Pressed - 4

114 13 9
                                    

Aku terperangkap tatapanmu. Membuat otakku selalu mengingat matamu. Jangan khawatir, kau aman bersamaku.
.
.
.

Surya dunia membuat Kenzie mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia tertidur dalam dekapan Bryan. Ya. Dalam dekapan pria yang diam-diam mencintainya itu.

"Aw..." Luka itu menyadarkan Bryan. Kenzie tak sengaja menyentuhnya barusan. "Ah, maaf Bryan..." Katanya dengan suara memelas.

Seketika, ringisan Bryan terhenti saat mendapati Kenzie sedang berada tepat di depan wajahnya. 'Tatap-tatapan' itu berlangsung lama.

Mata Kenzie terlihat indah. Seakan ada pemandangan sejuk di dalamnya. Begitu juga mata Bryan. Terlihat gagah dengan iris coklatnya itu.

"Oh, God! Aku terpaku melihat matanya" batin Kenzie.

Beberapa detik kemudian, Bryan mengalihkan pandangannya. Ia tahu bahwa Kenzie tak akan pernah membalas perasaannya. Bryan yakin itu. Mana mungkin perempuan polos itu mau dengan Bryan yang agak brengsek terhadap wanita. Itu diluar sepengetahuan Kenzie-

.
.
.

Pipi tembam Kenzie memerah. Pikirannya tak bisa melupakan adegan 'tatap-tatapan' itu. "Ada apa denganmu, Kenz??" Batinnya.

.
.
.

Bryan berdiri dari duduknya. Beranjak menjauhi Kenzie yang masih mem-blushing. Dan hilang dibalik semak.

"Bryan? Bryan?" Kata Kenzie kebingungan setelah mendapati Bryan tak lagi berada di dekatnya.

Kenzie terdiam.

"Kau merindukanku?" Bryan muncul dengan buah tangan. Ia membawa beberapa singkong di kedua tangannya. "Maaf, aku lapar. Aku nggak bisa hidup tanpa sarapan!?".

"Maaf, sebagai perempuan harusnya aku yang menyiapkan sarapanmu." Kenzie mendekati tubuh Bryan.

"Apa?! Mm... benar-benar calon istri idaman!?" Kenzie menatap Bryan bingung. "Apa?!" Tanyanya bingung. "Mm maksudku, Kenzie adalah perempuan yang rajin-" kata Bryan. Sudah jelas kata-kata itu bohong-

Bryan membakar singkongnya. Mereka menikmati api unggun di pagi hari.

.
.
.

"Lebih baik, kita segera melanjutkan perjalanan." Bryan beranjak dari duduknya setelah melahap satu buah singkong hangat. "Kau benar." Kenzie mendongak ke arah Bryan.

Mereka kembali berjalan dengan santainya. Meninggalkan api unggun yang sudah mati. Sesekali mata Kenzie menatap Bryan dalam diam. Mencoba mengintimidasi setiap bagian wajahnya. Membuat bibir tipis Kenzie tersenyum kecil.

"Ada apa?" Bryan menyadari salah satu Kenzie. Mereka berbicara sembari melangkahkan kaki. "Ha? Nggak, kok!?" Kenzie membubarkan penglihatannya dengan pura-pura menatap alam sekitar.

Mereka terus berjalan, sampai akhirnya menemukan sebuah sepeda jepang berwarna putih berhias bunga. Benar-benar terlihat anggun.

 Benar-benar terlihat anggun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Adventure BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang