enam

254 25 0
                                    

*Alexandra

Pukul 06.00 pagi.
Aku benar-benar bosan, tapi ini menyenangkan. Murid baru itu, siapa namanya?, ah Wine. Iya, gadis berambut hitam panjang itu.

Dia benar-benar hebat. Aku salut padanya. Beraninya dia bocorkan rahasiaku. Tapi ada bagusnyalah dia membocorkannya pada mereka, bisa jadi mereka percaya dan akan membenciku lalu memutuskan pertemanan denganku.

Toh, aku juga nggak butuh teman.

Jadi, akan-ku teror dia habis-habisan. Sampai dia tau rasa. Lalu setelah itu, aku akan membunuhnya. Mungkin menyuruhnya gantung diri bukan hal yg sulit.

Apa yg akan aku lakukan dihari Minggu begini?
Liburan? Menjijikan.
Pergi ke mall? Muak.
Main?

Main ya?

Baiklah, aku akan main hari ini.
Dengan siapa? Akan aku cari mangsanya hari ini.

Aku memakai hoddie hitamku, sudah lama aku nggak memakainya, memakai jelana hitam, dan membawa sebuah pisau lipat disaku hoddie-ku.

Aku keluar rumah dan menguncinya,memutuskan untuk berjalan dan meninggalkan mobil merahku. Memcari mangsa baru itu. Dan membuat semuanya adil.

Tunggu.

Dan sekarang aku bodoh. Benar-benar bodoh.

Cari kemana coba?

Agh. Aku mengacak-ngacak rambutku sendiri, lalu memasukan tanganku kembali kedalam saku hoddie-ku. Memegang erat pisau lipat dibaliknya.

Lebih baik aku ke taman. Mungkin seseorang yg sudah ku lupakan untuk membunuhnya ada disana. Mungkin.

-

Sampai ditaman. Taman sudah ramai, banyak orang yg berlarian, mungkin mereka datang untuk sekedar jogging.

Aku duduk disalah satu bangku putih polos ditaman yg menghadap langsung ke arah mereka yg sedang jogging.

Mataku melirik sekitar. Lalu aku menemukan seseorang. Sepertinya aku mengenalnya, dan pernah melihatnya. Tapi dimana? Dan siapa dia?

Orang itu... Rasanya aku deja vu sekarang. Pikiranku melayang saat aku berumur 15 tahun.

Memang sekarang umur gua berapa?
Bego. 17 tahun.

Iya itu dia.
Dia adalah orang yg gagal aku bunuh. Beruntung saat itu dia nggak melihat wajahku.

Tunggu.

Kenapa aku mencoba membunuhnya saat itu?

Agh. Kenapa aku jadi bodoh sih!
Huftt. Baikalahh lupakan, yg aku ingat saat itu dia mem-bully ku? Masa sih aku di-bully? Lalu kenapa aku di-bully?

Ah, bodo amat dah, lupa gua anjay!

Aku memfokuskan kembali pandanganku pada gadis berambut coklat muda panjang yg di kuncir kuda. Ia mengenakan pakaian olahraga warna biru-putih.

Siapa namanya ya? Mbok Rondo? Sutres? Jainem? Jailangkung? Lah kok gua bego? , ucapku dengan nada polos. Kemudian aku tersadar, betapa bodohnya aku hari ini.

"Aghhhh!" Pekik-ku membuat beberapa orang menatapku aneh. Gimana nggak aneh, aku menjerit padahal nggak terjadi apapun.

Huftt. Aku mengatur nafas dan melepas genggamanku pada pisau lipat di balik hoddie-ku. Namanya Gita.

Gita iya Gita, Gita yg buat main musik. Lho?

Baiklah sekarang serius. Aku memperhatikannya. Lalu aku melihat dia melangkah keluar taman. Aku mengikuti langkahnya dengan jarak yg cukup jauh. Aku beberapa kali berpura-pura memperhatikan yg lain saat dia memalingkan wajahnya ke belakang.

I'm (not) a Psychopath [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang