The Warmest Winter

6.6K 321 23
                                    

Story by : doyeondorant

Shani Side.

Aneh rasanya. Dekat terasa jauh. Ia di dekatku, bahkan dia seringkali berada di pinggirku, tapi rasanya seperti jauh tak tergapai.

Sudah bertahun tahun aku berteman dengannya. Ia, teman terbaikku. Kami bertemu di daerah busan sekitar 3 tahun yang lalu.

Kami tak sengaja bertabrakan saat menaiki kereta menuju seoul untuk melanjutkan pendidikan disana. Kebetulan yang aneh. Begitulah semua terjadi. Setelah kejadian itu, kami berteman.

Dia bahkan sering berkunjung ke apartemenku untuk sekedar bersantai. Aku benar benar nyaman berada didekatnya, seperti selalu ada yang menjagaku dati dekat.

Shania gracia. Teman terbaikku, tiada pengganti di dunia ini. Entahlah, ia lebih muda dariku setahun tapi rasa rasanya aku selalu merasa terjaga olehnya. Bodoh, harusnya aku yang menjaganya.

"Cici!" aku menoleh, menemukan gracia berlari kearahku.

"Kelasnya udah selesai?" tanyaku, ia mengangguk lalu menggenggam tanganku. Ah lihatlah, bagaimana aku tidak merasa terjaga olehnya.

"Hari ini ada festival dekat sungai han, mau nonton gak?" aku sedikit berpikir, sebenarnya aku ada tugas deadline. Berhubung tatapannya memohon seperti itu, aku akhirnya menganggukan kepalaku.

"Yeay! Ayo, takut saljunya turun lagi"

---

Author side.

Gracia dan shani jalan bergandengan tangan, udara di sekitar sungai han berada dibawah 0°C

"Ci, maaf ya" shani menoleh, gracia menundukan kepalanya

"Maaf untuk apa?"

"Maaf karena udah ngajak cici ke sini, padahal udaranya lagi dingin banget" shani tersenyum lalu mendekap gracia dan mengelus rambut gracia

"Gak papa, lagipula festival nya seru" shani melepas pelukannya. Gracia mengambil syal dari dalam tasnya lalu dipasangkan ke leher shani.

"Kamu bawa dua syal?" gracia mengangguk

"Spesial buat cici tersayang" shani menundukan wajahnya. Wajahnya memanas, sementara gracia terkekeh kecil

"Whuaa pipinya merah nih" goda gracia, shani memicingkan matanya

"Apasih, udah ayo. Salju nya makin lebat" akhirnya gracia dan shani memutuskan untuk kembali ke apartemen.

---

"Huaahh hangatnyaa" gracia mendudukan dirinya dekat mesin penghangat. Shani kembali membawa dua gelas coklat hangat.

"Nih diminum" gracia menerima coklat itu dan meminumnya. Shani memandang wajah samping gracia. Menggemaskan batin shani.

Shani terlihat menggosokan kedua tangannya berkali kali. Mencoba menghangatkan tubuhnya sndiri. Gracia yang melihat itu menghampiri shani dan mengambil kedua tangan shani

"Kalo perlu bantuan bilang ci" gracia meniupkan nafasnya kearah tangan shani, lalu ditempelkan pada pipi shani.

"Makasih ge" gracia tersenyum lalu mengangguk. Ia duduk disamping shani dengan tangan kirinya ia lingkarkan dilengan kanan shani.

"Ci, kok aku deg degan ya kalo lagi berdua sama kamu?" nafas shani tercekat, kemudian ia menelan ludahnya kasar

"Deg degan lah kan kamu hidup"

"Ck, ngejayus nih" gracia menusuk pipi shani dengan telunjuknya. Shani terkekeh,padahal ia sedang bersusah payah menahan debaran jantungnya.

"Masa, aku jadi inget kata bunda"

"Kata bunda apa emang?"

"Kalo deg degan berlebihan dideket orang namanya jatuh cinta" shani yang sedang menyesap coklat hangatnya tibatiba tersedak

"Cici?! Gak papa ci?"

"J-jatuh cinta?" gracia mengangguk

"Apa aku jatuh cinta sama cici?" shani menoleh, lalu membelalakan matanya. Gadis disebelahnya itu benar benar polos. Gracia mengubah posisi duduknya menghadap shani lalu menatap mata shani.

"Cishani ngerasain apa yang aku rasain gak?" tanya gracia, shani menggerakan bola matanya kesana kemari. Tujuannya untuk menghindari kontak mata dengan gracia.

"Ngerasain gak?" shani menghela nafasnya. Ia mengalah, akhirnya ia memberanikan diri menatap gracia.

"Gre, ada sesuatu yang harus kamu tau" gracia mengangkat sebelah alisnya

"Apa itu?" shani menelan ludahnya kasar

"Kamu harus tau kalo, aku merasakan apa yang kamu rasakan" alis gracia bertemu

"Jadi cici jatuh cinta sama aku?" tanya gracia polos, shani mengusap tengkuknya

"Entah gre, aku bingung" gracia mendengus. Shani terlihat berpikir

"Cuma ada satu cara untuk membuktikannya" ucap shani ragu, gracia mendekat

"Gimana?" dalam hitungan detik, bibir shani mendarat tepat dibibir gracia.

Gracia membelalakan matanya, berbeda dengan shani yang memejamkan matanya. Bibir kering dan dingin graciapun menjadi basah dan hangat karena lumatan shani. Perlahan gracia memejamkan matanya seiring dengan tangan shani yang menekan tengkuk gracia untuk mendekat. Lumatan demi lumatan shani berikan, hingga akhirnya mereka memutus tautan mereka dan mengambil nafas sebanyak banyaknya.

Shani menatap mata gracia, mengikuti kearah manapun pupil dark brown itu bergerak.

"Gimana?" gracia mengerjabkan matanya. Wajahnya memerah sekarang.

"Gugup kah?" gracia mengangguk, kemudian seulas senyum manis shani terlihat.

"Kamu jatuh cinta sama aku" ucap shani, gracia tersenyum

"Begitupun kamu, iyakan?"

"Tentu" gracia maupun shani tersenyum lalu entah siapa yang memulai, bibir keduanya sudah saling mencumbu ditengah dinginnya kota busan.

Bitter Sweet StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang