.

898 102 0
                                    



Sore ini aku telah berdandan sangat cantik demi untuk bertemu dengannya,yang belakangan jarang sekali meluangkan waktunya untukku.

Katanya ada hal yang ingin dia katakan,makanya dia memilih untuk bertemu di sebuah cafe yang baru saja buka di pusat kota.

Katanya disana kopinya sangat enak, meskipun sebenarnya aku tidak terlalu menyukai kopi.

Parfum, check.

Make up, check.

Outfit, double check.

Huft, gugup rasanya sudah cukup lama kami tak jalan berdua. Kurasa semua sudah lengkap, aku pun berangkat dengan menggunakan taksi.

Sampai di cafe,aku tak melihat keberadaan kekasihku.

'Mungkin macet' pikirku.

Aku langsung saja duduk di sebuah sudut sembari menunggunya. Suasana cafe ini begitu cozy, dengan penerangan yang sedikit remang dan beberapa ornamen berbentuk abstrak menambah kesan artistiknya. Tidak buruk, bagus malah.

'Kira-kira apa yang ingin dikatakannya ya?' Pikirku. 20 menit berlalu, aku mencoba menelponnya beberapa kali, tapi tidak diangkat.

"Mungkin hpnya di silent" ucapku pelan meyakinkan diri. 30 menit menunggu, dia belum datang juga. Entah berapa puluh kali aku berusaha menghubunginya. Nihil. Kopi susu yang kupesan tadi sudah mulai dingin.

'Huft. Cici dimana?'

Tak berselang lama hpku pun berdering menampilkan idnya, tanpa pikir panjang langsung saja ku angkat.

"Halo ci, cici dimana?"

"Maaf Gre, aku ada pekerjaan yg gabisa ditinggal, nanti aku hubungi lagi."

"Ta...tapi ci...halo?"

Hhh...selalu seperti itu…

Entah mengapa dengan sikapnya yang menyebalkan itu membuatku  tetap bertahan selama ini.

Mungkin aku sudah gila.

Banyak emosi yang memenuhi hatiku saat ini. Kesal, kecewa, marah, sedih dan yang paling besar, rindu.

"Aku kangen kamu" Kukirim voice note itu ke chatroom line kami. Tidak ada balasan. Di read saja tidak.

Tak terasa setitik air mata mengalir di pipiku.

Meskipun sudah terbiasa begini, kenapa rasanya masih saja sakit?

"Apa kamu baik-baik saja?" Sebuah suara lembut membuatku tersadar.

"A...aku baik-baik saja." Jawabku sambil berusaha menghapus airmataku, tapi bukannya berhenti malah semakim deras.

"Hei jangan menangis." Tiba-tiba saja gadis dengan perawakan tinggi dengan rambut melewati bahu dan berparas sangat cantik itu duduk disebelahku. Dia menghapus airmataku dengan lembut.

"Cerita sama aku, gre"

"Ci Shani, aku gapapa kok" iya, perempuan cantik itu Shani Indira, kakak kelasku dulu saat masih SMA.

Dia menatapku tidak percaya, namun tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia membawaku dalam dekapannya. Setelah beberapa saat, dia membuka suaranya lagi, kali ini dengan nada yang lebih hati-hati.

"Ci Omi begitu lagi?" Tebaknya.

Aku mengangguk pelan.

"Kenapa kamu bertahan Gre?" Kali ini dengan nada geram yang tertahan.

Bitter Sweet StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang