4. mutia dan alika

2.5K 62 3
                                    

Hufftttt...

"Ngapa lo. Kok kek orang kecapekan?" Tanya seorang perempuan dengan rambut sebahu yang sedang duduk tepat di sebelah gue.

"Biasa." Ucap gue dengan santai dan mulai berdiri lagi untuk memesan minuman segar yang ada di kantin itu.

Saat gue mau duduk lagi perempuan itu bertanya lagi.

"Semenjak kita semua naik kelas XI kita jarang denger lo sama jaya berantem. Biasanya setiap hari, setiap waktu, setiap saat. Lo pasti berantem sama tu orang."

Gue meminum minuman yang sudah gue beli. "Kok gue punya temen aneh ya... Sudah tau temen nya lagi gak berantem bukannya bahagia ini malah nanyain. Kok jarang berantem."

"Ya... Gue kan cuma nanya mut."

"Gue gak berantem sama tu orang. Karena kamu emang lagi gak berantem." Ucap gue yang masih melanjutkan meminum minuman gue.

Sedangkan perempuan itu hanya memutar bola matanya tanda dia kesal melihat tingkah laku gue.

"Gue mau balik ke kelas gue. Lo mau balik ke kelas lo atau lo mau di sini sendiri." Ucap gue sambil meletakkan gelas minuman itu di atas meja kantin.

"Idih... Gue gak mau sendiri di kantin. Nanti orang bilang gue jomblo forever. Lebih baik gue ikut lo." Ucapnya sambil ikut berdiri.

"Kelas kita kan beda gedung pinter." Ucapnya gue sambil menatap perempuan itu.

"Setidaknya kita berpisah waktu keluar dari kantin." Ucapnya

"Idih... Mulai lo lebay, diajarin sama siapa lo jadi lebay gini?"

"Diajarin sama Yoga Wijaya." Ucapnya sambil menekankan kata yoga wijaya.

Mereka berdua berjalan keluar dari kantin itu. Mulai menuju ke arah kelas masing-masing.

##

XI-BAHASA-A

Perempuan itu berjalan menuju kelas XI-BAHASA-A. Dia melihat seorang lelaki sedang bersama seorang lelaki. Lebih tepatnya teman lelaki itu. Perempuan itu mencoba menyipitkan matanya agar terlihat jelas.

Tapi sayangnya perempuan itu hanya dapat melihat dengan jelas lelaki itu. Sedangkan temannya tidak dapat dilihat dengan jelas karena lelaki itu membelakangi perempuan itu.

Perempuan itu berjalan menuju arah lelaki itu. Bukan karena ingin melihat lebih jelas. Tapi, lelaki itu sedang berdiri di depan kelasnya dan menghalangi setiap orang yang ingin keluar dan masuk ke dalam kelas itu.

Eh.... Ivka, ngapain di depan pintu gak masuk ke kelas." Ucap gue sambil   tersenyum.

"Eh...elu mut, gu...Gue lagi ngobrol dengan orang yang ada di depan gue." Ucap lelaki yang sedari tadi dia tatap. Lelaki itu melirik ke arah jaya yang masih termenung dalam lamunan.

"Lo ngapain ke kelas ini jay." Ucapan itu membuat lelaki yang sedari tadi termenung, terbangun dari lamunannya yang cukup lama.

"Eh... Elo kok ada disini sih mut." Tanya lelaki itu sambil menggaruk tengkuknya yang sebenarnya gak gatal.

"Ini kan kelas gue jay, ya... Jelas aja gue kesini. Dan pertanyaan itu seharusnya aku yang bilang ke lo. Ngapain lo kesini?, gak ada kerjaan banget sih. Haekal dari tadi nyari lo, dia sampe keliling kantin cuma untuk nyari lo." Ucap gue dengan panjang dan lebar.

"Ooo... Kelas lo disini. Gue kesini mau ketemu sama Ivka ada yang mau gue omongin. Lagi pula haekal juga yang tadi buat gue kesal." Ucap lelaki itu sambil natap gue itu.

Sedangkan gue, entah karena males lihat cengirannya atau apa. Gue lebih milih masuk kelas.

Gue duduk di kursi tempat tas gue berada. Disitu masih terlihat jelas wajah jaya dan Ivka. Entah gue yang gak liat atau apa, jaya tiba-tiba gak ada lagi di depan pintu kelas gue. Ah... Bodo amat, males ngurusin. Tapi Bentar, kok gue kepikiran tu orang ya.

Lebih baik gue baca novel aja dah. Dari pada ke pikiran dia terus. Bisa bisa jadi orang stress.

Gue membuka tas gue, dan mengambil sebuah buku yang bisa gue baca.

##

Seorang perempuan masuk kedalam sebuah rumah. Sebenarnya dia tidak sendiri. Dia bersama temannya, teman sekelasnya dulu.

"Lik lo tunggu sini dulu. Gue mau ambil minum dulu." Kata perempuan yang sebenarnya anak pemilik rumah itu.

Rumah itu tidak memiliki pembantu. Karena, pemilik rumah tersebut lebih memilih untuk membersihkan rumah itu sendiri. Bukan berarti mereka tidak ingin menghabiskan uang untuk membayar pembantu. Tapi, mereka ingin anak semata wayang nya itu. Menjadi anak yang mandiri.

Karena itulah perempuan itu. Bisa memasak atau pun lain sebagainya. Hal itu juga yang membuat semua orang tertarik kepadanya. Tertarik bukan berarti suka. Tetapi hanya senang memiliki teman yang bisa melakukan pekerjaan rumah.

Perempuan itu kembali ke depan dengan membawa sebotol minuman dingin untuk temannya. Perempuan itu meletakkan air itu di atas meja. Kemudian perempuan itu duduk di sofa itu.

"Kok gue jadi merepotkan lo mut." Ucap temannya sambil melirik ke arah perempuan itu.

"Enggak apa apa kali lik, gue juga sudah terbiasa kalau ada tamu bikinin minum." Ucap perempuan itu, lalu melanjutkan ucapannya. "Lagi pula gue yang ngajak lo main ke rumah gue. Jadi lo anggap aja rumah gue ini seperti rumah lo."

"Emang orang tua lo kemana mut." Ucap temannya sambil melirik ke arah foto keluarga perempuan itu.

##

Author lelah....

Multiaeka

Ketua Kelas VS Wakil Ketua KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang