sudah terlanjur.
Tak lama kemudian Adnan membawaku ke pelukannya, mengusap punggungku untuk menenangkan. Aku tak percaya aku bisa selemah ini. Karena biasanya aku akan mudah marah pada orang yang sudah membuatku sedih, tapi entah kenapa kali ini aku justru menangis. Dan harus ku akui aku rindu pelukannya.
Setelah cukup lama menangis Adnan akhirnya mengajakku untuk pindah ke kursi yang cukup untuk empat orang. Lebih luas dan nyaman dibanding yang tadi.
Adnan bertanya padaku tentang apa yang terjadi, tapi aku menolak. Mana mungkin aku menceritakan semua padanya.
“Jadi, ayo ceritakan masalahmu.” Adnan menggeser duduknya. Tapi aku menjauh dengan menggeser dudukku ke arah lain lalu menyandarkan badan. Menatap langit-langit.
“Bagaimana jika kau lebih dulu.” Jawabku akhirnya yang ditanggapi dengan helaan nafas Adnan.
“Baiklah... jadi darimana aku harus cerita?”
“Dari awal.” Kataku mantap. Sebenarnya sudah lama aku penasaran tentang hidupnya.
Adnan terlihat tengah menimang sesuatu, tapi setelah itu dia mulai bicara. “Tapi setelah ini giliran kau yang harus cerita." aku tersenyum malas.
"Aku laki-laki, dilahirkan secara sehat pada tanggal tujuh Januari tahun 1989.”
Aku menatapnya kesal. Moodku hancur saat mendengar penjelasannya yang menurutku sangat-sangat menyebalkan.Dia tidak tahu apa tidak mengerti?
“Apa?” tanyanya tanpa dosa. Ya tuhan aku kesal.
“Jadi kau tidak mengerti?” ia menggeleng. “Maksudku awal kau mengenal Rendi, mendirikan kafe, atau apapun. Bukan kapan kau lahir yang aku tanyakan!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Intuition of Love (to me youre real)
ChickLit"Saat nanti kau tak ingat wajahku, suaraku, sifatku atau rasaku, aku memang tersakiti. Namun ketahuilah diatas semua itu ada yang lebih menyakitkan, yaitu saat tak ada ceritaku dalam kenanganmu." - Yuna Ini adalah kisah Yuna yang selalu bertanya p...