E X T R A S A T U

6.3K 263 38
                                    

Ada yang kangen sama Ai - Ansel? Nggak ada kan? Ada dong, udah ketulis gini extra part-nya.

Astrid

***

Ai terjaga karena orang yang tidur di sebelahnya terus menerus bergerak gelisah. Namun, wanita itu tidak membuka matanya, berharap Ansel segera terlelap lagi.

"Ryn?" Satu tepukan pelan mendarat di pundaknya. Suara Ansel terdengar serak. "Fairyn?" Suara itu terdengar lebih jelas. Lelaki itu mengguncang pelan tubuh Ai. Akhirnya Ai memutuskan untuk meladeni suaminya itu.

"Apa, Sel?" ujar Ai sambil membalikkan tubuhnya menghadap Ansel. Lelaki itu memamerkan senyumnya ketika dia melihat Ai membuka matanya. "Kamu kenapa? Ini 'kan," Ai melirik jam dinding, "jam satu malam."

Lelaki itu mengabaikan nada protes dalam kalimat Ai. Dia malah tengkurap di samping Ai.

"Kamu tau nggak ada eskrim rasa bubble gum?" tanya Ansel.

"Hah?" Ai praktis melongo mendengar pertanyaan aneh yang sama sekali tidak penting.

"Kamu tau, nggak?" ulang Ansel dengan gemas. "Yang warnanya biru, kuning, sama pink?"

"Kenapa kamu tanya ini jam segini sih, Sel?" tuntut Ai. Dia mulai kesal karena sepertinya Ansel tidak merasa tingkahnya aneh dan menyebalkan. Lelaki itu malah cengar-cengir tak bersalah.

"Aku mau itu," ujar Ansel. "Kira-kira kamu tau nggak belinya di mana?"

"Aku nggak tau, Ansel. Jangan tanya aku tengah malem kayak gini. Kamu pikir aku direktori berjalan?" omel Ai. "Aku cape, ah." Wanita itu membalikkan badan, memunggungi Ansel.

"Kok kamu jawabnya nyebelin gitu sih? Aku tanya baik-baik lho!" balas Ansel dengan nada meninggi. Emosi Ai tersulut. Entah ada apa dengan suaminya ini, yang pasti tingkahnya super menyebalkan. Mau tidak mau, Ai membalikkan badannya lagi. Wanita baru membuka mulutnya untuk membalas Ansel. Namun, Ansel lebih dulu menyambung.

"Janji, besok kamu temenin aku cari itu?" ujar Ansel. Meski terlihat kesal, Ai bisa melihat matanya berbinar cerah. Wanita itu tidak jadi mengomeli Ansel. Jujur saja, walaupun dia kesal, tapi wajah polos Ansel membuatnya tidak tega.

"Aku janji, kalau kamu janji langsung tidur sekarang. Beneran deh, ini topik yang absurd dibahas tengah malam dan kamu sampai perlu bangunin aku," putus Ai. Ansel menyerngitkan keningnya, agak tidak setuju dengan tawaran Ai.

"Tapi kamu tau 'kan belinya di mana?" desak Ansel. Ai memutar bola matanya.

"Aku janji temenin kamu besok. Besok, Ansel. Oke, bukan besok. Pagi nanti. First thing in the morning, oke?" balas Ai.

"Aku sampe kebawa mimpi loh, Ryn," rajuk Ansel.

"Astaga, Ansel! Kamu beneran mau bikin aku kesel sekarang? Aku itu lagi hamil loh, hamil tiga bayi! Aku butuh istirahat. Dan kamu kerjaannya bangunin aku dan maksa aku jawab masalah eskrim? Kamu nggak merasa itu keterlaluan?" maki Ai. Tanpa disadari, dia malah menangis di depan Ansel saking kesalnya.

Awalnya Ansel hanya mengerjapkan mata melihat Ai menangis. Lelaki itu memang tahu bahwa Ai jauh lebih sensitif di kehamilannya yang sekarang. Wanita itu pernah menangis beberapa jam ketika Ansel pulang dengan membawa makan malam dan tidak memakan makanan yang dimasaknya, sampai akhirnya Ansel dengan perut yang penuh terpaksa menghabiskan semuanya.

"Sorry," ucap Ansel pelan dengan nada yang sama sekali tidak menyesal. Ai terisak semakin kencang.

"Kamu jahat! Kamu egois!" pekik Ai.

"Aku cuma mau eskrim. Jahat dan egois dari mana? Itu bahkan bukan masalah yang perlu kamu tangisin!" bantah Ansel.

"Apa kamu bilang?! Eskrim terus yang kamu pikirin!" omel Ai. "Dasar lelaki nggak bertanggung jawab! Egois! Nyebelin!"

Ansel menghela napas panjang, memilih mengalah. Dia selalu tidak tega melihat Ai menangis. Ansel mendekatkan dirinya pada istrinya. Direngkuhnya tubuh Ai yang masih sesegukan.

"Aku minta maaf. Oke?" bujuk Ansel. "Ya, Sayang?" Ai masih menangis, tetapi tidak menolak pelukan Ansel. "Sudah ya, Ryn. Please?"

"Kamu egois," isak Ai. Ansel menghela napas lagi.

"Iya, aku egois. Maaf ya," ucap Ansel. Hanya dengan mengiyakan semua tuduhan, Ai akan mereda lebih cepat. "Aku minta maaf udah bangunin kamu untuk sesuatu yang sepele. Sekarang, kita tidur lagi ya?"

Ai menghapus air matanya. Ansel merenggangkan pelukannya, membuat mereka berdua bertatapan.

"Beneran?" tanya Ai. Ansel mengecup kening Ai.

"Beneran," tegas Ansel. "Tapi inget janji kamu tadi loh. Besok temenin aku cari--"

"Eskrim rasa bubble gum. Iya, aku inget dan aku janji," potong Ai. Dia mencium bibir Ansel sebelum akhirnya membalikkan badannya memunggungi Ansel dan mencoba tidur kembali.

***

How To Let Go (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang