Part 2

35 8 0
                                    

Mau copas karyaku? Kudoain deh gak tenang dunia akhirat (hehe.. Geer banget) tapi kan sama saja semua penulis pasti tak akan suka bila karyanya ditiru orang lain ( sakitnya tuh disini.. Hiks ) ok abaikan. Intinya sih bagus atau tidaknya karyamu. Percuma dong kalau bagus dan dipuji banyak orang tapi hasil copy paste karya orang lain itu sih percuma gak akan pernah bisa. Yang terpenting adalah sebuah proses :)

Happy reading...

GLADIS POV

Ku keluar dari ruang osis dan melagkahkan kakiku untuk berkeliling aku ingin mencari yudis, enak saja dia mentertawakan aku pagi tadi. Awas saja akan ku beri perhitungan, bulan yang melihatku emosi hanya bisa tersenyum maklum, yah karna dia sudah hafal ketika aku marah pasti takkan ada habisnya. kami memang sahabat dari kecil sama seperti aku dan yudis, wajar saja kalau dia sangat memahami aku, disaat aku sedang asik mengobrol tiba-tiba ingatanku bergulir kembali pada cowo yang menabrakku digerbang pagi tadi. Menyadari itu aku segera menepisnya, apaan sih ko jadi bayangin cowo tengil itu ihh aku gak suka dan aku gak mau bertemu dengannya lagi. Ku terus melangkah sampai ku dengar kelas yang cukup ramai, ah mungkin saja yudis disana fikirku, ku langsung menarik lengan bulan untuk mengikutiku dan benar saja kulihat yudis sedang asik tertawa, ketika emosiku sudah sampai ubun-ubun dan siap mengomeli yudis tiba-tiba...

Dug
Uhh.. Badanku oleng dan hampir terjatuh. Siapa gerangan orang yang berani menabrakku? Ku merasakan kepalaku pusing. Ok sekarang aku benar-benar marah sedangkan bulan hanya tersenyum penuh arti. Ku lirik seisi kelas dan mendapati semua tengah bungkam menatap kearahku, kulirik kearah yudis yang sedang tertawa sambil memegangi perutnya. Sialan awas aja nanti yud tunggu pembalasanku. Ku tolehkan lagi kepalaku menatap laki laki didepanku, dia memakai penutup mata? Pantas saja dia menabrakku. Sebenarnya permainan konyol apa yang sedang mereka mainkan. Tunggu... what? Apa yang dia lakukan? Bukannya langsung minta maaf tapi dia malah mendekatkan wajahnya kewajahku dia seperti sedang mengendus endus tapi untuk apa? Memangnya aku bau? Oh tuhan dia terus mendekatkan wajahnya hingga hampir.... Duhhh...

Lima centi..

Empat centi..

Tiga centi..

Dua centi..

Satu..

Yaampun sungguh ini posisi yang paling kubenci. Ku tak mau menatapnya aku tak sanggup, ku menutup mataku sedangkan degup jantung ku berdegup lebih kencang ya tuhan semoga tak ada mendengarnya. Aku malu..

AUTHOR POV

Deren terus mendekatkan wajahnya, ia terus mempersempit jarak antara dia dan gladis, nampaknya ia sedang mempertajam penciumannya hingga ia menyadari Ini bau... Lavender ucap deren senang sambil tersenyum misterius. Perlahan ia membuka penutup matanya dan betapa senangnya dia melihat siapa gadis yang berada dihadapannya. Ya gladis tengah berdiri dihadapannya dengan menutup mata dan pipi yang bersemu merah sungguh menggemaskan batin deren.

Gladis yang tak merasa terjadi apapun mengernyit heran, perlahan ia membuka matanya dan saat ia tau siapa orang didepannya. Mata gladis membulat sempurna, bagaimana tidak baru saja beberapa menit yang lalu ia bilang tak mau lagi bertemu dengan lelaki yang membuat paginya suram tapi lihatlah sekang entah sebuah kebetulan ataukah sebuah takdir gladis kembali dipertemukan dengannya dan dengan cara yang sama pula. Gladis memandang Deren sengit namun yang dipandang hanya tersenyum penuh arti, entah apa yang ada dalam otaknya, gladis pun tak dapat mengartikan senyuman macam apa itu.
"Hmm.. cie cie yang ketemu lagi sama adik kelas unyu unyu, kalo jodoh emang gak kemana" ucap yudis disertai tawa renyahnya, melihat yudis tertawa teman temanku juga ikut tertawa begitupun semua siswa dikelas itu. Gladis menatap bulan dengan sorot mata membunuh, melihat hal itu bulan pun menghentikan tawanya karna ia tak ingin jadi santapan pagi untuk gladis. Semua orang tak menyadari bahwa ada yang melihat gladis dan deren tak suka, tatapan matanya seakan menyiratkan kecemburuan, ada rasa tak rela dalam dirinya melihat gladis dengan yang lain.

Gladis tak sengaja menangkap sorot mata dirga yaang melihatnya tak suka seakan dirga merasa cemburu tapi kenapa? Fikir gladis. Disaat gladis ingin marah marah tindakannya dicegah bulan dengan menggenggam tangan gladis sambil menggeleng seakan berkata tak perlu kau ladeni. Cih.. Gladis pun hanya mencebik kesal dan berlalu dari sana meninggalkan deren yang masih menatapnya. Gladis melangkahkan kakinya menuju yudis dan duduk dikursi guru. Gladis memasang wajah datarnya dan seketika kelas menjadi hening. Tentu saja semua langsung diam, memangnya siapa orang yang kelewat berani membuat gladis marah? Kecuali yudis tentunya. Ruang kelas seakan mencekam membuat siapa saja merinding. Lama hening menyelimuti dan..

"Ehm.. " sophie berdehem untuk mencairkan suasana kembali.
Kini semuanya kembali kepada aktifitas masing-masing.

•••••

Jam istirahat telah berbunyi.
Disaat semua siswa telah pergi kekantin deren memilih untuk diam dikelas, ingatannya bergulir kembali disaat dia pertama kali bertemu gladis, ya deren merasa jatuh cinta pada pandang pertama bagaimana tidak sosok gladis yang menurutnya cantik dengan mata onixnya membuat deren terbuai akan tatapannya belum lagi hidung mancung kulit putih susu dan rambut yang dibiarkan tergerai indah sampai pantat, bibir tipis berwarna pink dan tinggi badan yang pas dengannya meskipun sifat gladis yang moodi tetapi itu justru membuat deren jadi makin penasaran dan semakin ia memikirkan gladis justru membuatnya tambah jatuh cinta dan tanpa diduga ia bertemu dengan gladis 'lagi' dengan cara yang sama pula. Sungguh takdirpun menginginkan mereka bersama.

Bel telah berbunyi tanda masuk, semua siswa kemabali kekelas dan melanjutkan kegiatan yang lain. Deren nampak tengah mencari seseorang namun dia tak menemukannya yah siapa lagi yang dia cari kalau bukan gladis. semuanya sudah berkumpul kecuali gladis, entah dimana dia sekarang.

•••••

Ditempat lain..

GLADIS POV

Kini aku sedang menikmati bakso dan duduk dikantin sendirian. Tentu saja aku sendiri inikan sudah bel masuk, yah mau bagaimana lagi seharian ini aku sibuk sampai-sampai aku baru makan dari tadi pagi, baru saja aku ingin menyuapkan bakso kedalam mulutku tiba-tiba...

"Dis temui gue ditaman belakang sekolah sekarang. Gak pake lama." ucap dirga dengan sekali tarikan nafas.
"Mau nga-" belum sempat aku bicara eh dia udah pergi gitu aja. Apaan sih maksud dia ngatur-ngatur gue seenak jidat. Dipikir gue babu dia apa tapi ko tumben banget yah dia ngajak aku ketaman belakang sekolah biasanya juga gak pernah tuh ngobrol, jangankan ngobrol bertegursapa saja gak pernah. Ah sudahlah bodo amat yang penting gue makan dulu sayangkan udah dibeli tapi gak dihabisin. Aku tak mempedulikan perkataannya dan kembali fokus pada bakso dihadapanku yang tampak menggiurkan.

•••••

AUTHOR POV

Sudah tiga puluh menit dirga menunggu gladis tapi dia tak juga datang, tercetak jelas sekali kekesalan diwajahnya. Dirga terus menggerutu dalam hati karna jujur saja dia tipe orang yang tak suka menunggu. Tak berapa lama gladis akhirnya datang dengan langakah santai dan sesaat kemudian dia telah berdiri tepat disamping dirga. Baru saja ia ingin menggulirkan pertanyaan dirga sudah menyeretnya unyuk duduk dikursi dibawah pohon yang rindang. Tempat ini benar benar sepi, jelas saja sepi karna jarang siswa maupun siswi ketempat ini entah apa sebabnya. Keduanya saling bungkam enggan mengeluarkan suara yang terdengar hanya suara angin yang mengalun indah ditelinga, sungguh gladis senang dan nampak menikmati suasana ini tanpa menyadari dirga yang tengah menatap gladis dengan tatapan yang... ah entahlah tatapannya susah diartikan.
Hening cukup lama sampai dirga membuka suara dan memecah keheningan diantara mereka.
"Dis.." panggilnya, suaranya lembut sekali berbeda dengan biasanya yang selalu dingin dan irit kata. Mendengar namanya dipanggil gladis pun menoleh.
"Apa?"
"Mm.. aku.. mau ngomong sesuatu sama kamu"
"Yah ngomong aja kali gak usah sok tegang gitu" gladis terkikik geli melihat tampang dirga yang menurutnya langkah, pasalnya dirga selalu berwajah datar tanpa ekspresi dan begitu dingin, tapi lihatlah sekarang dia seperti sedang gelisah sungguh pemandangan yang langkah bukan? Ah.. andai saja gladis membawa handpone ia pasti langsung mengabadikannya.
Dirga nampak ragu untuk bicara namun ia memberanikan diri.
"Aku..."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

@@@

THE END

Huhuhu.... Iya aku tau ko part ini lebih pendek dari part sebelumnya.
Tapi tenang aja aku usahain part selanjutnya lebih panjang. Doain yahh readers...

Budayakan vote dan komen :* :)

See you nex chapter :) :*

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang