-THANK YOU-

7.8K 706 34
                                    

ALVIN

"Makasih banyak Coach udah bantuin saya."

"Iya Randika, udah kewajiban saya bantuin hubungan kalian berdua sebagai calon mertua kamu."

Gue senyum-senyum sendiri begitu mendengar ayah ngomong gitu, bukan karna perkataan ayah─yang seolah nyuruh gue sama Randika buru-buru nikah─tapi karna muka Randika yang malu-malu mau ituloh bikin gue gemes. Setelah ngomong makasih ke bokap yang berakhir dengan gue dicuekin dari suasana panas di luar keluarga tadi berlalu, akhirnya Randika ngajakin gue buat ke kamar juga.

Kami berdua menyandarkan tangan kami dipagar besi balkon kamar Randika. Menikmati indahnya suasana desa yang sepi dan suara jangkrik yang seolah menjadi musik dalam suasana ini, serta sorot cahaya bulan dan bintang yang menambah keindahan malam ini.

"Dik, gue mau nanya boleh ?"

"Hm. Apa ?"

"Gue minta maaf sebelumnya, kalau Bunda lo lesbian terus gimana lo bisa lahir. Maksud gue─"

"Iya gue paham maksud pertanyaan lo." Potong Randika dengan ulasan senyum yang getir.

"Kalo bahasa kasarnya, gue ini anak haram Al." Katanya dengan santai, sekali lagi dengan raut wajah penuh kepahitan.

Mendengarnya, gue mengeryitkan dahi, terkejut dengan jawaban Randika.

"Maksudnya gimana, Dik?"

"Dulu Bunda normal, masih suka laki-laki. Dia cantik banget sampai-sampai dibilang kembang desa. Katanya dia paling modis penampilannya walaupun anak desa. Makanya dulu Bunda jadi rebutan banyak laki-laki di sini."  Kali ini ia tersenyum lebih tulus mendeskripsikan bagaimana Bundanya. Tanpa gue pungkiri, gue tau kalo Bunda Randika itu cantik banget. 

"Meskipun Bunda itu banyak yang rebutin, tapi dia gak pernah pacaran sama siapapun yang nyatain cinta ke Bunda. Dulu Bunda cuma mau fokus ke Pendidikannya, nggak perduli sama urusan percintaan." Gue masih mendengarkan cerita Randika tanpa berniat memotong sedikitpun.

"Terus katanya dulu ada laki-laki yang cinta banget sama Bunda. Dia kaya udah terobsesi sama Bunda. Waktu laki-laki itu nembak Bunda, dia ditolak dengan alasan mau fokus pendidikan. Gak terima sama penolakan dari Bunda  , ia jadi dendam dan sakit hati sama Bunda."

"Dia maksa Bunda masuk ke dalam gudang sekolahan dan diperkosa secara sadis di sana. Bunda juga dicekik dan hampir ngebunuh Bunda waktu itu."

"Hampir?" Gue bertanya.

"Iya hampir. Untung aja om Amar yang dulu masih perempuan tulen nyelamatin Bunda. Kebetulan dulu dia statusnya sabuk hitam karate. Dan tepat juga waktunya ada bapak penjaga sekolah yang datang buat bantuin mereka."

"Beberapa minggu kemudian Bunda hamil, gue si jabang bayi di dalam rahim Bunda. Beberapa kali dia coba gugurin karna gak ikhlas punya anak hasil pemerkosaan. Tapi Om Amar yang dulu membujuk bunda untuk tetap mempertahankan gue di kandungannya. Ternyata Om Amar itu sudah mencintai Bunda dari awal setelah Om Amar mengakuinya. "

"Bunda trauma sama laki-laki setelahnya. Keberadaan Om Amar bikin bunda nyaman. Dan akhirnya bunda jatuh cinta juga sama Om Amar. Tamat." Randika menyelesaikan kalimatnya dengan satu senyuman. Gue sendiri udah takjub gak bisa berkata-kata. Miris mendengar kisah bundanya.

"Terus Kak Raya dan si kembar?"  Gue berikan pertanyaan terakhir.

"Adopsi... orang tua mereka meninggal karna kecelakaan."

Randika sangat tenang menceritakan kisah Bundanya itu walaupun matanya sekarang berkaca-kaca. Gue meraih tubuh Randika dan menguncinya dalam dekapan gue. Beberapa detik kemudian, terdengar isak tangis dari Randika. Gue mengelus-elus rambutnya untuk menenangkan Randika.

I Am Wrong ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang