Bab 4

17K 2.2K 21
                                        

"Aku bertemu dengannya kak" ucap Genta ketika Kiandra sibuk menyipakan sarapan.

Memang menyiapkan sarapan menjadi tugas Kiandra, karena Salsa sudah pergi ke pasar pagi sekali untuk membeli kebutuhan kedainya. Kiandra menghentikan aktifitasnya mendengar ucapan Genta.

"Dia siapa?" tanyanua tanpa berbalik pada Genta.

"Dia yang menjadi penyebab kepergian orangtua kita. Gadis sinting yang hendak bunuh diri menabrakan dirinya kemobil orangtuaku, menyebabkan ayah menghindarinya, kehilangan kendali kemudinya, lalu menabrak mobil orangtua kakak, menyeret mereka jauh hingga..."

"Stop, hentikan, tak usah katakan peristiwa mengerikan itu secara jelas lagi." ucap Kiandra menghentikan ucapan Genta.

"Maafkan aku kak, aku hanya kesal, mengapa tuhan tidak adil pada kita?" ucap Genta sambil menunduk dengan tangan yang mengepal.

"Genta, Allah tidak semata-mata memberikanmu cobaan kalau tidak ada hikmahnya. Bukankah kita sudah pada tahap merelakan mereka saat Mikail dan Mikhaila lahir? Kenapa kamu harus mengingatnya lagi? Lupakanlah jika mengingat semua itu hanya membuatmu terluka."

"Aku tahu kak, aku sudah merelakan kepergian mereka, tapi melihat wanita itu lagi, melihat dia baik-baik saja bahkan terlihat sangat bahagia membuat luka itu kembali terluka. Bagaiamana mungkin dia masih tertawa ketika dia tahu kegilaannya menyebabakan 4 nyawa menghilang?"

"Aku mengingat semuanya kak, bagaimana perjuangan kakak dan teh Salsa membantuku sembuh, perjuangan kalian melahirkan tanpa ada siapapun peduli ingin membantu kalian. Pengorbanan kakak yang harus bekerja dan kuliah untuk membiayai kita semua, pengorbanan teh Salsa merelakan pendidikannya untuk mengurus anak-anak. Aku teringat masa-masa sulit kita saat melihat wanita itu. Ada paku yang menancap kuat di hatiku saat melihatnya bahagia kak, aku tak rela dia bahagia setelah apa yang dia lakukan paa keluarga kita." ucap Genta sambil beruraian air mata.

Kiandra mendekat dan menepuk-nepuk pundak Genta yang menangis terisak. Semua yang terjadi di masa lalu memang bukan perkara mudah untuk dilalui tapi Kiandra bersyukur mereka masih bisa berdiri hingga sekarang meskipun masa itu sangat menyakitkan.

"Mama?" tanya Mikail bingung melihat mamanya yang berkaca-kaca.

"Oh hai sayang, ayo sarapan" sapa Kiandra sambil menyongsong dua anak dengan baju seragam sekolah mereka.

"Mama sama om Gege kenapa nangis?" tanya Mikhaila.

"Oh itu om kaliankan baru pulang dari sekolah di luar negeri, jadi om kalian menangis karena bahagia bisa berkumpul lagi dengan kita di rumah." jelas Kiandra.

"Emang ada nangis karena bahagia?" tanya Mikail lagi.

"Tentu saja ada, om nangis karena bahagia bisa bersama kalian lagi." ucap Genta setelah berhasil menguasai dirinya.

Kiandra menyiapkan sarapan untuk putra putrinya dan juga Genta. Mereka sarapan di warnai celotehan Mikail dan Mikhaila tentang sekolah mereka. Meskipun Mikail anak laki-laki tapi dia sama senang bercelotehnya dengan Mikhaila jika bersama orang-orang terdekatnya.

"Ayo sayang, hari ini mama yang antar soalnya bunda kalian belum pulang" ajak Kiandra pada anak-anak.

"Asyik naik mobil mama." girang anak-anak.

"Genta kakak akan mengantar anak-anak dan langsung kekantor, kamu jaga rumah yah."

"Aku juga mulai ngantor hari ini kak." ucap Genta.

"Wah hebat baru pulang langsung dapat kerjaan, kerja dimana?" tanya Kindra antusias.

"Di Sailendra Architeam, gak jauh kok kantornya dari sini. Perusahaan baru sih, tapi yang punyanya udah terkenal banget kak."

MAKRAME (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang