Prolog

454 17 0
                                    

"Saengil chukka hamnida, Saengil chukka hamnida, saranghaneun, Juju-ya, Saengil chukka hamnida. Horee!"

Tepukan seorang yeoja cilik berpipi tembam saat lilin padam menjadi penutup lagu yang dinyanyikannya.
" Saengil chukka hamnida, Juju-ya!"

Yeoja itu masih belum mau berhenti bertepuk tangan. Pipinya mulai memerah karena terlalu bersemangat.

"Gomawo, Nana-ya " sahut  Juju , yang saat ini genap berumur satu tahun di atas Nana.

"Oke, sama-sama, Juju! Nana  sahabat Juju yang paling baik kan karena sudah menyanyikan Juju lagu ulang tahun? Iya, kan?" Nana menggoyang-goyangkan tangan Juju.

"Iya, kok. Nana memang sahabat Juju yang paling baik. Tapi Nana belum kasih Juju kado, harusnya kan sahabat yang baik memberi kado ulang tahun." Juju tersenyum kecil.

"Oh, kalau itu tenang aja. Nana udah nyiapin kado spesial kok buat Juju." sahut Nana tanpa melepas gelantungan tangannya di tangan Juju.

"Apa kadonya? Awas lo kalau nggak bagus" cibir Juju.

Juju masih menatap lurus pada mata kecoklatan Nana ketika sahabatnya itu tiba-tiba mendekat dan mengecup pipinya. Selama beberapa saat Juju hanya bergeming, namun rona kemerahan perlahan mulai menjalari pipinya.

"Juju! Wae? Juju nggak suka kado Nana, ya?" tanya Nana setelah melihat Juju yang hanya diam dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Eh, enggak, kok. Tapi kenapa Nana ngasih Juju hadiah itu? Kenapa nggak mobil-mobilan atau robot aja?" Juju menyentuh pipinya.

"Hehe, soalnya Nana sayang Juju, dan Nana belum kerja jadi nggak punya uang buat beli mobil-mobilan atau robot" jawab Nana dengan wajah polosnya.

"Kalo Nana sayang sama Juju, hadiahnya cukup janji aja. Janji kalau Nana nggak akan pergi dari Juju dan terus tetanggaan sama Juju. Terus kita masuk SD bareng, SMP bareng, SMA, sampai kerja bareng. Janji?"

Nana menatap jari kelingking Juju di hadapannya. Tanpa ragu dan berpikir panjang, Nana langsung mengaitkan kelingkingnya sendiri ke jari Juju.

"Nana janji" senyumnya tulus.

*

"Juju, kamu mau kemana, sih? Mau pergi jalan-jalan sama eomma appa kamu, ya?"

Saat itu Nana dan Juju sedang berdiri berdampingan menatap kedua orang tua mereka yang sibuk memindahkan tas-tas koper dari dalam rumah ke mobil di halaman.

"Juju nggak tau, Na"

"Tapi biasanya kalo eomma appa Juju bawa tas-tas gitu artinya Juju mau jalan-jalan, kan?" Nana menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Kayaknya iya, deh" jawab Juju seadanya.

"Hati-hati, ya. Kalau kalian sudah sampai jangan lupa kabarin, lho" eomma Nana mengobrol kecil dengan eomma Juju.

"Juju, ayo berangkat, nak!" panggil appa Juju. Juju pun melambai kecil pada Nana yang dibalas dengan lambaian yang tak bersemangat.

"Jangan lama-lama, ya jalan-jalannya. Nanti Nana main sama siapa?" sahut Nana dengan tampang tak rela.

"Iya, tenang aja. Tungguin Juju, ya! Dah!" Juju melambai lagi.

"Eomma, appa, Juju mau jalan-jalan kemana, sih?" tanya Nana pada kedua orangtuanya ketika mobil keluarga Juju sudah hilang dari pandangan.

Appa tertawa kecil.

"Mereka bukan jalan-jalan, Nana. Mereka pindah ke Amerika" appa membelai rambut hitam legam Nana.

"Memangnya Amerika dimana, pa? Dekat Incheon, ya?" tanya Nana polos, menatap ayahnya.
Appa Nana tertawa lagi.

"Amerika itu jauh sayang. Kalau mau kesana, harus naik pesawat."

Kali ini, eomma Nana yang menjawab pertanyaan polos anaknya.

"Terus Juju kapan pulang, Ma?"
Eomma dan appa Nana saling berpandangan.

Haloo^^ Salken ya!
Ini FF pertama yang di publish hehe..
Tolong vomment nya yaa~

always been you | eunha-mingyu-jungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang