Interesting

24 14 4
                                    

Cinta yang berawal dari tulisan, tatapan, dan kekaguman Faisal kini menjadi cinta yang sesungguhnya. Kebiasaan Jihan yang selalu memperhatikan Faisal di saat jam istirahat. Melihat dan menunggunya selesai berwudhu. Memperhatikan tiap tetes yang jatuh dari wajahnya. Itu adalah sebuah kebahagiaan. Yang takkan pernah kamu dapatkan sebelum mereka bersama. Jangankan untuk bertemu, membalas pesannya pun tidak. Entah kenapa Jihan selalu memaklumi sifat Faisal tersebut. Haykal yang melihat dua sahabatnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Haykal bersedia menjadi mak comblang diantara mereka berdua untuk bisa membahagiakan mereka. Sekaligus mengobati rasa bersalahnya pada Faisal di dua tahun yang lalu.

Sudah mendekati batas akhir, Haykal gelisah kenapa mereka belum bersatu juga? Kenapa prinsip Faisal begitu kokoh?

"Aku tidak ingin pacaran Kal."

"Tapi kasihan Jihan, Sal. Dia nunggu kamu kaya gitu udah lebih dari 1 tahun!"

"Iya nanti aku kasih pengertian ke dia."

"Kapan? Minggu depan udah hari perpisahan! Sampe kapan lagi Sal?"

Kalau dia benar-benar mencintai Faisal, dia pasti akan selalu kuat untuk menunggu Faisal. Sama seperti halnya Faisal yang menunggu Jihan selama beberapa tahun ini. Haykal sudah tidak mampu berkata-kata lagi, karena memang yang dikhawatirkan Haykal adalah satu, yaitu bahwa Haykal takut jika Cinta Jihan kepada Faisal tidak sedalam rasa Cinta Faisal kepada Jihan. Haykal takut jika suatu hari nanti Jihan menyerah dan mencari pria lain. Semoga dia benar-benar mencintai kamu Sal, doa Haykal pada sahabat terbaiknya.

"Perpisahan nanti kita samaan pake jasnya ya Sal. Biar keliatan adek kakak gitu, hehe." terbahak Haykal dengan riang melupakan pembicaraan yang begitu dalam tadi.

Lama menunggu namun tak juga kunjung datang. Sampai hari itu kini menyapanya, tak terasa hari kelulusan sudah tiba. Hari kelulusan ini akan diadakan di Puncak, tepatnya di sebuah resort kawasan Lembang, Bandung.

"Mau liburan atau ke mall? Itu tas ngga ada isinya kali ya?"

"Yaelah, Sal. Baju entar aja beli di sana. Sengaja aku kosongin tasku, biar muat untuk oleh-oleh yang banyak. Haha."

"Kaya yang betul aja kamu Kal." Pembicaraan ini menjadi awal perjalanan mereka. Selama di perjalanan nampaknya tidak ada sesuatu yang aneh. Semua berjalan seperti biasa. Teriakan, tawa, nyanyian, bahkan suara tidur yang bergelut sengit pun menghiasi perjalanan mereka dari Jakarta sampai Bandung.

Sesampainya di tempat peristirahatan, mata Faisal melihat ke segala penjuru. Namun masih tak ada. Mungkin malam nanti ia bisa melihatnya.

Malam perpisahan pun datang, semua hadir dengan caranya masing-masing. Ada yang berpasangan, ada pula yang bergerombol dengan gengnya. Faisal dan Haykal berdua duduk di kursi bagian belakang. Semoga acara ini tidak terlalu lama dan mereka bisa langsung kembali ke hotel.

Semua siswa sudah memasuki gedung perpisahan. Lampu berhias kenangan dan panggung megah itu seakan memahat kerinduan para siswa.

"Mau duduk dimana Sal?"

"Belakang aja Kal, biar bisa cepet keluar nanti."

"Emang nanti mau ngapain aja sih ini?" Sambil membenarkan dasi hitamnya, tak pede kali ini Haykal. Memakainya saja perlu bantuan tangan terampil Faisal.

Seisi ruangan terdiam sejenak, suara piano yang dimainkan seseorang berhasil membuat mereka berdecak kagum. "Siapa itu?" Terdengar salah satu siswa sumringah. "Bukan main cantiknya."

"Sal duduk Sal." Haykal merasa terganggu dengan teguran salah satu temannya yang berada dibelakang. "Temenmu ngehalangin! Suruh duduk cepetan!"

Faisal tidak tau dengan apa yang ada didepannya. Mulutnya tak bisa terkatup, telinganya menolak semua suara selain suara yang dikeluarkan dari piano, matanya membelalak terlihat ingin loncat dan menggapai wanita itu.

Jihan. Mahkota indahnya kini sudah terbalut kain sati berwarna cream. "Hijab itu begitu cantik melekat bersamanya." Dalam hati Faisal mengagumi ia, ia yang Faisal kagumi sejak tiga tahun silam, dan kali ini Faisal begitu semakin yakin akan keputusannya. Senyum khas Faisal menuai semua keraguan yang hampir merogotinya.

Tapi nyatanya Faisal ingin lebih lama di sini, kebahagiaannya tidak boleh direnggut paksa oleh siapapun dalam sekejap. Dia datang dengan sesuatu baru, sesuatu yang diimpikan Faisal selama ini.


A[wait]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang