Bab 8

15.8K 2.3K 20
                                    

"Ki, siapa orang yang mengajakmu bicara di taman tadi?" tanya Salsa ketika mereka samapai di rumah.

"Oh, itu pak Kevin rekan bisnis perusahan tempat aku bekerja." ucap Kiandra.

"Kok aku ngerasa gak asing yah sama wajahnya? Kayak pernah lihat dimana gitu."

"Pastilah Sa, orang dia putra mahkota dari Julian Kusumawardana, yang punya mall sama jaringan super market itu. Mungkin kamu pernah lihat di majalah atau di tv gitu."

"Iya kayaknya, aku pernah lihat di tv mungkin." ucap Salsa tidak yakin.

Pulang lari pagi dari taman, mereka berempat, berencana untuk pergi ka mall membeli buku baru untuk Mikhail dan Mikhaila. Anak-anak sudah siap, seperti anak pada umumnya mereka berdua juga akan sangat senang jika diajak ke mall. Tapi Kiandra maupun Salsa tidak pernah terlalu memanjakan anak-anak mereka. Anak-anak sudah dibiasakan untuk hanya membeli sesuatu yang benar-benar mereka butuhkan dan menabung uang mereka jika menginginkan sesuatu sebelum membelinya.

Sampai ke mall mereka langsung memasuki toko buku dan mencari apa yang anak-anak butuhkan.

"Ma, Khail beli pensil lagi yah." ucap Mikhail.

"Loh bukannya baru beberapa minggu lalu beli pensil?" tanya Kiandra bingung, mengingat dia sudah menyiapkan satu pack pansil saat Khail baru mau masuk sekolah.

Khail menarik nafas frustasi mendengar pertanyaan ibunya.

"Kenapa sayang?" tanya Kiandra lagi.

"Pensil Khail habis diambil teman Khail." ucap Mikhail pelan.

"Loh emangnya temen Khail gak punya pensil?"

"Punya Ma, tapi mereka suka pinjem punya Khail dan gak dibalikin lagi. Kalau Khail tagih mereka malah marah dan ngatain Khail anak bule." ucap Mikhail dengan nada pelan.

Kiandra menghela nafas dan mengacak rambut pirang putranya pelan. Sebagai seorang ibu dia juga tidak suka anaknya dikatai anak bule, meskipun memang wajah Mikhail memnag bule. 

"Dont cry boy, ayo kita beli lagi pensilnya, mungkin teman-teman Mikhail lebih suka pensil punyamu daripada punya mereka."ucap Kiandra membesarkan hati anaknya.

Kiandra akhir-akhir ini terlalu sibuk dengan pekerjaannya jadi dia jarang mengunjungi guru Mikhail dan menanyakan tentang perkembangan belajar putranya. Sejak dulu wajah bule Mikhail memang menonjol dan tak jarang membuat anaknya tidak nyaman dengan tatapan orang-orang di sekitarnya. Kiandra pikir seiring berjalannya waktu ke buleannya akan pudar tapi sampai sekarang ternyata tidak pudar. Anak-anak berwajah bule memang masih jadi hal yang tidak biasa di indonesia apalagi di lingkungan mereka tinggal, ditambah lagi status Kiandra sebagai ibu tunggal membuat semakin banyak spekulasi buruk tentang mereka.

"Khail kenapa mama?" tanya Khaila yang mendekat pada Kiandra.

"Pensilnya abis di pinjam temannya." jawab Kiandra.

"Khail sih gantle, dia diem aja waktu temen-temen gak mau balikin pensilnya." ejek Mikhaila.

"Daripada kamu, jadi cewek galak banget jadi gak ada temennya kan." ejek Mikhail tidak mau kalah.

"Khaila gak butuh temen lain yang suka ngatain, Khailakan udah punya Khail jadi Khaila temenannya sama Khail aja." ucap Mikhaila.

"Tapikan kamu cewek harusnya temenan sama cewek lagi bukannya sama cowok."  ucap Khail masih tidak mau kalah.

"Khail juga kan cuma temenan ama Bian anak kelas 3 yang sama-sama bule kayak Khail, gak apa-apa kan kalau Khaila ikut main, Bian juga seneng main sama Khaila."

MAKRAME (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang