14. cemburu tampa sebab

1K 49 1
                                    

Gue hanya temannya ya selamanya jadi temannya. Tapi mengapa seperti ada yang mengganjal ketika dia dekat dengan orang lain.
~yoga wijaya~

XI-BAHASA-A

kelas itu biasanya terlihat sangat ramai. Tetapi kali ini, kelas itu terlihat sangat sepi. Karena yang mengikuti lomba banyak dari kelas bahasa.

Sebenarnya bukan karena banyak murid dari kelas itu yang ikut lomba. Tetapi karena ada satu hal yang membuat dirinya menjadi sering melamun menghadap ke kelas itu.

"Hai." Ucapan itu membuat lamunan ku buyar seketika.

"Eh... elo kal, ngapain disini." Ucapnya to the point.

Sambil memiringkan kepalanya lelaki yang di sebut haekal itu lantas memegang kening temannya. "Suhu badan lo normal, tapi kok perranyaan lo gak normal ya jay." Ucapnya sambil berfikir.

"Sorry...sorry gue lupa kalo lo satu kelas  dengan gue." Ucapnya  sambil menggaruk tengkuknya.

"Lo lagi ngelamun apaan sih. Kok serius amat, nanti kalo lo kesambet  sama penunggu sekolah ini gimana." Ucap lelaki itu asal.

"Kalo ngelamun mana ada yang serius. Kalo kesambet orang yang pertama kali gue tikam itu lo." Ucapnya.

"Au... aku tercyduk." Ucap lelaki itu.

"Mana ada orang yang mau cyduk lo bego." Ucapnya sambil membuka ponselnya.

Dia membuka ponsel yang sedari tadi di dalam saku celananya.

Dan membuka sebuah kotak pesan.

Ywjaya : lo nanti mau pulang serempak gue atau enggak?

Lelaki itu memencet tombol send di keyboard nya.

Vito ikram : gue pulangnya lama kak nanti gue naik taksi aja sama temen gue.

Ywjaya : temen yang mana?

Vito ikram : mutia kak.

Melihat pesan itu dia jadi tertegun dan tidak membalas chatnya lagi.

Flashback

Perempuan itu pun langsung mengalihkan pandangannya lagi ke arah adik gue.

"Oh..iya vit, lo mau ngomong apa." Ucap perempuan itu kepada adik gue.

Lelaki itu pun tersenyum. Sambil menatap ke perempuan itu. "Gue cuma mau bilang kalo misalnya besok kita ngumpul di aula sekolah dan tinggal 2 minggu lagi kita mau pergi untuk lomba bu fita nyuruh gue untuk bilang ke seluruh yang ikut lomba untuk fokus kelomba."

"Cuma itu aja." Ucap perempuan itu pendek.

Lelaki itu hanya mengangguk.

"Ya ampun vito, gue kira lo mau ngasih tau apaan." Ucap perempuan itu sambil geleng geleng.

Lelaki itu pun tertawa kecil. Sedangkan aku hanya menatapnya datar. Tapi, tatapan datar itu hanya berjalan beberapa detik karena mereka berdua membuat suatu hal yang sangat membuat diri gue terasa tersakiti.

"Eh di rambut lo ada apa mut." Ucap lelaki itu sambil mengambil sebuah benda kecil yang ada di atas rambutnya.

Hal itu yang membuat hati ku terasa seperti teriris iris dengan sebuah pisau yang sangat tajam.

Yang membuat diri ini tidak bisa menahan rasa sakit ini ketika mereka tertawa bahagia. Dan tertawanya perempuan itu tidak seperti ketika tertawa dengan gue.

Apa itu yang namanya tertawa dengan orang yang di suka. Dan tertawa yang dia berikan pada saat kami bercanda itu hanyalah tertawa secara formalitas.

Flashback off

Lelaki itu meletqkkan ponselnya di dalam sakunya lagi dan segera masuk ke dalam kelas lagi.

Lelaki itu merasa suatu hal yang sangat aneh.  Dia teringat dengan ucapan temannya.

Flashback

"Jay lo jangan sering sering jahil dengan mutia." Ucap lelaki itu kepada gue.

"Emang kenapa lo suka ya sama dia." Ucap gue.

"Gue gak suka sama dia. Lo kan juga tau kalo gue sukanya sama alika, gue cuma mau nyaranin aja. Karena cinta itu datang dari suatu hal yang tak wajar seperti lo dengan mutia." Ucap lelaki itu dilanjutkan dengan gue yang melirik ke arah perempuan yang di sebut mutia itu.

"Emang apa yang tak wajar." Ucap gue.

"Lo itu sering jahili dia. Bisa aja sekarang lo gak suka sama dia. Dan nanti lo bisa suka sama dia." Ucal lelaki itu.

"Ivka gak mungkin gue bisa suka dengan cewek cerewet kayak dia." Ucap gue.

"Cerewetnya dia bisa buat lo kangen suatu saat nanti jay." Ucap lelaki itu sambil beranjak pergi dari tempat itu.

Flashback off.

Ucapan itu yang sekarang berputar putar di dalam kepala lelaki itu.

Ucapan yang pernah dia bantah dan sekarang jadi kenyataan.

##

Cie yang jadi reader tapi gak pernah vote

Ketua Kelas VS Wakil Ketua KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang