Magic Food - 7

108 8 3
                                    

Mereka kembali bergandengan tangan. Sampai terlihat suatu aula besar. Bukan, tapi sangat besar. Aula itu kosong. Tidak ada siapa-siapa di dalamnya. Lalu harus bagaimana?- Batin Kenzie.

Bryan mengingat peta yang masih di pegangnya. “Apakah ada hubungannya dengan peta ini, Kenz?” kenzie menoleh ke arah Bryan. Mencoba mencerna perkataan Bryan.

“Mungkin iya.” Gumam Kenzie sembari menganggukkan kepalanya pelan.

“Kau masih membawa peta kayunya?” tanya Bryan mengungkit peta papan kayu yang ia temukan di sungai.

“Aku selalu membawanya.” Dilihatkanlah peta papan kayu tersebut pada Bryan.

Mereka berdua mencoba mencari sebuah simbol istana. Dan benar. Tertera dengan jelas disana.

Namun, tidak ada petunjuk lain selain simbol istana itu. Mereka menjadi agak resah karena harus memecahkan misteri untuk kesekian kalinya.

Mencari tombol yang sekiranya dapat memunculkan sesuatu yang magic. Dan nihil. Mereka tidak menemukan tombol apapun. Mungkinkah harus memakai mantra?

Pemikiran itu masih terngiang di telinga Bryan.

Mantra. Mantra. Mantra.

Mantra apa yang harus kuucapkan?? Teriak Bryan di dalam hati.

“Bryan? Bacaan macam apa ini?!!” Kenzie memperhatikan sebuah bacaan yang terukir di balik karpet merah.

“Apakah ini mantra?” lanjut Kenzie mengira-ngira.

Semangat Bryan kembali muncul saat Kenzie berbicara mengenai mantra. Ya. Memng itu mantranya. Bryan menghampiri Kenzie yang tengah berlutut menengok ke baah karpet.

“Biar aku lihat.” Sapa Bryan.
Bryan memejamkan matanya. Sedangkan Kenzie hanya memperhatikannya dengan tatapan yang khawatir. Apa dia kerasukan?- Batin Kenzie konyol.

Satu menit berlalu. Bryan membuka matanya tenang. Kemudian menatap bacaan yang ditemukan Kenzie itu. Tatapannya penuh keyakinan. Hingga ia membuka mulutnya dan membaca bacaan itu perlahan.

Kenzie tak habis pikir. Dari mana Bryan belajar semua bahasa aneh. Kakek neneknya bukan seorang pahlawan perang sehingga harus mempelajari bahasa lawan. Kemudian diajarkan pada Bryan.

Ah!! Pikiranku kemana-mana- Batin Kenzie.

Bryan masih terus membacanya berulang-ulang. Memang hanya satu kalimat menurut Kenzie. Maka dari itu Bryan terus membacanya berulang kali.

“Mengapa berhenti? Apa kau sudah selesai?” rasa penasaran menyelimuti pikiran Kenzie. Pada saat Bryan mulai berhenti berkata, ia langsung melontarkan pertanyaannya.

Bryan masih memejamkan matanya setelah membaca bacaan bodoh itu. Ia terlihat fokus dengan mata yang terpejam. Dengan tiba-tiba, bangunan megah dan mewah itu bergerak. Seakan ada gempa melanda. Dan-




Brukkk!!!!





Meja besar nan panjang turun dari langit. Apa? Maksudnya dari langit-langit. Membuat Kenzie dan Bryan sedikit tersingkir karena kencangnya angin yang tiba-tiba datang.

Meja itu sudah berdiri rapi dengan kaki delapannya.






Cliiinggg...





Sebuah hal yang magic kembali menimpa dua insan yang sedang berpetualang itu. Dan untungnya, mereka tidak kebingungan lagi untuk makan.

Karena, beberapa menu makanan dan juga minuman tiba-tiba tersedia begitu saja di atas meja. Semuanya telihat menggiurkan. Kenzie dan juga Bryan menganga tak percaya.

“Astaga! Apa yang terjadi? Makanan? Semua itu, apakah khusus untuk kita?” Kenzie kembali bertanya pada Bryan.

“Ya. Itu makanan kitaaaaa...” Raut wajah Bryan berubah setelah benar-benar memastikan bahwa makanan itu asli. Bukan khayalan. Lantas, kakinya yang kokoh langsung berlari kecil menghampiri makanan lezat yang tersedia. Begitu juga dengan Kenzie.

●●●

___________________________________

*12 JULI 2017

Sekali lagi maaf ya readers, updatenya lama terus😢 soalnya terbawa suasana pengennya nulis yg coffe shop mulu😢

And

💚Happy Reading!💙

Jangan lupa vomment!😘😘😘


-Dinar Eka Safitri-

The Adventure BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang