Sebelas

190 20 5
                                    


Ditha Pov

"Udah gue bilang kita harus pulang Dit, entar lo sakit."

"Gue nggak mau."

"Lo mau ngerjain gue yah?"

Entah kenapa aku begitu menyukai hujan. Mungkin banyak kenangan disaat hujan jadi gue nggak cinta banget sama hujan.

Christo yang sedari tadi melarangku juga tidak aku hiraukan.

Tapi karena aku tidak menghiraukannya, Christo malah menggelitikiku.

"Ampun to, ampun."

"Ini hukuman buat lo ngapain lo nggak nurut."

"Iya iya gue pulang kok, tapi lepasih gue."

Sapa juga yang nggak minta ampun kalo dikelitikin?

Tapi rasanya aku mau mengerjain Christo, ku putuskan untuk berlari lagi.

Tapi saat aku berbalik ingin berlari, Tiba-tiba tangan Christo mengentikan langkahku.

Aku pikir dia akan marah padaku tapi nyata tidak.

Tidak ku sangka Christo memelukku dari belakang.

"Oh tuhan tolong anakmu ini."

Tangan Christo melingkar di pinggang ku begitu erat dan Christo meletakan kepalanya di bahuku.

"Tolong tuhan hentikan waktu ini sesaat saja, aku tidak ingin keadaan ini berlalu."

Pelukannya begitu erat seakan tidak mau melepaskan ku lagi.

Aku terdiam tidak mau melarang, aku juga merasakan detak jantungku begitu kencang, bahkan aku juga mendengar detak jantung Christo.

"Kita pulang. Christo berbalik dan menaiki mobilnya.

Aku tak tahu harus bagaimana, aku benar-benar malu.

"Kenapa lo selalu buat gue malu sih to."

Didalam mobil Ditha dan Christo sama-sama terdiam. Tak ada yang berani mengatakan apa-apa.

Christo sedang fokus menyetir dan Ditha sibuk melihat hujan.

Setelah sampai dirumah Christo, mereka berdua turun dan masuk ke rumah Christo.

"Yah ampun nak, kenapa kalian basah gini?"

"Ini udah jam berapa coba? Kok kalian baru balik?"

"Di jalan ada masalah? Atau kalian makannya keluar negeri?"

"Kalian kok bisa basah-basahan gini?"

Sederet pertanyaan dilontarkan Bunda Christo. Bahkan Bunda mengucapkannya tanpa henti.

"Bun, ceritanya panjang nanti Ito ceritaain tapi nggak sekarang Bun Ito cape."

"Yah udah kamu keatas mandi lalu ganti baju kamu."

"Ditha, kamu ikut sama Christo yah."

"Aku sekamar sama dia tante?"

"Mau dong."

"Nggak kamar kamu disebelah kamarnya Christo, di kamar kamu juga udah ada kamar mandinya jadi kamu bisa langsung mandi."

Setelah itu mereka naik dan mulai memasuki kamar mereka masing-masing.

"Gue lupa, gue kan nggak punya baju ganti disini? Nanti gue pake apa coba?"

Ditha kembali turun dan mengatakan hal tersebut kepada bundanya Christo.

"Ditha kerumah dulu yah tan, nanti Ditha balik lagi."

"Jangan sayang, diluar hujannya udah gede banget nanti kamu tambah sakit."

"Itoooo, ito sayang? Turun nak."

"Apa lagi sih bun?"

Christo turun mendapati bunda dan Ditha dibawah.

"Kamu kerumahnya Ditha yah, ambil bajunya dia nggak punya baju disini kalaupun pake baju bunda juga pasti kebesaran."

"Nggak usah tan, biar Ditha yang ambil aja."

"Nggak lo tinggal aja disini, nanti gue ambilin. Kunci rumah lo dimana?"

"Ada di pot bunga depan rumah."

"Kamar gue, didepannya ada gambar doraemon." Berbagai macam pikiran buruk ada dalam pikiran Ditha.

"Boleh nggak gue aja yang pergi."

"Nggak!"

"Bun, Ito ke rumahnya Ditha dulu."

Christo berlari menuju rumah Ditha toh dia juga udah basah.

Setelah sampai Christo langsung mencari kamar Ditha. Setelah menemukan Kamar Ditha Christo masuk dan menuju lemari Ditha.

Saat membuka lemari Ditha, Christo menjadi kaget sendiri. Semustinya dia tahu kenapa Ditha nggak mau Christo masuk kedalam kamarnya.

"Sekarang gue harus milih dalaman yang mana? Gue bingung sendiri."

"Dalamannya juga banyak banget lagi. Tapi kebanyakan gambar doraemon."

"Dasar maniak Doraemon."

Christo mengambil yang diperlukan saja, nanti kan juga Ditha bisa balik kerumahnya untuk mengambil sendiri.

Christo memasukan beberapa baju dan dalaman kedalam sebuah kantung.

Setelah merasa cukup Christo segera keluar dari rumah itu dan menuju rumahnya.

"Ni punya lo."

"Makasih." Ditha bahkan nggak mau menatap wajah Christo. MALU.

"Gue ambil dalaman yang doraemon." Sambil menekan bagian dalaman.

Ditha bertambah malu.

"Oia gue lupa, dalaman lo kan semuanya doraemon." Kikih Christo.

Karena begitu malu Ditha langsung berlari menuju kamarnya tanpa mengucapkan apapun.

"Lo lucu kalau lagi malu.

Ditha merutuki dirinya sendiri, entah siapa yang harus dia salahkan.

"Bagaimana ini? Dia sudah melihat semua dalamanku, ah aku begitu malu."

"Dit, makan!"

Teriak Christo sambil mengetuk pintu kamar Ditha.

"Duluan turun aja, nanti gue nyusul."

"Bilang aja lo malu Dit, lagian kenapa sih itu kan cuma dalaman. Christo tertawa begitu kerasnya.

"Nggaku lucu!" Tiba-tiba pintu terbuka dan Ditha berjalan meninggalkan Christo.

Ditha melangkah lebih dahulu, menuju ruanh makan.

Ditha pikir, makan malamnya akan bersama keluarga Christo. Tahunya mereka sudah makan dan sudah masuk ke kamar untuk tidur.

Salah mereka sih, pulangnya jam segini.

"Nggak usah salting gitu dihadap gue."

"...."

"Lagian gue juga udah biasa liat dalaman."

"Lo suka nonton atau liatin gambar begituan yah?"

"Gue bukan cowok begituan."

"Lalu?"

"Punya nyokap gue juga gitu kok, bahkan lebih besar dari punya lo."

"...."

"Makan makannya Dit, jangan liatin terus.

Mereka berdua makan dalam diam. Tapi mata Christo tidak diam, matanya terus memperhatikan Ditha. Sedangkan yang diperhatikan hanya terdiam.

❤❤❤

Walalah, udah part sebelas ajah 😁
Jangan lupa ninggalin jejak yah guys 😙

HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang