Huftt
Aku melempar tubuhku ke atas kasur."Kasian bangetnya buku Novelnya. Belun juga dibaca udah hilang. Lebih kasian sih duit gue," Aku meletakkan lenganku diatas dahi.
"Terus kepalanya Elisha bakal jadi bola buat main para hewan dihutan itu nggak ya?" Aku tersenyum kecil, membayangkan bagaimana reaksi orang saat melihat mayat Elisha tanpa kepala.
Toh, mereka nggak akan menemukan pembunuhnyakan? Ya gimana mau ketemu, semua jejak udah dihapus, aku juga nggak meninggalkan sidik jari pada pisau dan kampak itu.
Tapi kasian juga pisau sama kampak itu harus dibuang. Berarti harus beli baru.Jubah sama sarung tangan ini masih bisa pakai 'kan?
Aku mencium bau darah di Jubah dan sarung tangan yg aku gunakan tadi.
"Hm, baunya agak amis. Itu orang kok darahnya gini banget." Aku terkekeh,
Udh lama ya ga bunuh orang kayak gini terakhir kali aku membunuh orang dengan cara yg sama seperti ini, saat kelas 3 Smp 'kan? Ah, aku nggak ingat, yg aku ingat hanya namanya. Siapa, itu , ohhh, Michael. Ya laki-laki itu. Ketua OSIS itu.
"Besok sekolah nggak ya?" Jeda 2 detik "Sekolah aja dah, mau liat gimana reaksi orang-orang disekolah."
Ntah kenapa. Aku teringat akan Michael.
-
"A-apa mau lo?!"
"Kematianmu!" Gadis itu menyeringai mengerikan.
"A-apa salah gua! Jelas banget yg salah itu lo!" Ucap laki-laki dihadapannya dengan sedikit menahan rasa takut.
"Lo yg buat semua acara berantakan, lo yg buat gua dihukum guru-guru, jelas itu salah lo!"Tambahnya.
"DIAM!" Teriak gadis itu,
"Bukankah kau bisa bicarakan baik-baik?! Tidak perlu menyiksa dan mengurungku dalam ruangan sempit seperti ini!" Lanjutnya. Sunyi. Laki-laki itu pun ikut diam."I-itu pantes lo dapetin!" Akhirnya dia memecahkan kesunyian diruangan sempit itu.
Jlep
"Aghhh!!"
Pisau berhasil menembus tangan kanannya. Laki-laki itu berusaha menahan sakit.
"Kayaknya tadi aku liat benda yg lebih pantas buat bunuh kamu dari pada pisau. Ah, disana!" Ucap gadis itu sambil mengarah ketempat yg ia maksud.
Gadis itu menarik kuat benda yg berhasil ia dapatkan dari sudut ruangan. Menimbulkan suara yg lumayan keras.
Sementara itu, laki-laki itu tidak memperhatikan gadis itu. Ia sibuk dengan luka ditangannya, dan masih meringis kesakitan.
BRAK!
"Ah, WOI!!" Laki-laki itu berhasil menghindar dari serangan benda besar yg gadis itu hempaskan kearahnya.
"M-mau apa lo! J-jangan macem-macem sama benda itu!"
"Michael! Ketua OSIS-ku yg bodoh ternyata berhasih menghindar. Ck..!" Gadis itu berdecak kesal.
Laki-laki yg ia panggil Michael hanya menatapnya tidak percaya.
"Mau langsung atau mau main-main dulu?" Gadis itu meliriknya tajam.
"A-alexa, maafin gua please.." Michael menunduk.
"Nggak bisa gitu dong. Aku yg cuman salah tulis tugas aja babak-belur gini. Masa aku harus maafin kamu begitu saja?" Gadis itu, Alexa menatapnya lebih dalam.
Michael mencoba menjauh. Sampai ia menyentuh sudut ruangan.
Mati aku , batin Michael.
Alexa berjalan kearahnya. Menarik paksa benda berat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) a Psychopath [END]
Mystery / ThrillerPsikopat? Nggak, jangan panggil aku psikopat. Aku bukan orang yg sakit jiwa. Mau bagaimana 'pun, Aku tetaplah aku. copyright © 2017 novitashafitry_