*Adrian
Ini benar-benar kacau. Hancur. Bagaimana ini? Apa yg harus aku lakukan.
Aku ingin sekali menyelamatkannya.
Tapi bagaimana? Sekarang dia akan dihukum mati!Bagaimana ini? Dia sudah tertangkap.
Semua sudah terbongkar. Kasus kematian sadis tahun lalu dan akhir-akhir ini, sudah diketahui pembunuhnya.Sampai para reporter datang untuk meminta kebenaran yg akan ia siarkan di televisi.
-
Dia sudah sadar sejak beberapa jam yg lalu. Sudah mengikuti sidang, dan hakim sudah memutuskan.
Aku bahkan sudah meminta rujukan agar dia diberikan kesempatan terakhir. Tapi, bukannya berterima kasih dan menerimanya. Dia malah tertawa hambar dan membantah rujukanku.
Ini sudah hari kedua, besok adalah hari terakhir baginya. Dia akan pergi. Sudah aku katakan untuk berubah! Tapi kenapa dia begitu egois!
Dia terlihat pasrah! Ntah apa yg terjadi padanya. Apa dia mengingat masa lalunya, atau dia sudah menyesali perbuatannya?
Aku nggak tau pasti.
Tapi dia terlihat sangat pasrah!Tapi ekspresinya menunjukan kalau dia menerimanya dengan sepenuh hati.
Dia nggak bicara apapun sejak dua hari ini. Wajahnya nggak tersenyum, menangis, bahagia, sedih, ataupun takut. Terlihat tanpa emosi apapun.Dia terlihat biasa saja.
-
"Al, gua kasih lu kesempatan, kenapa lu nolak tadi?" Aku menatapnya yg sedang duduk dilantai dibalik jeruji besi.
"........" Hening, nggak ada jawaban.
"Lu punya satu kesempatan lagi! Ayo lahh Al, lu jangan diem terus!" Aku menatapnya meninta jawaban.
"........" Lagi-lagi dia diam. Dia hanya memperhatikan ujung sepatu yg dipakainya.
"Lu nggak liat temen-temen lu itu! Ratu! Zalfa! Liat mereka!" Aku menggenggam erat jeruji besi itu sambil menatapnya lebih dalam.
"........" Diam. Dia tetap diam.
"Oke gue dicuekin!" Aku menurunkan tanganku.
Alex mengangkat kepalanya. Dia bukan menatapku, tapi menatap seseorang yg datang dibelakangku.
Aku membalik 'kan badanku. Menatap tiga orang dihadapanku,
"Biarin kita bicara sama pembunuh itu!" Ucap salah satu dari mereka. Ratu.
"Lo bisa 'kan ngejauh bentar!" Zalfa bicara tanpa menatapku. Dia menatap Alex yg diam seperti batu.
Tanpa menjawab aku menjauh. Pergi ke belakang mereka.
"Hai!... Pembunuh!" Ucap Zalfa sambil tersenyum sinis.
"Gua pikir Wine salah. Gua pikir lo benar. Tapi ternyata terbalik ya, hahaha... Gua udah percaya sama lo, tapi saat melakukan penyelidikan, bahkan sampai rumah lo digeledah, hah... Gua benar-benar kecewa!" Ujar Ratu. Aku tau, dari nada bicaranya saja dia sudah sangat kecewa.
"Maaf Alexa, aku nggak bermaksud untuk membuatmu dihukum mati. Tapi aku juga nggak bisa buat nyawa orang lain melayang lagi karena kamu." Wine menatap Alex kasihan.
"Untuk apa lo kasihan sama Psikopat kayak dia!" Zalfa menatap Alex geram.
Lagi-lagi Alex hanya diam. Dia sama sekali nggak menjawab. Bahkan saat dirinya disebut sebagai 'Psikopat' dia nggak memberontak dan berkata 'Aku bukan orang sakit jiwa!".
"Lo tau nggak sih Al! Gue kecewa banget! Lo bunuh mereka cuman karena kesalahan kecil, lo bahkan membunuh mereka dengan cara kejam banget!" Ratu menunduk. Dia benar-benar kecewa, bagaimana nggak, sahabatnya sendiri sudah membunuh sahabatnya yg lain dengan sadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) a Psychopath [END]
Mystery / ThrillerPsikopat? Nggak, jangan panggil aku psikopat. Aku bukan orang yg sakit jiwa. Mau bagaimana 'pun, Aku tetaplah aku. copyright © 2017 novitashafitry_