-First Kiss ?-

11.5K 1.1K 95
                                        

-AUTHOR-

Randika gak berhenti menghentak-hentakkan kakinya ke lantai. Jantungnya bahkan sudah berdebar-debar seperti habis lari marathon. Sesekali ia menggigit kuku-kuku di jari tangannya.

Hari ini adalah pertandingan perdana Randika selama ia tergabung dalam tim ini. Walaupun bukan pertandingan pertamanya, tapi dia gugup. Meskipun lawannya hanya club yang bahkan tak terkenal, Randika gak pernah meremehkan musuh-musuhnya, ia selalu menganggap semua musuhnya sama.

Bolak-balik Randika ngecek tribun yang sudah terisi oleh orang-orang. Gak terlalu banyak, tapi cukup bikin Randika grogi setengah mampus.

Sementara temen sekamarnya, Alvin, malah terlihat sangat tenang. Wajar. Mental Alvin sudah dididik untuk melawan ketakutan terbesarnya sejak kecil. Alvin malah asyik membalas chat Line dari Kinan yang sedari tadi memberikan semangat.

Sesekali Alvin melirik ke arah Randika, bohong kalo dia gak risih sama suara kaki Randika yang makin lama makin gak berirama---bikin panas telinga---Alvin pun menatap Randika dengan kesal.

"Ck! sampe kapan lo mau hentak-hentakin kaki gitu ?" Alvin berdecak kesal.

"Diem lo ! Gue grogi" jawab Randika ketus.

"Dengerin gue ya..." Alvin merangkul bahu Randika.

"Ketakutan terbesar lo itu sebenernya ada di sini" Alvin menunjuk dada kiri Randika dengan telunjuknya, Randika melongo, keringatnya mulai bercucuran karna terlalu dekat dengan Alvin.

"Hah ? Maksud... lo?" Jawab Randika gagap

"Musuh terbesar lo itu bukan lawan lo, tapi diri lo sendiri. Buat apa lo takut sama lawan lo? Kalo nyatanya lo gak percaya sama diri lo sendiri. Percaya sama diri lo, yakin sama diri lo, maka lawan lo bukan apa-apa. Tapi jangan berlebihan percaya dirinya, jangan ngeremahin musuh lo. Paham?"

Randikan mengangguk paham dan jauh lebih semangat setelah diberikan kata mutiara. Apalagi setelahnya Alvin senyum manis banget. 

"Ini orang kenapa jadi ganteng banget sih kalo bijak ?" Batin Randika berteriak.

Lima menit kemudian mereka semua sudah berada di lapangan. Alvin kapten tim ini, dia bertugas sebagai Penyerang sayap. Dan Randika bertugas sebagai penyerang tengah, posisi mereka memang ditujukan untuk saling bekerja sama. Permainan  berlangsung sangat sengit dari menit pertama.

Tubuh kecil Randika membuatnya menjadi lincah menggocek lawan-lawannya. Bola berhasil ia oper ke arah Alvin dan selanjutnya Alvin yang bertugas menggiring bola ke gawang lawan. Sesampainya di depan gawang, Alving memberikan umpan ke arah Randika. Lalu Randika kembali mendapat bola, diarahkannya bola ke arah gawang saat keeper lawan mulai lengah.

"GOAAALLLLLLL!!!!" Suara penonton dan komentator memenuhi stadion yang besar ini. Randika berhasil mencetak gol pertamanya di menit ke 35.

Setelah waktu bertanding selesai, pertandingan dimenangkan oleh tim Alvin dengan score 3-1. Randika mencetak 1 gol sedangkan Alvin 2 gol. Gak salah kalau mereka jadi pemain andalan tim ini. Tapi keberhasilan mereka tak lepas dari kerja sam tim yang membuat kemenangan pada timnya.

Diam-diam, Randika sedari tadi melemparkan senyumannya kepada Alvin. Pria kecil yang tingginya hanya sebahu Alvin itu merasa senang melihat Alvin yang dipeluk oleh kawan-kawannya penuh rasa bangga karna telah mencetak 2 gol untuk tim. Sosok Alvin yang dulu dingin mulai menghilang seiring berjalannya waktu semenjak mereka bersahabat.

Setelah teman-teman mereka bubar, tinggal Alvin dan Randika yang ada di ruang ganti. Lihat Randika juga belum pulang, Alvin nyamperin Randika.

"Good Job Capt!" Ucap Randika sambil memberikan tanda hormat pada Alvin

I Am Wrong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang