Naza mengerjapkan matanya perlahan. Ruangan serba putih dengan bau obat yang sangat dominan, Naza tau sekarang dia sedang berada di rumah sakit.
Kilasan kejadian tabran itu mulai terlintas di benak Naza. Seingatnya dia telah menabrak seorang pengendara motor, dan Naza ingin sekali melihat keadaan orang itu.
Seorang suster pun masuk ke dalam Ruangan Naza.
"Sus, saya mau tanya kalo pengendara motor yang tadi tabrakan dengan saya itu gimana ya keadaanya?" tanya Naza pada suster yang sedang mengecek keadaan Naza.
"Oh kalo mas nya lagi di tanganin dokter mba, dia kekurangan banyak darah" jawab suster itu
"Mba kalo sudah merasa baikan boleh pulang ko" ucap suster itu melanjutkan
"Iya sus makasih" jawab Naza
Naza pun segera bergegas ke bagian administrasi untuk mencari informasi siapa cowok yang kecelakaan bersamanya itu.
"Permisi mba, saya mau tanya nama pasien yang kecelakaan 2 jam lalu itu namanya siapa ya?" tanya Naza pada suster yang menjaga bagian administrasi
"Sebentar ya mba" jawab suster itu
"Menurut informasi yang ada nama pasien itu Farrel Adima Wijaya mba" ucap suster itu lagi
DAMN!
Teryanta orang yang Naza tabrak adalah Farrel.
"Kalo boleh tau pasien itu lagi keekurangan darah golongan apa ya sus?" tanya Naza lagi
"Pasien sedang kekurangan darah A resus negatif" jawab sang suster
"Sus, ambil darah saya saja. Kebetulan golongan darah saya A resus negatif" ucap Naza
"Oke kalo begitu mba" jawab suster
Naza pun digiring ke sebuah ruangan. Sebenarnya tubuhnya masih lemas, namun entah kenapa sisi diri Naza yang lain mendorongnya untuk memberikan darahnya untuk Farrel.
Suster itu mengambil 1 kantong darah dari Naza. Naza merasakan tubuhnya semakin lemas dia memutuskan untuk berbaring sesaat di ranjang itu.
"Mba... Mba kenapa?" tanya suster
"Gapapa sus, saya cuma lemas saja" jawab Naza dengan senyum yang dipaksakan
Wajah Naza benar benar pucat dia benar benar lemas.
Mengapa Naza begitu khawatir pada Farrel? Tabrakan itu bukan sepenuhnya kesalahan Naza dan lagi pula Farrel itu siapanya? Kini logika logika Naza itu kini dia singkirkan dulu, karna bagaimana pun Farrel itu masih temannya dan apa salahnya membantu teman?.
Entah sudah berapa lama Naza tertidur, tetapi Naza merasakan tubuhnya lebih fit.
Naza memutuskan untuk menjenguk Farrel. Dia melirik arlojinya menunjukan pukul 7 malam. Dia mengabarkan mamahnya bahwa dia akan menginap dirumah Sabil. Naza sengaja tak memberi tahukan mamahnya soal ini, dia takut mamahnya khawatir.
Tas beserta ponselnya sudah dikembalikan oleh polisi sejak tadi sore, sedangkan mobilnya? Sedang ada di bengkel langganannya. Kerusakannya tak terlalu parah.
Naza perlahan membuka pintu kamar pasien itu. Farrel telah selesai menjalani operasinya. Dia hanya mengalami pendarahan di kepalanya.
Naza perlahan mendekati ranjang Farrel. Tubuh Farrel terbaring lemah diranjang itu. Entah mengapa ada sisi diri Naza yang merasa sedih melihat keadaan Farrel seperti ini.
Mata lelaki itu terbuka perlahan, Naza yang sedang duduk di sampingnya pun segera memanggil dokter.
"Mas Farrel, anda perlu dirawat selama beberapa hari kurang lebih satu minggu" ucap dokter itu dan Farrel hanya mengangguk patuh.
Setelah dokter itu keluar dati ruangan Farrel, kini dia menoleh ke arah Naza.
"Lo ko bisa disini?" tanya Farrel
"Itu kepala lo kenapa? Jangan jangan lo orang yang gue tabrak ya?" tanya Farrel lagi
"Iya. Tapi itu bukan salah lo, itu salah gue. tadi gue bawa mobilnya ngebut" jawab Naza
"Engga itu salah gue, udah tau ada tikungan tapi gue tetap aja ngebut" ucap Farrel
"Engga itu salah gue rel" ucap Naza
"Engga itu salah gue za"
Dan sesaat pandangan mereka bertemu. Farrel merasakan perasaan aneh menelusup dalm tubuhnya.
Entah mengapa hal sepele seperti itu saja harus mereka ributkan.
Dan mereka pun saling mengalihkan pandangan, tetapi hanya sesaat.
Farrel melihat muka Naza sangat pucat.
"Muka lo pucet banget za, lo kenapa?" tanya Farrel khawatir
Naza diam tak menjawab, dia tak mungkin memberitahukan bahwa dia telah mendonorkan darahnya pada Farrel.
"Apa elo yang donorin darah buat gue?" tebak Farrel
"K-ko lo... Tau?" tanya Naza ragu²
"Logika aja kepala gue kebentur aspal ga mungkin kalo ga pendaran mah, dan lo ada di sini jadi ya mungkin aja kan. Jadi bener?'' tanya Farrel memastikan
"Mm.. I...yaa" jawab Naza ragu ragu
"Lo kenapa nekat? Bisa aja lo yang bakal kekurangan darah. Lo kan sama kayak gue habis kecelakaan pasti lo kehabisan darah." ucap Farrel
Entah mengapa Farrel begitu perhatian pada Naza. Tak ada alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan itu.
"Ya gapapa ko, gue baik baik aja kan buktinya sekarang" jawab Naza
"Gapapa gimana sih za.. Muka lo pucet banget gitu" ucap Farrel
"Lo kenapa mau nolongin gue?" tanya Farrel lagi
"Yaa... Ga salah kan gue nolongin lo? Lo juga kan temen gue" jawab Naza
Sebenarnya bukan itu yang ingin Naza ucapkan,tapi entah mengapa perkataan itulah yang keluar dari mulutnya.
Teman, iya hanya teman....
Entah mengapa saat Naza mengucapkan bahwa Farrel temannya, sesak yang Farrel rasakan.
Farrel tak mengerti apa arti rasa ini.
"Makasih za" ucap Farrel dan hanya dibalas senyuman manis oleh Naza.
"Lo ga balik za?udah malem banget" ucap Farrel
"Engga, gue malem ini ga pulang. Gue takut mamah gue khawatir" jawab Naza
"Terus lo mau nginep dirumah siapa?" tanya Farrel lagi
"Ga tau deh" jawab Naza
"Yaudah lo nginep disini aja kali, ada sofa juga tuh kan" ucap Farrel
Naza nampai sedang menimbanf nimbang, dan akhirnya dia menyetujui saran Farrel.
Vote+comentnya ditunggu
Salam manis
Salma💋
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose The Wrong[ON GOING]
Teen Fiction[AKAN DI REVISI SETELAH TAMAT] [26-06-2017] #998 dalam teenfiction Ini semua berawal dari pertemuam singkat diantara mereka. Perasaan aneh. Namun, mampu membuat diantara mereka saling merasa nyaman. Yang akhirnya Membuat keadaan perlahan berubah. Pe...