satu

773 44 9
                                    

Seperti biasa hari-hari ku berjalan ngk terlalu baik. Bahkan bisa dikatakan 'memang aku nggak pernah merasa baik'.
Aku harus menutupi semua luka didepan teman-temanku disekolah. Memang sulit. Tapi aku nggak mau mereka tau sifatku yg sebenarnya, dan siapa aku sebenarnya.

"Alexandra....!" Teriak salah satu temanku. Dia adalah Zalfa. Zalfa, gadis berambut hitam sebahu, dengan warna mata coklat.

Aku berhenti tepat didepannya.
"Kenapa?" Tanyaku sambil memperhatikan dirinya.

"Katanya mau ada rapat OSIS. Lo dateng nggak?" Zalfa berbalik bertanya.

"Ya, kapan?" Jawabku. Sebenarnya aku nggak mau sih. Tapi ya mau gimana lagi.

"Nanti abis pulang sekolah. Kita bareng-bareng ke ruang OSIS aja. "Zalfa tersenyum, memperlihatkan lesum pipitnya yg sangat amat dalam.

Aku hanya diam dan membalas senyumannya.
Kami berjalan bersama kearah kelas kami yg tepatnya ada dipaling ujung koridor.

"Woi balikin pena guaaaa!" Teriak Ratu. Dia temanku juga. Bisa dibilang yg paling ngertiin aku, kadang-kadang sihh. Rambutnya berwarna coklat, indah sih tapi, nggak serasi dengan warna matanya.

"Apaan sih woi. Pagi-pagi udh teriak-teriak!" Aku menyipitkan mata, kemudian tertawa melihat Ratu yg kewalahan mengejar Rio yg menganbil penanya.

"Alex bantuin gua" Tanpa menjawab aku langsung menangkap Rio yg berlari kearah pintu keluar tepat saat aku akan masuk.

"Balikin pena Ratu." Aku menatapnya tersenyum sangar. Membuatnya lari dan melempar pena itu kelantai.
Dasar Rio, gitu aja takut. Batinku.

"Noh," aku menyondorkan pena itu pada Ratu,
"Btw,kok bisa diRio" Ratu berterima kasih dan tersenyum manis

"Rebutan pena. Soalnya tadi Ratu nyoret bukunya Rio" Yola-lah yg menjawab. Yah diantara kami dialah yg paling sopan saat bicara. Yola yah? Gadis berambut coklat kehitaman sepunggung.

Ratu hanya nyengir menatapku malu.
"Bego amat ge lonya, hahaha" Aku tertawa sambil menjitak jidatnya.

"Woi Al...Alexxx congee'" Elisha menarik tasku yg masih tergantung dipunggung. Dia juga salah satu temanku, aku dari awal memang nggak suka sama sifatnya. Elisha berambutnya hitam panjang.

"Apaan?" Tanyaku sambil membenarkan posisi tas yg ditarik Elisha. Kemudian berjalan kearah mejaku untuk meletakan tasku. Mejaku terletak dipojok dekat jendela, dibarisan ke tiga.

"Gua punya berita baguss!"
Brak.
Elisha memukul mejaku. Zalfa, Ratu, dan Yola segera datang ke mejaku juga.

"Ihh kabar apaan jangan buat gua penasaran deh." Aku menatap Elisha dalam.

Elisha tersenyum menahan tawanya melihat aku yg hampir jatuh karena tersandung kaki meja.

"Tadi..."

Kring...

Tiba-tiba bel berbunyi

"Yah apalah. Ga jdi cerita gini,kan gua udh penasaran bangett!" Aku kembali duduk dan meletakan kepalaku diatas meja.

"Iya, kita juga penasaran. Lo geh Shaa.."
Ratu sedikit terkekeh pada akhir kalimat yg diucapkan Zalfa.

Akhirnya kami duduk ditempat duduk masing-masing. Zalfa duduk dengan Ratu. Yola dengan Elisha. Dan aku sendiri.

Aghh lagi-lagi aku malas untuk bersifat begitu. Sebenarnya aku sama sekali nggak penasaran sama apa yg dibilang Elisha.

Jam pelajaran B.Inggris berlangsung sangat cepat. Aku nggak terlalu suka sama guru Bahasa Inggris itu. Guru itu selalu saja buang-buanh waktu buat lawakan garingnya dari pada mengajarkan materi pelajaran pada kami.

I'm (not) a Psychopath [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang