11. Conspiration

4.8K 496 18
                                    

*gambar hanya pemanis

NOT CINDERELLA

Disclaimer by: Masashi Kisimoto
Story by: Elvana Mutia

Part 11 : Conspirations

"Tou-chan, kenapa Hinata harus punya adik?" Hinata kecil terlihat memeluk Hiashi dengan lengan kecilnya. Hiashi mengusap puncak kepala putri sulungnya itu lembut.

"Agar Hinata bisa memiliki teman." ucap Hiashi lembut. Hinata kecil terlihat menggembungkan pipinya dengan gemasnya.

"Tapi kan ada tou-chan yang akan menemani Hinata."

Hiashi tersenyum lembut, senyum yang jarang ia tunjukan mengingat seangkuh apa ia dikenal oleh orang lain. "Kalau kaa-chan dan tou-chan tidak ada, Hinata masih memiliki seorang adik untuk menemani kan?" Hinata kecil nampak menelengkan kepalanya dan memasang wajah inocentnya yang begitu imut. "Kalau tou-chan dan kaa-chan tidak di rumah, Hinata harus menjaga Hinabi baik-baik ya?" Hinata kecil mengangguk mantap seraya tersenyum manis.

"Maaf saya tidak bersama Hiashi-sama saat kejadian." Hinata mengangguk pada Kakashi yang kini berdiri di hadapannya dengan dipenuhi rasa bersalah.

"Ini bukan salahmu, setidaknya aku senang satu-satunya orang kepercayaan keluargaku masih baik-baik saja." ucap Hinata dengan tenang dan teratur. Jauh berbeda dengan adiknya, Hanabi yang sudah menghabiskan satu jam untuk menangis, dan kini Hanabi sudah diantar ke rumah agar lebih tenang. Setelah mendengar kabar bahwa Hiashi mengalami kecelakaan, Hinata dan Hanabi langsung menuju rumah sakit dengan diantar oleh Sasuke. Di rumah sakit mereka bertemu Terumi dan Karin yang sudah mendahului dan dalam menggenaskan. Mengenaskan disini dalam artian make up luntur karena air mata dan isakan tangis yang menurut Hinata terlalu berlebihan.

"Aku mau kejadian ini diselidiki sampai ke akarnya." Terdengar suara bariton Sasuke yang menggema di sepanjang koridor rumah sakit. Ia terlihat berbicara dengan seseorang melalui ponsel pintarnya. "Hn." Sasuke mengakhiri sambungan telefon lalu berjalan mendekati Hinata sambil melepas jasnya.

"Pakai ini." Sasuke memasangkan jasnya untuk menutupi bahu Hinata yang terekspos karena masih mengenakan gaunnya.

"Arigatou, Sasuke." Hinata tersenyum tulus pada Sasuke, membuat Sasuke kembali tersihir dan ikut tersenyum meski senyum yang ia tunjukkan begitu abstrak.

"Mobil yang tou-sanmu tumpangi bertabrakan dengan mobil lain yang berlawanan arah, begitu menurut keterangan orang-orangku." Sasuke mengusap bahu Hinata, seolah berusaha menyalurkan kekuatan agar gadis itu tidak runtuh. Tapi sepertinya perbuatannya sangatlah sia-sia, raut wajah Hinata terlihat tenang dan tidak menunjukkan perasaan sedih sama sekali. "Duduklah, Hinata." Sasuke mendudukan Hinata di kursi tepat di samping Terumi dan Karin yang terlihat masih tenggelam dalam isakan, hanya saja Terumi terlihat lebih bisa mengendalikan tangisannya.

"Kakashi-san, tolong jaga Hanabi di rumah. Aku tidak ingin dia kenapa-kenapa juga." Hinata berucap dengan teratur namun memancarkan kilatan tajam yang hanya bisa ditanggap dengan baik oleh Terumi dan Karin yang duduk di sampingnya.

"Baik, Hinata-sama. Lalu bagaimana dengan anda?"

Hinata tersenyum lembut lalu merangkul lengan kekar Sasuke. "Masih ada tunanganku yang akan menjagaku." Sasuke tersenyum dalam hatinya, merasa senang dengan pengakuan Hinata yang entah kenapa terasa begitu berharga baginya.

"Baiklah. Saya mohon pamit, Hinata-sama." Kakashi membungkukkan badannya sebelum akhirnya berjalan menjauh.

"Hinata, kau harus bersabar ya sayang." Terumi mengusap bahu Hinata lembut, namun yang Hinata rasakan adalah mata pisau tumpul yang mengulitinya hidup-hidup di setiap sentuhan itu. Hinata tersenyum manis pada ibu tirinya itu.

Not CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang