3. jaya dan ivka

3.4K 91 3
                                    

"BTW lu belum jawab pertanyaan gue, lu  sebenarnya mau ketemu gue atau siapa sih." Tanyanya sambil memiringkan kepala.

Gue pun ngebales dengan cengiran kuda yang ngebuat dia kesal.

"Serius dah jay, apa lu mau seluruh kejadian waktu kelas X terulang." Ucapnya sambil menatapku.

"Kejadian yang mana?" Ucap gue dengan muka polos. "Gue lupa iv." Ucap gue lagi lagi nyengir tanpa dosa.

"Idih... Baru juga naik kelas lu sudah lupa." Ucapnya yang langsung mencoba menceritakan beberapa hal agar aku teringat.

Flashback

Kelas X-A

"Sshhhh pake telat segala sih, tapi gak apa dah pd aja." Lelaki itu masuk kedalam kelas itu dengan santai. Ya... Gimana gak santai, guru aja lagi rapat. Jadi kalau dia telat gak akan ada yang ngomel.

Lelaki itu berjalan menuju mejanya yang ada tepat di depan meja guru.

Sedangkan perempuan yang menatapnya hanya berdeham melihat lelaki itu duduk di hadapannya.

"Ngapasih mut, dari gue masuk sampe gue duduk lu liatin gue mulu. Ngapa?. Gue gantengya...." Ucapnya sambil nyengir kuda.

Perempuan itu memutar bola matanya. Tanda jika dia kesal mulai sifat lelaki itu, tetapi lelaki itu tetap saja nyengir.

"Idih.... Kok jadi orang gr amat dah..." Ucapnya, tetapi lelaki itu masih saja nyengir. " Gue jijik jay, jangan natap gue kek itu. Tambah lagi cengiran lu itu." Lelaki itu berhenti nyengir. Membuat perempuan itu membuka topik percakapan.

"Lo tau gak apa kesalahan lo sekarang." Perempuan itu berkata dengan dingin.

Sedangkan lelaki itu menggeleng dan berkata. "Nggak tau tuh.. Lagi pula gue ada salah apa sih... Sampe lu nanyain gue seperti itu." Ucapnya sambil menatap perempuan itu.

"Jadi lo belum nyadar apa kesalah lo." Ucapnya yang masih saja dingin. Sedangkan lelaki itu menggeleng untuk yang ke 2 kalinya.

Perempuan itu menghembuskan nafas dengan sangat berat. "Lo itu ketua kelas jay, gak baik lo datang telat. Lo harus ngasih contoh ke temen temen satu kelas." Ucap perempuan itu dengan lembut.

Lelaki itu hanya menjawab dengan santainya. "Iya...iya ibu wakil ketua kelas. Maafkan saya yang telah datang terlambat. Saya tidak akan mengulangi kejadian ini." Ucap lelaki itu yang kemudian nyengir lagi.

"Kalo lo nyengir terus, bisa jadi. Setiap ucapan lo itu dianggap orang lain hanya omong kosong belaka. Gak ada yang peduli, terutama lagi. Lo akan dihiraukan dengan orang yang lagi lo ajak ngomong." Ucapnya yang kemudian berdiri ninggalin gue.

"Ya... Gue ditinggalin lagi. Kok hidup gue sial amat dah, ditinggalin mulu." Ucap laki itu sambil menggaruk kepalanya.

Flashback off

"Eh.... Ivka, ngapain di depan pintu gak masuk ke kelas." Ucap perempuan itu sambil tersenyum.

"Eh...elu mut, gu...Gue lagi ngobrol dengan orang yang ada di depan gue." Ucap nya denga melirik ke arah jaya yang masih termenung dalam lamunan.

"Lo ngapain ke kelas ini jay." Ucapan itu membuat lelaki yang sedari tadi termenung, terbangun dari lamunannya yang cukup lama.

"Eh... Elo kok ada disini sih mut." Tanya lelaki itu sambil menggaruk tengkuknya yang sebenarnya gak gatal.

"Ini kan kelas gue jay, ya... Jelas aja gue kesini. Dan pertanyaan itu seharusnya aku yang bilang ke lo. Ngapain lo kesini?, gak ada kerjaan banget sih. Haekal dari tadi nyari lo, dia sampe keliling kantin cuma untuk nyari lo." Ucapnya dengan panjang dan lebar.

"Ooo... Kelas lo disini. Gue kesini mau ketemu sama Ivka ada yang mau gue omongin. Lagi pula haekal juga yang tadi buat gue kesal." Ucap gue sambil natap perempuan itu.

Sedangkan perempuan yang di tatap malah. Ninggalin seperti biasanya.

"Yah...Yah... Kebiasaan buruknya mulai lagi." Ucap gue sambil nunjuk ke arah tu perempuan.

"Gue masuk dulu ya jay... Lo ke kelas lo aja sana kasian haekal pasti nyari lo susah payah.

Gue hanya mengangguk dan berjalan menuju kelas ku sendiri.

##

"Lo kemana aja sih jay." Ucap lelaki itu yang langsung nepuk pundak gue. Membuat gue terkejut.

"Abis dari kelas Ivka, ngapa?" Ucap gue ketus.

"Tumben ketus jay. Biasanya lo yang paling lebay di antara kami semua. Kok sekarang lo jadi gini." Ucapnya yang sambil merhatiin gue.

"Adik gue, dia mau pindah ke sekolah ini. Sebenarnya gue gak begitu keberatan, karena adik gue itu pinter nya minta ampun. Sekarang dia setara dengan kita kelas XI."

"Bentar gue gak ngerti maksud lo jay. Bukannya waktu gue ke rumah lo waktu kelas 8 dia masih kelas 7 kok sekarang sudah setara aja dengan lo."

"Kan sudah gue bilang. Dia anak pinter jadi waktu smp dia cuma 2 tahun. Gue sama dia aja yang beda pendapat. Dia maunya di sekolah yang jauh dan gue maunya yang deket rumah aja. Tapi karena mama gue khawatir anak kesayangannya kenapa-kenapa jadi waktu kelas XI dia di suruh pindah. Biar satu sekolah dengan gue."

"Terus apa urusannya dengan muka lo yang kusut kayak baju yang belum di cuci." Tanyanya dengan memiringkan kepala.

"Masalah yang kedua, mutia mengabaikan gue lagi dan lagi." Ucap gue dengan lemas.

"Bukannya lo sudah biasa di abaikan sama mutia jay, kok sekarang baru di abaikan gitu aja sudah lemas kek orang puasa 3 hari 3 malam aja." Ucapnya sambil memajukan kursi yang ada di sampingku.

"Lo belum tau aja permasalahannya, apa yang sedari tadi gue takutkan. Lo belum tau kal."

Lelaki itu hanya merenungkan ucapan sahabat smp nya itu.

##

Not A good girl.

Happy reader

Ketua Kelas VS Wakil Ketua KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang