Prolog.

103 27 17
                                    

Dedaunan bersemi bersama redupnya. 

Ku terkesima oleh jingganya sang senja.

Tatkala detik memanggil paksa. 

Jingga sang senja tergantikan malam gulita.

Mengurai kata walau tak bermakna. 

Mencoba ciptakan rasa menjadi asa. 

Dalam diam ku mencintainya. 

Dalam sepi yang menggema ku mendoakannya. 

Ku rindukan penantian yang tak ada ujungnya. 

Menyisakan ingatan tentang dirinya.

- S -

•••

Faisal duduk di teras rumahnya bersama buku yang ada digenggamnya, sesekali senyum tipis menghiasi meninggalkan manis diwajahnya yang masih tetap tampan dan bersahaja.

"Sudah jam berapa ini?"

"Enam kak, Oh iya, sebentar lagi ibu pulang. Kakak belum siap-siap pergi ke masjid?" Tanya Khansa, saudara tunggal Faisal.

"Iya sebentar lagi Sa."

Adrian Achmad Faisal Iskandar bergegas mengambil air wudhu, lalu mengenakan pakaian yang teramat bersih, rambut disisir rapi, dan tak lupa harum parfum khasnya.

"Jaga rumah ya Sa. Kalau ibu pulang tolong panaskan makanan."

"Siap kak, wahh... Tampan sekali Kakakku ini, harum pula, jangan main kemana-mana dulu ya Kak." celetuk Khansa dengan nada jahilnya.

Semilir sayup-sayup menerpa dedaunan. Kegelapan tanpa bintang, sinar bulan pun menyambung gemerlap gelap awan, atas lain tanda datangnya hujan. Seiring gerimis malampun menyertai keadaan. Hawa dingin seketika datang menyambut malam. Mengingatkan kembali akan sebuah kenangan. Faisal duduk menyenderkan kepalanya di dinding. Di liriknya jam yang telah menunjukkan pukul 8 malam, dengan sabar Faisal mendengar curhatan Haykal. Sekalian menentukan rencana minggu depan untuk pergi ke bukit, tentu Faisal sangat tertarik dengan bukit. Terlebih bersama kesunyian sore menantikan jingga. Entahlah ada apa dengan bukit dan jingga ini.

"Jadi kamu akan mengajak siapa, Kal?"

"Sepertinya aku belum tahu, mungkin Sharon." Terkekeh Haykal mengucapnya.

"Bukannya Sharon sudah berlari jauh darimu? " Faisal malah membuat suasana sendu.

"Ya..ya..ya... Tapi siapa tahu lariku lebih cepat darinya, ya kan? Haha." Haykal tak mau kalah.

"Hmm, bisa jadi."

"BTW, kira-kira kapan bukumu akan diterbitkan, Sal?"

"Entahlah, mungkin tahun depan."

"Ayolah cepat, keburu hilang kesempatan nih, katanya kau mau cepat-cepat menunjukkan buku ini padanya!"

•••

Ketika kau sudah merasa cukup akan istikharah dan doamu, ketika kau sudah merasa mampu dan berhasil untuk memantaskan dirimu, ketika hatimu sudah merasa yakin akan keputusanmu. Pergilah. Aku di sini masih tetap menunggu, membukakan pintu pengharapan menuju jalan yang dihalalkan. Sebab aku berharap, kau juga berharap, dan kita saling mengharapkan di dalam doa, semoga ridho-Nya. Menakdirkan harapan di dalam doa yang kita panjatkan. Untuk bersama.

"Terimakasih karena telah menunggu." ucapmu lirih.

Jihan POV

Aku sejenak diam seolah tak mempercayai tentang apa yang telah datang. Kau dan niat tulusmu adalah satu paket terindah untukku.

Aku yang sedari tadi melamun di sofa dekat jendela menikmati hembusan angin yang menyapu halus wajahku. Mendengar suara deru mobil di halaman depan. Ku lihat dari jendela lantai dua siapa yang datang. Seseorang yang turun dari mobilnya, dengan pakaian rapi layaknya orang terpandang.  Tak kusangka betapa bahagianya diriku,  seseorang itu adalah sebuah penantian lama yang kutunggu-tunggu.

Author POV

Dengan membaca basmallah, Faisal menekan bel pintu rumah Yusuf. Rumah mewah yang memiliki halaman luas, yang tak ada bedanya dengan rumahnya sekarang.

Pintu terbuka menampakkan pria dua tahun diatasnya.

"Assalamualaikum. " salam Adrian.

"Wa'alaikumsalam, maaf mau nyari siapa?" tanya pria itu.

"Permisi, saya datang ke sini bermaksud untuk bertemu Pak Yusuf." ucapnya sopan.

"Baiklah, silakan masuk. Biar aku panggilkan." ucap laki-laki itu.

Jihan POV

Saking bahagianya,  aku langsung berlari ke luar kamar.  Melihat Abang yang berjalan ke arah yang berlawanan.

"Kamu kenapa, Han?"tanya Azzam.

"Dia bang...  Dia datang... Apakah abang yang telah menemuinya?"tanyaku antusias.

"Iya,  dia mencari ayah." jawab Abang.

Tak lama ibu datang.

"Ada apa ini? Tumben kamu semangat sekali."

"Ini bu,  katanya ada yang datang,  bilangnya dia lah dia.  Abang ngga tau siapa. Bentar bu,  abang mau manggil ayah dulu."

"Yang datang siapa sih nak?" tanya ibu menggoda.

"Faisal mah.."

"Serius? Faisal yang suka kamu ceritakan itu? Mamah ikut." ucap mama dengan riang.

Tak lama ayah datang bersama ibu ke ruang tamu disusul aku dan abang.

"Faisal."

"Assalamualaikum,  Ibu." Faisal mencium tangan ibu dengan manisnya.

"Ada apa Sal? Han, ambilin minum dong masa Faisal mau dikasih minum angin aja."

"Iya, mah." ucapku. Kali ini aku tidak berlari menuju dapur,  takutnya nanti gelas-gelas menanyaiku kenapa aku buru-buru. Malah tambah merah nanti mukaku.

"Saya ingin menikahi putri bapak." Terdengar jelas ketika aku meletakkan gelas yang berisi teh manis di meja depannya.

"Aa..  Apa Sal? Kamu mau menikahi anak ibu?"

"Kamu sudah yakin? Apakah kamu sudah membicarakan ini dengan orang tuamu?"tanya ayah yang terlihat tertarik,  saat pertama kali melihat Faisal.

"Insyaallah sudah pak,  jika bapak ibu mengizinkan, saya akan kembali lagi bersama orang tua saya minggu depan." binar matanya memaksaku untuk menyelami kesungguhannya.

"Jika kamu sudah benar-benar yakin.  Bapak serahkan semua keputusannya sama Jihan. Gimana nak?"pertama kalinya ayah tersenyum senyaman ini yang membuatku semakin yakin dengan jawabanku.

"Aku bersedia Yah,  Insyaallah."

"Alhamdulillah." empat suara berada dalam satu kebahagiaan.

•••

Haii guyss,  ketemu lagi sama aku. Kali ini aku bakal buat cerita edisi ramadhan. Eh, btw kok sekarang pake 'aku kamu' ya? Hehe, iya emang sengaja aku setting gitu.  Biar sopan dikitlah.  Inikan juga Bulan Ramadhan 😇.

Gimana awal ceritanya? Apa terlalu dewasa untuk kalian baca? Aku pikir pasti ada satu atau ngga dua diantara kalian yang bilang 'eh,  author kok baru mau masuk SMA udah buat cerita nikah2 an sih? Mau pengen cepet nikah ya?'. Haha, ngga juga kali. Yaa, kali ini itu aku mau buat cerita yang ada unsur religius nya gitu.  Hmm, gimana ya(?). Bingung jelasinnya.  Pokok gini aja deh,  kalian mending baca dulu sampe tuntas sampe tamat.  Nanti kalian bakalan tau,  apa maksud aku buat cerita kayak gini.  Yuk,  daripada penasaran,  mending baca kelanjutannya aja. Tapi, tunggu dengan sabar yaa kelanjutannya.  Jangan lupa vote dan comment nya yahh,  hope you enjoy my story and Happy Reading😉.

A[wait]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang