Bab 1

24.1K 2.5K 43
                                        

Suasana kantor CEO sebuah perusahan yang bergerak sebagai produsen makanan instan terbesar seindonesia terlihat panas. Hendra Gunawan sang CEO paruh baya terus mondar-mandir sambil ngomel-ngomel seperti kebakaran jenggot.

"Anak itu sudah gila bagaimana mungkin dia melewatkan rapat dengan Klien penting sekelas pemilik Hanz market?" keluhnya kesal.

"Kiandra tolong ambilkan obat penurun darah tinggi saya, saya belum mau mati karena pecah pembuluh darah sebelum menjewer anak itu."

Kiandra, seorang personal assistence Hendra Gunawan langsung bergerak mengambil apa yang diinginkan bossnya.

"Siapa yang menangani pertemuan dengan Hanz market sekarang?" tanya si boss pada Kiandra.

"Pak Budi, Manajer pemasaran dan sekertarisnya yang menemui perwakilan Hanz market."

"Kamu sudah hubungi sekertaris Reynan dan menanyakan kemana perginya anak itu?"

"Sekertaris pak Reynan di pecat kekasihnya 3 hari lalu, menurut orang devisi pemasaran pak Reynan keluar pada Jam 11 dengan kekasihnya dan sampai sekarang belum pulang."

"Ya Allah kenapa anak laki-lakiku satu-satunya begini amat. Apa salahku memiliki anak yang tidak bertanggung jawab macam Reynan." keluh pak Hendra.

Kiandra memang seorang personal asistence tapi kerjanya melebihi asistence biasa. Dia bahkan kadang menghandle pekerjaan sekertaris, kadang merangkap jadi tempat curhat sang boss, sampai teman belanja ibu bos. Kiandra bersyukur bisa diterima di perusahan sebesar foodest company dan bekerja langsung dengan direktur utama pemegang jabatan tertinggi di perusahaan ini.

Setelah lulus 3 tahun lalu, atas rekomendasi dosen pembimbingnya dan prestasi magangnya dia langsung di terima sebagai pegawai tetap di perusahan ini. Kiandra sangat bersyukur perusahaan ini tidak mempermasalahkan statusnya sebagai single mother yang tidak pernah menikah. Perusahaan juga memberikan keringanan padanya mengingat dia memiliki anak yang membutuhkan perhatiannya di rumah. Selama performa pekerjaannya maksimal, perusahan tidak mempermasalahkan urusan pribadi pegawainya.

Perusahaan ini di pimpin oleh Hendra Gunawan, seorang pria diusia awal 60an yang terlihat masih gagah dan sehat walafiat. Istri beliau bernama Delina, wanita akhir 50an berdarah asli Inggris. Keluarga Hendra Gunawan termasuk jajaran orang-orang terkaya di Indonesia. Memiliki satu anak perempuan yang menikah dengan seorang dokter hebat asal Jerman, dan satu putra yang sekarang menjabat sebagai direktur pemasaran di perusahaan ini.

Meskipun kaya raya tapi pasangan Hendra dan Delina adalah pasangan yang ramah. Mereka tahu tentang Kiandra dan masa lalunya tapi mereka tidak mempermasalahkan itu padahal sebagian masyarakat menghujat Kiandra akan statusnya saat ini. Keluarga pak Hendra juga pernah bertemu dengan putra-putrinya dan mereka bersikap biasa saja tidak seperti tetangganya yang menganggap putra putrinya seperti sebuah kuman yang harus di hindari.

Kiandra juga senang perusahaan ini menerima penampilannya apa adanya. Di kalangan para pekerja seperti dirinya, kebanyakan di huni perempuan dengan dandanan all out dengan rok pensil diatas lutut dan blazer ketat yang membungkus tubuh indah mereka. Tapi Kiandra berbeda, karena dia berdandan sederhana dengan hijab yang tidak pernah lepas dari kepalanya.

"Khail sama Khaila bagaimana kabarnya?" tanya pak Hendra tiba-tiba, mungkin beliau butuh pengalih perhatian agar tidak terlalu pusing memikirkan ulah putranya.

"Mereka baik-baik saja, mereka sudah masuk SD sekarang."

"Saya ingat saat awal kamu bekerja, kamu bawa Khail yang sedang sakit, saat itu dia baru berusia 3 tahun kan?"

"Iya saat itu dia baru berusia 3 tahun sekarang dia sudah 6 tahun."

"Bundanya apa kabar?"

"Salsa juga baik-baik saja, kami membuka kedai kecil-kecilan di depan rumah kami sekarang."

MAKRAME (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang