NOT CINDERELLA
Disclaimer by: Masashi Kisimoto
Story by: Elvana MutiaPart 15 : Hyuga Reborn
"Sepertinya kita kedatangan tamu." bersamaan dengan berakhirnya suara Hinata, pintu utama ruang pertemuan pun terbuka. Dua orang pria berseragam disusul dengan seorang wanita berseragam senada memasuki ruangan setelah mendapat kode anggukan kepala dari Hinata. Semua mata kini terfokus pada ketiga orang tersebut.
"Apa aku lupa mengatakan kalau aku juga mengundang detektif Temari dari sunagakure ke pertemuan ini?"
Suara bisik bisik kembali memenuhi ruang rapat. Semua bertanya-tanya perihal alasan kenapa seorang detektif terkenal dari Sunagakure sampai harus datang ke pertemuan itu. Sementara Terumi yang mulai memahami kemana arah jalan rencana Hinata kini mulai dilanda rasa panik meskipun tertutup wajahnya yang begitu kelewat tenang.
Dalam diamnya Sasuke hanya bisa menduga bahwa semua ini tidak lepas dari insiden kecelakaan yang menewaskan calon mertuanya.
"Temari-san, silakan." ucap Hinata tersenyum ramah yang entah kenapa bagi Terumi terasa seperti senyum seorang malaikan maut yang siap mencabut nyawanya. Hanya saja jika Hinata adalah malaikat maut, gadis itu akan dengan senang hati menarik ulur rohnya untuk memberi sensasi siksaan tiada tara.
"Saya disini hanya memenuhi kewajiban untuk menangkap Terumi-san dan Karin-san atas tuduhan sabotase dan pembunuhan berencana atas insiden kecelakaan yang menewaskan mendiang Hyuuga Hiashi."
Gotcha! Sasuke tersenyum bangga. Bukan bangga atas tebakannya yang telah benar, namun lebih kepada bangga atas apa yang berhasil Hinata capai meskipun tanpa bantuannya. Ya benar, beberapa hari yang lalu Hinata meminta Sasuke untuk tidak campur tangan pada kasus ini. Dan lihat apa yang telah gadis itu berhasil raih.
"Apa!? Itu tidak mungkin. Atas dasar apa kau ingin menangkap kami?" Karin berteriak cukup keras setelah menggebrak meja pertemuan yang mengakibatkan beberapa orang disana terperanjat kaget, tak terkecuali kru stasiun televisi yang Hinata undang. Meluap sudah karisma yang ia bangun sejak marga Hyuuga dibubuhkan sebagai nama depannya.
Temari menunjukan selembar kertas surat perintah penahanan yang telah dibubuhi stempel resmi dari kejaksaan. Sementara Karin sibuk dengan ketidakterimaannya, Terumi hanya diam sambil terus beradu tatapan dengan Hinata. Sungguh, ia tidak pernah menyangka gadis lugu yang menjadi anak tirinya itu bisa berubah menjadi bumerang baginya. Ia seperti bisa melihat sosok Hikari dalam diri Hinata, namun ada perbedaan mencolok dari sepasang anak dan ibu itu, Hinata memiliki jiwa yang jauh lebih kuat. Mungkin ia telah membuat kesalahan besar dengan berfikir bisa mengusik keluarga Hyuuga.
"Yah sepertinya ini sudah berakhir." Terumi akhirnya angkat suara, berusaha mendiamkan mulut putrinya yang terus saja mengatakan tuduhan dan surat penangkapan itu palsu.
Hinata menahan nafasnya sejenak. Entah kenapa beban di hatinya seolah belum sirna sekalipun melihat Terumi yang sudah mengakui kejahatannya secara tidak langsung. Seperti ada beban lain yang jauh lebih berat yang sedang menantinya.
Sasuke?
"Bawa mereka." titah Temari pada kedua pria yang merupakan bawahannya. Mereka pun membawa Karin dan Terumi keluar dari ruangan. "Terima kasih atas waktunya, saya permisi." pamit Temari sebelum melangkah keluar.
"Pertemuan ini cukup sampai disini." Setelah mengatakan itu, Hinata dengan tenang melangkah meninggalkan ruangan begitu saja. Konan yang tidak siap dengan sikap Hinata segera membereskan berkas-berkas dan mengikuti langkah atasannya itu.
Melihat hal itu, Sasuke tau ia harus menemui tunangannya itu. Setelah hari ini, berita mengenai Hyuuga Production akan menjadi trending topic seantero Jepang, dan Sasuke tau Hinata pasti membutuhkannya di saat-saat sulit seperti itu. Hanya saja, ia punya satu pertanyaan di kepalannya. Siapa yang sudah membantu Hinata menemukan bukti untuk menyeret Terumi ke meja hukum? Temari memang detektif handal, tapi tanpa akses penyelidikan yang suruhan Sasuke tidak bisa dapatkan, mana mungkin bukti-bukti itu bisa ditemukan.
[~Not Cinderela~]
Belum selesai dengan semua kepenatannya, Hinata masih harus berhadapan dengan kerasnya penolakan Neji atas keputusannya. Sejak dentuman keras pintu ruangannya beberapa menit lalu, Neji dengan kesal meluapkan ketidakterimaannya atas apapun yang Hinata katakan di ruang pertemuan.
"Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu? Kau mau menyerahkan perusahaan ini padaku? Yang benar saja, aku tidak akan mampu memimpin perusahaan ini sebaik dirimu, dan kau jelas tau itu kan."
Menghela nafas untuk kesekian kali, Hinata menatap kakaknya itu dengan raut wajah datar, seolah semua kekesalan Neji tidak berarti apapun baginya. "Kalau begitu kau harus." ucapnya enteng yang sontak membuat Neji gemas bukan kepalang. Ingin rasanya ia menjungkir meja kerja Hinata sambil berteriak keras dan mengacak-acak isi kantor ini seperti orang kesetanan. Namun akal sehat yang ia miliki berhasil mencegahnya melakukan hal konyol itu yang jelas akan merusak reputasinya sebagai seorang Hyuuga.
Neji memilih bersikap tenang meskipun genderang di kepalanya telah berdentum keras. "Aku mungkin memang ahli waris yang sah, tapi kau lah yang mengurus semuanya selama ini. Mana bisa aku mengambil kembali perusahaan yang sudah kau besarkan dengan keringatmu bersama ayahmu." Berharap Hinata akan luluh, Neji memasang tatapan ibanya. Namun ia tidak tau, adiknya itu justru membenci tatapan seperti itu.
Hinata tersenyum sinis mengingat semua usaha kerasnya untuk membawa perusahaan ini menuju puncak kesuksesan sedangkan Terumi hanya sibuk mencari cara untuk merebut hasil kerja kerasnya, sementara Neji tidak mendampinginya dimasa-masa sulit itu. Oh sungguh baik sekali kakak yang seperti itu.
"Lalu apa kau akan membiarkanku mengurus perusahaan ini terus menerus sepanjang hidupku? Sudah kubilang kan aku akan mengembalikan keadaan seperti seharusnya. Dan inilah yang seharusnya." begitu dingin dan menusuk, perkataan Hinata tanpa ia sadari telah menohok hati kakaknya itu. Meraih sebuah map seolah tak acuh pada ucapannya, Hinata berusaha mengalihkan fokusnya pada isi map itu, meskipun pikirannya justru sedang kalut.
"Apa maksudmu seperti yang seharusnya?" Neji merebut map di tangan Hinata lalu melemparnya asal ke atas meja. "Ini sama sekali tidak benar."
Hinata melotot tak suka atas tindakan Neji ditambah dengan segala tetek bengek mengenai perpindahan kedudukan yang harus ia selesaikan secepat mungkin, dalam kekalutannya Hinata berusaha menyisipkan ketenangan khas seorang Hyuuga.
"Justru inilah kebenarannya. Kenapa kau tidak pernah mengerti? Kau adalah kakakku, dan kau menyayangiku sebagai adikmu kan? Maka bersikap jantan lah dengan tidak membiarkan adikmu ini menanggung beban yang begitu berat atas perusahaan ini."
[~Not Cinderela~]
Naruto tersenyum puas melihat seluruh berita di televisi yang menayangkan berita penangkapan Terumi dan Karin. Dua penghalang yang selama ini menjadi tembok pemisah berduri antara dirinya dengan Hinata kini telah berhasil dirobohkan. Naruto tau, hari seperti ini pasti akan tiba. Hinata sudah selesai dengan semua ambisinya, dan Naruto tau betul kapan ia harus memanfaatkan celah yang ada untuk kembali mendapatkan gadisnya.
Senyumnya mendadak pudar tatkala sosok Sasuke muncul dalam siaran televisi meskipun hanya sekelebat. Ia lupa kalau tembok penghalangnya masih tersisa satu. Dan mungkin ia tidak tau kalau tembok terakhir adalah yang terkokoh yang harus ia hancurkan, atau mungkin setidaknya ia lewati
[~To Be Continue~]
Setiap update fanfic ini, selalu aja disertai permintaan maaf. Ya iyalah emang outhor'nya salah. Hehe gomen gomen :) sebelumnya terimakasih banyak buat pembaca fanfic ini yang masih setia banget nunggu dari jaman old sampe jaman now wkwkw :v dan mohon maaf banget karena keterlambatan update yang teramat sangat telat sekali (kira-kira berapa bukan ya😅), sebelumnya saya beralasan karena mengikuti event duta wisata, sekarang alasan saya adalah karena saya sibuk mempersiapkan UNBK (tgl 2 kemaren) dan sekarang sibuk mempersiapkan lamaran kerja 😅
Intinya saya mohon maaf sebesar-besarnya
Jangan lupa vote dan komen ya minna~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Cinderella
Fanfiction[SasuHinaNaru] Hidup tidaklah seindah dongeng Sleeping beauty, tidak sedramatis Snow White, tidak seirasional Beauty And The Beast, juga tidak semanis Cinderella. Hinata, seorang heirs Hyuga tidak akan membiarkan takdir mempermainkannya. Justru Hina...