Part 15 (Tertawa-Menangis)

63 9 2
                                    

Zinan membawa mobilnya dengan kecepatan tinggis menuju pintu gerbang. Tidak ada satpam di posnya. Kemana mereka? Ketika semakin dekat, dia baru menyadari, sebuah tangan mencuat di atas lantai pos tersebut. Zinan membuka gerbang pagar dengan remote.

Dor! Dor! Dor! ....

Hujan peluru mengenai badan mobil kesayangannya. Dia harus menyetir dengan kepala menunduk. Tangannya bergetar hebat. Pemuda itu mengangkat pistol yang diberikan Ferdi ke depan kemudi. Keberaniannya belum cukup kuat untuk membalas tembakan. Seraya menarik napas panjang, Zinan berbelok ke kanan. Tepat di depannya, beberapa orang berbaju hitam segera masuk ke dalam mobil boks putih tersebut.

Kenapa Tante harus membawa semua pengawal hanya untuk ke Paris? batin Zinan kesal.

Mobil Ferdi sekarang berada di samping Zinan. Tembakan Ferdi dan istrinyalah yang membuat para manusia brengsek di hadapan mereka langsung mengemasi diri masuk ke mobil. Mereka melarikan diri. Mungkin kaget karena penghuni rumah yang diteror bisa mengejar mereka keluar. Pintu belakang mobil boks tersebut terbuka, memperlihatkan seorang pria yang berdiri di belakang...

"F*#$!" umpat Zinan sambil melambatkan mobilnya.

Pria-pria di mobil boks tersebut mengarahkan AK 47 kepada mereka. Zinan berpikir bahwa tidak mungkin keberuntungan akan berjalan terus baginya. Dia harus mundur. Berbeda dengan Ferdi, yang malah mempercepat laju mobilnya. Mengeluarkan kepalanya dari mobil dan memfokuskan senjatanya ke depan. Sebuah ledakan yang berasal dari dalam rumah, membuat mereka semua berhenti menembak untuk sesaat.

Dor! Dor!

Pria berseragam hitam tersebut langsung terkapar tak bergerak oleh tembakan Ferdi. Namun sahabatnya dengan cepat langsung maju ke depan dan... sebuah hantaman peluru menumbangkan Ferdi. Pria tua itu menjuntai di jendela, tidak bergerak. Pria di dalam mobil boks mulai mengarahkan senjatanya ke Rika yang panik mengendalikan mobil karena melihat suaminya yang terluka. Beberapa tembakan kembali bergaung. Mobil Ferdi tidak terkendali dan berhenti. Zinan ikut berhenti di samping mobil mereka. Rika tertelungkup di atas stir. Sedangkan Ferdi masih tergantung di jendela.

Zinan tidak merasakan mual lagi. Lebih dari itu, dia merasa jantungnya sakit sekali. Dadanya menyempit. Tenggorokannya seperti menahan sesuatu. Dua orang pelindung di dalam hidupnya telah meninggal dengan cara yang menggenaskan di depan matanya. Zinan terisak di depan stir mobilnya. Menelungkupkan kepalanya dalam-dalam. Kenapa bisa seperti ini?

Salah satu mobil boks tersebut berjalan mundur dan kini tepat mengarah ke hadapan Zinan. Pemuda itu tidak melihatnya. Dia masih menangis. Pintu belakang mobil boks putih itu kembali terbuka. Seseorang mengarahkan senjatanya ke arah Zinan. Pemuda itu mengangkat kepalanya. Tidak berusaha kabur. Hanya menatap ke depan dengan pasrah. Dia menutup matanya. Toh kegelapan akan tetap menghampirinya. Biarkan dia lebih dulu memulainya. Setelah beberapa detik, Zinan mendengar kedua mobil tersebut menjauh. Mereka tidak jadi menembaknya, malah sekarang berlalu pergi menuju ke arah gerbang rumah.

Apa yang terjadi?! batin Zinan, kebingungan.

*****

Adrian mengambil sebuah apel hijau yang tergeletak di atas lantai. Menggosokannya ke baju agar sedikit terbebas dari debu yang memang sudah menyelimuti seisi rumah. Melanjutkan berjalan ke lantai dua sambil menggigiti buah tersebut yang ternyata masih asam. Dia lapar.

Rumah warisan ayahnya terasa sangat pengap hari ini. Perabotan berjatuhan, dinding retak, dan beberapa jendela pecah. Dan tentunya ada setumpukan mayat di lantai bawah yang bisa semakin menurunkan mood siapa saja.

the secret life of AdrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang