Pikiran Reynan akhir-akhir ini mumet sekali, selain beban pekerjaan yang semakin menumpuk karena ayahnya memutuskan pergi berbulan madu entah yang keberapa kali dengan sang ibu, ucapan wanita paruh baya di restoran tempo hari juga sedikit mengganggu pikirannya. Kemiripan wajahnya dengan wajah anak dari sekertarisnya sedikit banyak menganggu pikirannya. Ditambah lagi perkataan yang terucap dari mulut sadis sang sekertaris membuatnya semakin mumet. Reynan heran kenapa ada wanita seperti Kiandra yang gak ada manis-manisnya sama sekali, pantas saja anaknya juga tidak manis, ibunya juga pahit gitu. Reynan heran, bagaimana ayah tuh anak bisa jatuh cinta pada wanita macam Kiandra.
Reynan memandang Kiandra lekat, sejak dia mendengar ucapan wanita paruh baya itu, sepertinya dia perlu memastikan sesuatu pada Kiandra. Semalaman dia memandang kaca dan mengingat-ingat wajah anaknya Kiandra, dia juga membongkar foto-foto masa kecilnya. Memang yang dikatakan wanita paruh baya itu tidak salah, anak itu sangat mirip sekali dengannya waktu kecil hanya warna mata mereka yang berbeda. Otak cerdasnya terus berpikir keras, kenapa bisa ada anak yang begitu mirip dengannya padahal mereka tidak memiliki hubungan darah.
Sisi drama dalam dirinya membentuk cerita, apa jangan-jangan anak itu anak ayahnya? Mengingat Kiandra dan ayahnya lumayan dekat selama ini, bisa sajakan mereka terlibat affair. Tapi sisi logikanya langsung menampik karena tidak mungkin ayahnya yang berwajah lokal bisa menghasilkan bayi bule kalau ibunya lokal juga, toh dia dapet gen bulenyakan dari sang ibu. Otaknya memikirkan sekenario lain, jangan-jangan dia memiliki saudara yang tidak di kenalnya dan saudaranya itulah ayah dari anak Kiandra. Sekenario itu sedikit masuk akal tapi mengingat hidupnya tidak sedrama itu sekenario itu juga menjadi tidak mungkin.
"Maaf pak, kenapa bapak menatap saya seperti itu sejak tadi?" intrupsi Kiandra membuyarkan lamunan Reynan.
Reynan langsung gelagapan mendengar pertanyaan Kiandra.
"Apa ada yang mengganggu pikiran anda? Atau ada kontrak yang tidak anda mengerti?" tanya Kiandra lagi.
"Tidak, tidak ada, tapi..." jawab Reynan ragu.
"Ada yang ingin anda tanyakan?" tanya Kiandra lagi.
"Iya, tapi... Ini bukan soal pekerjaan." jawab Reynan ragu.
"Kalau begitu maaf saya tidak bisa membantu." ucap Kiandra tegas.
"Tapi ini tentang kamu." ucap Reynan cepat sebelum Kiandra kembali ke mejanya.
Kiandra menaikan halisnya tidak paham, Kiandra paling tidak suka bicara masalah pribadi dengan atasannya jadi dia memilih untuk melanjutkan langkahnya tanpa berbalik pada Reynan.
"Ini tentang anakmu." ucap Reynan yang sukses menghentikan langkah Kiandra.
"Ah, itu saya minta maaf jika perkataan bunda Nesa kemarin mengganggu pikiran anda. Bunda Nesa mengalami katarak dan menolak untuk operasi jadi penglihatannya kurang awas, sehingga salah mengenali wajah anda." ucap Kiandra.
"Tapi..." sanggah Reynan karena dia tidak setuju dengan perkataan Kiandra, mengingat dia juga melihat kemiripan antara dirinya dengan putra Kiandra.
"Saya ibunya, dan saya tidak menangkap kemiripan anda dengan anak saya, jadi tidak usah dipikirkan. Anda tidak punya hubungan apapun dengan anak saya, jadi saya harap ini pertama dan terakhir kalinya kita membahas sesuatu diluar konteks pekerjaan. Permisi." pamit Kiandra.
Reynan hanya menganga mendengar ucapan Kiandra, ingin rasanya dia mengumpat pada Kiandra.
Apa dia mengataiku katarak, karena berpikir aku menangkap kemiripan antara aku dan anaknya? Pikir Reynan.

KAMU SEDANG MEMBACA
MAKRAME (SUDAH TERBIT)
Chick-LitE book bisa didapatkan di Play Store Untuk Pembelian versi buku hubungi Vyn WA +62 812-9200-0745 (Raden Pustaka) Pengalaman adalah pelajaran paling berharga bagi kehidupan. Apa yang terjadi di masa lalu akan menjadi tolak ukur bagaimana kita menjal...