tiga

365 34 1
                                    

Aku membawa mobil menuju kafe yg dimaksud Adrian.
Saat masuk ternyata dia sudah lebih dulu sampai.

"Oh, Adriann!" Teriakku memanggilnya, dia menengok kearahku. Kemudian tersenyum.

"Sini.." Dia mangangkat tangannya dan menyuruhku untuk duduk dihadapannya.

"Langsung aja. Lo mau ngomong apa?" Aku duduk dan langsung menatapnya serius.

"Haha, sabar dong. Kamu lucu kalau kayak gitu" Adrian tertawa kecil.

"Aku-kamu itu terlalu baku. Bisa diganti nggak?" Aku memutar bola mata.

"Ahh, mau pesan minum? Biar aku yg bayar!" Adrian tersenyum mengalihkan pembicaraan.

"Gua bukan cewe matre. Nggak perlu, gua kesini cuman karena penasaran." Aku menyipitkan mata, menatapnya kesal.

"Yg bilang kamu matre siapa? Aku hanya menawarkan." Ucapnya santai.

"Berhenti bersikap manis dan katakan apa yg ingin lo bicarakan" Aku mulai marah.
"Atau lo mau mati?Gua nggak pernah bercanda dalam bicara" Lanjtku.

"Itu yg ingin aku bicarakan. Sebelum aku bicarakan kamu bahkan sudah menunjukannya!" Adrian bertopang dagu, memiringkan kepalanya dan tersenyum manis.

"Hah? Gua gak ngerti!" Aku membuang wajah,
"Cepat katakan!" Ucapku dingin

"Iya, baiklahh, psikopat..."
Aku memalingkan wajah menatapnya nggak percaya, membesarkan mataku mencoba melihatnya dengan jelas.

"Gua bukan orang sakit jiwa!" Aku melipat tangan geram.

"Memang kamu tau apa itu Psikopat?" Adrian mengangkat sebelah alis tebalnya.

"Orang yg sakit jiwa atau anak yg mengalami kelainan jiwa." Jawabku.

"Begitu ya!" Adrian tersenyum kecil.

Apa benar dia Adrian?

"Kalau lo gak mau katakan sekarang. Mending gua pergi, nggak guna nunggu disini!" Aku menatapnya tajam.

"Aku udah katakan kok ,hanya saja kamu nggak mengerti sama ucapanku!" Adrian terus tersenyum. Menatapku yg mulai kehabisan kesabaran.

"Haha, iya baiklahh. Aku tau siapa kamu, tapi tenang aku akan membantumu, mencoba merubah sifatmu itu!" Adrian duduk dengan tegak.

Aku menatapnya dalam-dalam, dia justru memalingkan wajahnya.

"Ck, nggak usah berbelit-belit bisa nggak sih?"
Aku meraih sesuatu dari dalam tas kecilku.
"Mau main Knife Game Song, atau mau langsung?" Lanjutku.

"Hohoho, ternyata kamu nggak takut ketahuan ya. Aku takjup!" Adrian menarik pisau kecil yg aku pegang.

"Main dulu ya?" Dia memiringkan kepalanya.
"Kamu ada lagunya?, yg kalah bakal ngelakuin dua permintaan dari pemenang?!"
"Setuju?" Adrian merentangkan jari-jarinya.

"Baiklah" Aku mengambil ponselku memutar lagu Knife Game Song.

Lagu itu bertambah lama, tambah cepat.
Terkadang aku tersenyum saat melihat goresan dijari-jari tangan kiri Adrian.

Lagu selesai diputar.

Adrian mengangkat tangannya, memperhatikan jarinya kemudian mendekatkan jarinya kewajahku.

"Lima" Ucapnya sambil tersenyum.

"Gua suka darah lo!" Ucapku saat melihat darah Adrian menetes.

"Sekarang giliran kamu. Kamu harus kalah."
Aku hanya tersenyum.

Aku merentangkan tangan kananku dan memegang erat pisau ditangan kiriku. Bisa dikatakan, aku kidal.

I'm (not) a Psychopath [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang