Gara-gara kejadian di kantin tadi, aku jadi malas kembali ke kelas.
Malas karna pasti bakal mendapat berbagai jenis pertanyaan dari teman-teman ku yang bermulut toa itu.
Karna itu aku sengaja izin ke toilet sama guru, padahal aslinya aku mau bolos ke atap sekolah.
Bodo amat sama pelajaran, toh aku masih bisa ngejar nilai.
Bukan sombong, tapi bersyukur aku menurunkan gen papa yang pintar. Jadi kalo sesekali bolos tidak akan membuat ku mendapat nilai rendah.
Saat melewati toilet kelas 12 aku mengumpat kecil karna melihat chanyeol baru saja keluar dari sana.
Oh tuhan jangan sampai dia ikut dalam rencana bolos kali ini!
Buru-buru aku berjalan menaiki tangga, berusaha secepat mungkin sampai di atap. Tapi sepertinya usaha ku sia-sia karna tanganku terlanjur di cekal sama cowo tiang itu.
"Mau kemana lo? Kelas lo di lantai bawah bukan di atas!" ucap chanyeol.
Aku langsung menepis tangannya, "Bukan urusan lo!"
Aku berbalik dan pergi meninggalkan cowo itu, aku butuh udara segar untuk menenangkan otak ku saat ini.
Aku membuka pintu atap sekolah, angin yang cukup kencang menerpa wajahku membuat rambut ku yang terurai jadi sedikit berantakan.
Aku naik ke dinding pembatas, duduk di pinggirannya. Aku sangat suka duduk sendirian di sini, dulu ini tempat favorit ku menghabiskan waktu dengan mantan pacarku.
Ah berbicara tentang mantan pacar, aku jadi kembali mengingat sosok cowo itu.
Cowo ganteng yang dulu jadi kapten tim basket, cowo tinggi yang memiliki wajah seperti bayi menggemaskan. Hidung mancung, kulit putih bersih dan jangan lupa dengan sifat manjanya yang selalu membuat ku gemas.
Oh Sehun.
Entah bagaimana kabar cowo itu sekarang, apa dia sudah melupakan ku?
Atau mungkin dia sudah memiliki pacar baru?
Mungkin saja, secara dia kam ganteng. Cewe mana yang ga mau sama dia?
Cuma cewe bodoh.
"Lo ga ada niat buat bunuh diri kan?"
Aku terlonjak kaget mendengar suara yang tiba-tiba saja sudah ada di samping tubuhku, aku mendeli melihat chanyeol sedang berdiri di sampingku menatap ke arah depan.
Posisiku yang saat ini sedang duduk di pembatas rooftom membuatku hampir sejajar dengan chanyeol yang memang memiliki tubuh tinggi seperti tower.
"Ngapain lo disini?" tanya ku.
Kali ini Chanyeol menatap tepat ke arah mataku, membuat ku buru-buru mengalihkan arah pandang ku.
"Gue ngikutin lo, takut lo loncat dari gedung entar yang gue gangguin siapa kalo lo mati?" ucap cowo itu.
Aku tertawa kecil mendengarnya, "Bagus kalo gitu, jadi gue bisa tenang dari gangguan lo"
"Ga! Lo ga boleh mati!"
Lagi, aku menatapnya. Kenapa si cowo ini? Kenapa suka sekali membuat ku kesal, dan kenapa juga sekarang dia malah keliatan kesal?
Kan yang harusnya kesal disini itu aku!
"Suka-suka gue dong! Mau gue mati atau engga itu bukan urusan lo!" sewot ku.
Tenang saja aku sendiri tidak ada niatan untuk mati muda, aku masih mencintai hidupku. Hanya saja aku ingin membalas ucapan cowo gila satu ini.
"Urusan gue, karna gue ga mau lo mati! Lo ga boleh mati kalo ga gue suruh"
"Dih! Emang lo siapa? Orang tua gue bukan, sodara bukan, suami bukan. Maen perintah-perintah seenak jidat!"
"Ya udah gue nikahin lo biar gue punya hak atas hidup lo"
"Sinting ya lo?"
"Kalo gue beneran, gimana?"
"Udah ga waras lo"
"Gue serius! Kalo gue beneran nikahin lo, gimana?"
"Ga mungkin! Dan ga akan pernah mungkin, udah lo ga usah ngomongin hal yang mustahil terjadi deh"
"Ga ada yang ga mungkin di dunia ini, tunggu aja. Gue pastiin gue bakal jadi suami lo nanti"
"ck! Udah ah gue mau balik ke kelas aja. Lo nyebelin"
Aku membalik tubuhku siap-siap mau turun, tapi belum sempat aku turun Chanyeol udah mengunci tubuhku dengan kedua tangannya. Dan sialnya gara-gara aku duduk di pembatas rooftop jadinya wajah kita sejajar sekarang.
Beberapa detik kita bertatapan, sebelum kemudian aku mencoba mendorong bahunya. Tapi chanyeol malah melingkarkan tangannya di pinnggangku, matanya terus menatap mataku.
Ah sialan.
Kenapa aku malah berdebar seperti ini?
Aku membuang pandanganku ke arah lain, tapi tangan kanan chanyeol malah menahan daguku. Membuat ku kembali menatap matanya.
"Gue serius, kalo gue berhasi jadi suami lo. Gue pastiin lo ga akan pernah bisa lepas dari gue, cuma gue yang bisa nentuin hidup mati lo"
Aku terdiam, diam-diam merasa merinding mendengar ucapan chanyeol yang terdengar sangat serius.
Sorot matanya yang dingin saat menatap ku membuat ku merasa jika chanyeol tidak sedang main-main, ada kesungguhan di sorog mata itu.
Dan entah kenapa, aku sedikit merasa takut sekarang.
"Minggir deh! Gue mau ke kelas!" entah keberanian dari mana, aku berhasil mendoro chanyeol sampai membuat cowo itu sedikit menjauh.
Aku tak menyia-nyiakan kesempatan, buru-buru aku turun dan langsung pergi meninggalkan chanyeol sendirian.
Sebelum ke kelas aku memilih buat ke toilet dulu, di dalam toilet aku langsung memegang jantung ku sendiri.
Rasanya seperti mau copot.
"Chanyeol nyeremin kalo mode serius gitu" gumam ku.
Aku tak berbohong, chanyeol emang nyeremin kalo dalam mode serius kaya tadi.
Mending aku ngadepin sifat jaih, dan nyebelin chanyeol dari pada berusan sama chanyeol yang mode serius.
Dan lagi
Apa tadi dia bilang? Jadi suami?
Yang benar saja!
Mana mungkin aku mau jadi istrinya, jadi pacarnya saja aku ogah gimana jadi istrinya.
Lagian itu sangat mustahil terjadi, kecuali jika mereka di jodohin.
Dan aku yakin itu juga ga mungkin, aku tau papa dan mama sangat menyayangi ku. Mereka ga akan mungkin sampe tega jodohin aku apalagi sama chanyeol.
Daripada mikirin itu, mending sekarang aku buru-buru ke kelas sebelum bell pergantian pelajaran berbunyi.
Setelah ini jam-nya bu anggi, dia galak banget. Kalo dia tau aku bolos bisa-bisa dia bikin nilai matematika ku jadi nol.
Dan juga kelima temen aneh ku sekarang pasti sedang pada misuh-misuh nyariin aku.
Sebelum mereka ngamuk, mending aku balik sekarang.
Revisi : 2022
![](https://img.wattpad.com/cover/112001109-288-k521142.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend My Enemy - [MySeries1]✔
FanfictionHal paling menyebalkan itu ketika gue harus di jodohin sama cowo yang paling gue benci! || Revisi 2022 ||