Malam keakraban fakultas ekonomi dan manajemen diadakan di puncak bogor. Para junior dan senior berkumpul di sebuah villa besar di puncak. Sebenarnya hanya sebagian orang yang bisa menginap di Villa yang lainnya membuka tenda di halaman Villa. Kebetulan Villa ini milik salah satu anggota senat jurusan bisnis manajemen jadi mereka tidak perlu menyewa Villa ini.
Ada sekitar 40 orang yang mengikuti malam keakraban ini, di malam hari sebelum tidur beberapa orang memainkan berbagai permainan. Ada yang mengikuti permainan ada juga yang hanya menonton sambil nyemil makanan.
Diantara anak-anak angkatan baru, Kiandra bergerak tidak nyaman dalam duduknya. Dia duduk dengan beberapa senior bersama 5 orang anak baru lainnya. Ini kali pertama Kiandra menginap di luar rumah karena biasanya orangtuanya melarangnya untuk mengikuti acara yang mengharuskan menginap.
"Kiandra, kamu Kiandrakan? Kenapa sepertinya kamu tidak nyaman?" tanya salah satu senior laki-laki yang Kiandra juga lupa namanya.
Kiandra hanya menggeleng dan memberikan senyum palsu pada mereka. Sebenarnya dia merasa tidak nyaman tapi masa iya harus jujur, nanti disangkanya dia junior yang songong lagi.
"Loe yakin mau nyerahin anak-anak ke mereka?" tanya salah satu senior yang seingat Kiandra bernama Dion.
"Abis mau gimana lagi, merekakan yang punya semua fasilitas ini, mau gak mau kita harus nurut sama mereka." keluh salah senior yang lain.
"Berapa orang yang diminta?"
"4 yang masih gress"
Kiandra tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi melihat ekspresi ke tiga senior itu sepertinya bukan hal baik. Malam semakin larut, tidak ada satupun dari orang-orang yang berkumpul berniat untuk undur diri dan memilih untuk tidur. Kiandra merasa kepalanya mulai terasa berat, entahlah dia merasa pusing mungkin karena dia biasanya tidur lebih awal dan sekarang jam sudah menunjukan jam 10 malam Kiandra belum pergi tidur.
Kiandra merasa pandangannya menggelap, suara-suara keramaian orang-orang yang bercengkrama seperti menjauh darinya sampai kegelapan menyambutnya.
Sayup-sayup Kiandra bisa mendengar suara tangisan seorang wanita. Kiandra membuka matanya yang terasa berat, cahaya putih langsung menyerang matanya membuat dia mengerenyit karena silau. Dia merasa tubuhnya sakit dan ngilu tapi dia mencoba untuk bangun. Kiandra melotot shock melihat dia hanya terbangun dalam keadaan tidak mengenakan apapun selain selimut tebal yang menutup tubuhnya.
Kiandra merasa kepalanya seperti di timpa beban berat dan tububnya ngilu seperti sudah bekerja rodi. Kiandra melihat sekelilingnya, dan ternyata bukan hanya dia yang berada di tempat ini. Ada 3 wanita lain yang berpenampilan sama kacaunya dengan dirinya. 2 wanita sudah terbangun dan sedang menangis sementara yang satunya lagi masih tertidur lelap di sampingnya.
Kiandra membangunkan orang yang tertidur disampingnya. Orang itu melengguh dan langsung melotot kaget ketika melihat sekelilingnya.
"Ada dimana kita? Kenapa kita ada disini? Bukannya kita seharusnya tidur di tenda?" tanya gadis itu bertubi-tubi.
Kiandra menggeleng menjawab pertanyaan bertubi-tubi gadis itu. Dia juga tidak mengingat apapun, terakhir dia ingat dia ketiduran di tempat malam keakraban tadi malam. Melihat keadaanya , orang bodoh juga tahu jika terjadi hal yang buruk padanya. Apalagi dengan perasaan ngilu dibagian sensitifnya dan juga tanda merah di sekitar tubuhnya Kiandra tahu mereka ber 4 baru saja menjadi korban pelecehan.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Salsabila gadis berhijab yang terbangun disamping Kiandra.
Setelah lelah menangis, satu persatu gadis-gadis yang baru saja melewati malam kelam dalam hidup mereka memutuskan untuk membersihkan diri. Hanya pakaian yang mereka kenakan tadi malam yang mereka miliki tidak ada ponsel maupun dompet mereka di tempat ini. Ditambah lagi inj juga tempat asing bagi mereka karena seingat mereka bukan Villa ini yang mereka tinggali semalam.
"Huh, apa yang harus aku lakukan sekarang, orangtuaku pasti kecewa karena aku tidak bisa menjaga diri." keluh Tania sedih.
Kiandra juga sebenarnya sedih tapi dia sudah tidak ada tenaga lagi untuk menangis. Yang dia pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya keluar dari sini. Hanya Salsabila dan Tania yang masih belum berhenti menangis sejak tadi. Kiandra hanya melamun sedangkan Zahra gadis itu terlihat menahan amarah sejak tadi.
"Sudahlah tidak usah menangis lagi, semua sudah terjadi menangispun tidak akan ada artinya. Kegadisan kita tidak akan kembali hanya dengan kita menangisinya. Yang harus kita pikirkan adalah bagaimana caranya kita keluar dari tempat ini dan pulang kerumah disaat kita tidak punya ponsel dan tidak punya uang?" ucap Zahra dengan nada kesal.
Zahra benar, tidak ada gunanya menangisi keadaan yang sudah terjadi. Berbekal uang 50 rb yang ada di saku Salsa akhirnya mereka bisa kerumah, beruntung tidak ada siapapun di villa terkutuk itu hingga mereka bisa keluar dari tempat terkutuk itu tanpa harus melakukan drama yang melelahkan lagi.
Sejak peristiwa itu mereka berempat menjadi teman dekat, mereka sepakat untuk tidak pernah mengatakan aib mereka dan menutupi saja apa yang telah terjadi malam itu.
Kiandra senang bisa berteman dengan mereka, Salsa yang baik hati dan berasal dari kalangan taat beragama. Tania dan Zahra juga sebenarnya gadis yang baik awalnya tapi mungkin karena mereka stress karena peristiwa itu, mereka memilih untuk hidup layaknya pergaulan remaja zaman sekarang yang lupa batasan.
"Kita udah ancur, kenapa gak sekalian aja di bikin makin ancur." itulah yang diucapkan Zahra ketika Kiandra mengkritik cara pergaulannya.
Diantara ke 4 gadis itu mungkin Salsalah yang paling terpuruk akan peristiwa itu. Dia berasal dari keluarga taat beragama, berhijab dan juga anak remaja mesjid tapi dia harus mengalami sesuatu yang membuat dia dilumuri dosa besar.
Kiandra juga terluka sangat terluka apalagi jika memikirkan dampak dari peristiwa itu pada masa depannya. Tapi dia berusaha tegar dan terlihat baik-baik saja agar orangtuanya tidak khawatir padanya. Kiandra putri satu-satunya dia sangat takut mengecewakan orangtua yang sudah memupuk harapan besar padanya.
Minggu berganti bulan berganti Kiandra berusaha melupakan apa yang telah terjadi tapi tidak setelah pagi itu. Pagi disaat dia iseng menggunakan testpack karena tamu bulanannya yang tak kunjung datang. Dunianya serasa runtuh saat dua garis merah tercetak dalam testpack yang dia gunakan. Kiandra menangis segukan di kamar mandi meratapi masa depannya yang hancur karena perbuatan orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Masa depannya hancur karena orang-orang yang bahkan tidak dia kenali dan tidak pernah dia temui.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAKRAME (SUDAH TERBIT)
Chick-LitE book bisa didapatkan di Play Store Untuk Pembelian versi buku hubungi Vyn WA +62 812-9200-0745 (Raden Pustaka) Pengalaman adalah pelajaran paling berharga bagi kehidupan. Apa yang terjadi di masa lalu akan menjadi tolak ukur bagaimana kita menjal...