Part 9

23 6 0
                                    

GLADIS POV

"aku mau kamu jauhi yudis"
Deg ku tak percaya dirga mengatakannya. Bagaimana mungkin aku menjauhi yudis, bagaimanapun yudis segalanya bagiku, dia sahabat yang tak tergantikan. Tidak, ini salah aku tak mau.
"Maaf.. aku tidak bisa" ucapku menunduk, aku tak sanggup menatap matanya.
"Jadi kamu lebih memilih dia dari pada aku" suaranya kini meninggi, aku semakin takut ia marah.
"B-bukan, bukan begitu hanya saja-"
"Hanya saja apa" sergahnya, kurasakan mataku memanas menahan air mata.
"JAWAB GLADIS" bentaknya mencengkeram pundakku. Ku tak dapat menahannya lagi, air mataku tumpah membasahi pipiku, pundakku bergetar menahan isak tangis. Aku tak pernah melihat dirga semarah ini. Dirga menarik daguku kasar memaksaku menatap matanya, mau tak mau aku mendongak menatap matanya dengan air mata yang berlinang.

AUTHOR POV

"Tatap aku gladis" ujar dirga, sorot matanya menandakan kekecewaan.
"Aku ingin bertanya padamu, jawab sejujur jujurnya" ujar dirga masih menatap mata gladis intens, gladis hanya mengangguk disela sela tangisnya.
"Kamu mencintai yudis?" tanya dirga, gladis masih diam seribu bahasa.
"Jawab dis" ujar dirga, tangannya kini mencengkeram pundak gladis kuat hingga membuatnya meringis.
"T-tidak, a-aku tidak m-mencintainya" ucap gladis terbata.
"Kau bohong" ujar dirga mengeratkan cengkramannya.
"Sungguh dirga a-aku tak b-berbohong" air matanya mengalir kembali dan semakin deras.
"Tapi aku tak percaya, jelas jelas sikap kalian menandakan bahwa kalian saling mencintai" dirga menjeda kalimatnya, ia menarik nafar dan menghembuskannya kasar.
"Kau harusnya sadar diri, kau itu pacarku tapi kau seenaknya jalan dan bermesraan dengan lelaki lain. Apa kau tidak punya harga diri hah? Apa yang sudah dia lakukan padamu hingga kau lebih memilihnya? Apa dia menyentuhmu dasar bitch." mendengar itu hati gladis seakan tersayat, ia tak menyangka orang yang ia cintai berfikir serendah itu padanya. Gladis menghentakkan tangan dirga kasar dan mengusap air matanya dengan kasar sampai meninggalkan jejak kemerahan disana.
"Terserah kamu menganggapku apa, asal kau tau aku lebih baik kehilangan seorang kekasih yang bahkan tak pantas disebut kekasih daripada aku harus kehilangan sahabat yang menemaniku selama ini dikala suka maupun duka. Kau bahkan tidak bisa mengerti diriku" ujar gladis tajam dan berlalu meninggalkan dirga yang tersulut emosi.
"Arrggghhh..."
Dari jauh gladis masih mendengar teriakan frustasi dirga namun ia tak menghiraukannya dan terus melangkah menjauh.

•••••

Sesampainya dirumah gladis langsung berlari menaiki tangga menuju kamarnya dan
Brak
Ia membanting pintu dengan keras.

"Eh gladis kenapa yud" tanya nanda bingung karna anaknya datang dengan marah marah.
"Gak tau mom, kayaknya dia berantem sama pacarnya"
"Memangnya ada apa?" tanya nanda khawatir.
"Mm.. sebenernya..." yudis menceritakan kejadian direstoran tadi dari awal mereka datang sampai dirga datang dan terjadi salah paham.
"Oh begitu, ya ampun. Ya sudah kamu kekamar gih istirahat, masalahnya biar besok saja diselesaikan"
"Iya mom, yudis kekamar dulu" pamit yudis dan berlalu menaiki tangga menuju kamarnya (ralat, kamar kakaknya gladis) namun saat didepan pintu kamarnya ia berbalik kedapur untuk membuatkan segelas susu hangat untuk gladis, setelah selesai yudis pergi kekamar gladis.

Tok tok tok

"Dis.. boleh gue masuk?" tanya yudis sambil mengetuk pintu kamar gladis, merasa tak ada jawaban yudis pun masuk yang ternyata pintunya tidak dikunci. Yudis menatap sekeliling dan tak mendapati gladis dimanapun tapi bengitu ia memandang kedepan ia menemukan gladis berada dibalkon kamarnya dan sedang berdiri memunggunginya, yudis menaruh segelas susu diatas nakas dan berjalan mendekati gladis.
"Angin malem gak baik buat kesehatan, ngapain lo bengong disini" ujar yudis saat telah berada disamping gladis. Gladis terlonjak kaget mendengar suara yudis.
"Sejak kapan lo disini" tanya gladis bingung, ia tak mengetahui keberadaan yudis karna fikirannya melanyang jauh entah kemana. Yudis menghembuskan nafasnya sejenak sebelum ia menjawab.
"Sejak lo sibuk sama fikiran lo sendiri" ujarnya dan pergi dari hadapan gladis. Gladis hanya mengedikkan bahu acuh, tak berapa lama yudis kembali membawa selimut dan memakaikannya pada gladis.
"Makasih" ucap galdis tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari langit malam yang kelam tanpa bintang.
"Lo gak mau cerita soal yang tadi?" tanya yudis dan gladis hanya menggeleng.
"Yaudah, tapi perlu lo tau gue selalu siap kapanpun buat dengerin cerita lo, lo bisa ngomong semuanya sama gue dan gue bakal bantu lo semampu gue"
"Makasih yud, lo emang sahabat terbaik gue. Tapi gue mau lo janji sama gue kalau lo bakal terus sama gue dan jangan pernah ninggalin gue apapun yang terjadi" ujar galdis sambil memeluk yudis, yudis pun membalas pelukannya.
"Iya gue janji gak bakalan ninggalin lo, gue akan selalu ada buat lo, gue janji" gladis hanya diam dipelukan yudis.
"Sekarang lo mau cerita?" ujar yudis kembali. Gladis pun mendongak menatap yudis.
"Gue berantem yud sama dirga, dia minta gue jauhin lo tapi gue gak mau. Trus dia marah dan nanya apa gue cinta sama lo" ujar gladis, tak terasa air matanya kini menetes kembali.
"Trus lo jawab apa?" ucap dirga sambil menghapung air mata gladis.
"Ya gue jawab enggak lah tapi dia gak percaya, yang buat gue sakit hati dia.. hiks.. Dia bilang k-kalu g-gue bitch." ucapnya terbata, tangisnya tak terbendung lagi, gladis menangis sejadi jadinya. Tangan yudis terulur mengelus rambut gladis berusaha menenangkannya.
"Udah jangan nangis lagi. Gue minta maaf, gara gara gue masalanya jadi ribet gini" ucapnya merasa bersalah, bagaimanapun juga yudis merasa ini salahnya karna terlalu dekat dengan gladis.
"Lo gak usah minta maaf, ini bukan salah lo, ini semua cuma salah paham" ucap gladis menenangkan, ia tak mau yudis merasa bersalah atas semua yang terjadi.
"Sekarang masuk yuk, besok kita selesin disekolah. Gue bakal bantu lo ngomong sama dirga"
"Gak usah yud, gue gak mau ngomong apa apa sama dia, gue sakit hati. Dia harus minta maaf dulu sama gue, kan dia yang salah" ujarnya dan beranjak meninggalkan yudis, yudis pun mengikuti gladis dam duduk bersender dikepala ranjang. Gladis duduk sambil menyenderkan kepalanya dibahu yudis.
"Tapi lo kan harus lurusin masalah ini dis"
"Gue gak mau" ujarnya masih kekeh.
"Dis kalau masalahnya gak diselesein bisa makin panjang"
"Biarin, bodo amat. Dia yang salah ko" ucap gladis tak mau kalah, yudis hanya pasrah menanggapi keras kepala sahabatnya ini.
" terserah kamu lah" ujarnya. Yudis mengambil segelas susu yang berada di nakas dan menyerahkannya pada gladis.
"Nih minum" gladis pun menerimanya dan meminumnya hingga tandas.
"Sekarang lo tidur" ujar yudis merebut gelas susu yang sudah kosong.
"Iya bawel" ucap gladis, ia segera berbaring dan mengeratkan selimutnya tak lama gladis pun sudah terlelap. Setelah gladis tertidur, yudis pergi meninggalkan gladis.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang