lima

295 25 2
                                    

*Wine
Hari itu, benar-benar menjadi hari paling mengerikan. Aku melihat sebuah mobil terparkir ditepi hutan, karena penasaran tentang apa yg terjadi sebenarnya. Aku menghentikan motorku dipinngir jalanan yg sepi.
Aku masuk kedalam, melihat beberapa bekas jejak yg mungkin seseorang telah lalui. Aku terhenti, saat aku melihat seseorang mengangkat sebuah kampak ke udara.
Mataku melotot, menatap kejadian selanjutnya. Aku sontan senutup mulutku rapat-rapat. Lalu mundur secara perlahan, dan langsung mengambil langkah seribu.

Aku pergi, nggak berani berbuat apapun. Bagaimana jika aku melapor polisi? Lalu malah aku yg selanjutnya dibunuh gadis psikopat itu?
Nggk aku nggk berani.
Iya. Aku pengecut

Lalu muncul di televisi, tentang kematian yg kemarin aku lihat dihutan.

-

Malam itu aku sulit tidur, saat hampir tengah malam aku memutuskan untuk bangun dan membuka jendela kamarku, melihat bintang-bintang dilangit. Ya, itu adalah hal yg aku lakukan saat sulit tidur.
Aku melihat sebuah rumah, nggak terlau jauh dari rumahku. Rumah itu aneh, lampu dirumah itu mati. Aku bingung. Kenapa hanya lampu dirumah itu yg mati.

Aku memutuskan keluar. Siapa tau ada yg butuh bantuanku.
Dan lagi, ntah kebetulan atau apa, aku melihat gadis yg sama. Aku langsung bersembunyi dibalik pohon yg cukup untuk menutupi tubuhku yg kecil. Namun aku nggak bisa mendengar percakapan mereka.
Gadis itu bersama seorang laki-laki. Aku nggak dapat melihat siapa laki-laki itu, karena ia berdiri membelakangiku.
Lagi-lagi mataku melotot, melihat apa yg diberikan gadis itu. Pisau penuh darah, sebuah jubah hitam, dan ntah apa sisanya.
Bagaimana ini?
Karena takut, aku berkeringat dingin, dan langsung pergi menuju rumahku.

Besok harinya, muncul di surat kabar yg ku baca, kematian seorang gadis dengan luka Bor Listrik hingga menusuk jantungnya.

Aku cukup terkejut, gadis itu adalah gadis yg tinggal dirumah yg kemarin lampunya mati.

-

Aku takut, bagaimana kalau gadis itu melihatku?
Benar, aku pengecut.

-

Aku pindah kesekolah baru karena kondisi ekonomi yg kurang bagus untuk melanjutkan sekolahku disekolah yg bisa dibilang biayanya mahal.
Aku berjalan mengikuti seorang guru dihadapanku, Bu Laila.
Aku berhenti, Bu Laila membuka pintu kelas yg terletak di paling ujung koridor.
Ketika kaki-ku mengikuti langkahnya untuk masuk. Lagi, jantungku berdetak kencang.
Aku melihatnya lagi, gadis psikopat itu. Mataku tak henti memperhatikannya, sehingga saat ia melirik ke arahku, aku langsung salah tingkah.

"Anak-anak, ini murid baru yg Ibu bicarakan kemarin." Bu Laila memalingkan wajahnya kearahku,
"Perkenalkan dirimu, "Ucapnya sambil tersenyum, kemudian duduk dikursinya.

"Haii," Ucapku canggung
"Namaku Wine, aku harap kalian dapat berteman baik denganku." Aku tersenyum canggung
"Apa ada yg ingin ditanyakan?" Aku menatap mereka, canggung.

Seorang gadis, yg duduk didepan gadis psikopat itu mengangkat tangannya ke atas,
"Namaku Zalfa, kamu murid pindahankan?" Tanyanya sambil meletakkan kembali tangannya diatas meja.

"Hai Zalfa, iya aku murid pindahan, aku pindah ke sini karena keadaan ekonomiku," Jawabku sambil tersenyum manis kepadanya,

Lalu, gadis itu, psikopat itu, mengangkat tangannya, dan lagi, jantungku berdetak kenjang, aku menelan ludah.
"Alexandra, mau duduk di sini?" Ucapnya sambil menepuk kursi kosong disebelah kanannya.

Lagi-lagi aku menelan ludah, apa dia mengenaliku? Mati aku.
Aku melirik Bu Laila, beliau tersenyum sambil mengangguk pelan, seperti berkata 'Iya, duduk saja disana'

"B-baiklah." Aku melangkah dengan pasrah ke arah bangku kosong disampingnya. Gadis bernama Alexandra itu memajukan kursinya agar aku dapat masuk kedalam kursi yg terletak dipojok dekat jendela.

I'm (not) a Psychopath [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang