"Sal... Faisal... "
"Masuk aja Kal ke kamar, Faisal nya lagi mandi."
"Ohh,, iya tante, makasih ya." rumah Faisal hanya berjarak 5 menit dari rumah Haykal. Itu pun kalau Haykal sedang berlari kencang untuk meminjam hasil pekerjaan rumah Faisal.
Haykal mulai memainkan gitar kesayangan Faisal sebagai sumber inspirasinya untuk menulis. Ketika pikirannya sudah buntu, Faisal mengambil gitar dan memainkan nada-nada yang bisa menenangkan pikirannya.
Haykal mulai kesal dengan suara yang terus menerus dikeluarkan laptop Faisal. "Ini pasti chattingan sama cewek, ah tapi mana mau Faisal kayak gitu. Paling juga diabaikan."
Suara notifikasi itu sudah tidak bisa ditolerir lagi. Tinutt... Tinutt.. Tinutt... "Apa sih ini! " Secepat kilat Haykal menuju meja belajar Faisal. Ada senyum kurang ajar bermain di bibirnya. "Kalau bener Faisal chattingan sama cewek, aku isengin ah."
"Kal, mau ke mana lagi Kal?" Faisal yang baru selesai mandi merasa aneh dengan sikap Haykal yang membanting pintu dan langsung keluar saja dari rumahnya. Matanya masih terbelalak tak percaya. Diredamnya kemarahan teramat sangat itu. Tapi kenapa ia harus marah? Bukankah harusnya meminta maaf? Tapi salah sendiri kenapa dia terus terang dan hanya berdiam diri saja seperti pengemis yang menunggu tuannya datang? Kenapa!
Pesan dari Faisal tidak digubris oleh Haykal, sudah tiga hari Haykal tidak masuk sekolah. Jihan yang mengkhawatirkannya hanya bisa mencari informasi dari wali kelasnya saja. "Haykal izin, katanya sedang tidak enak badan." tambah penasaran saja Jihan dibuatnya.
Untunglah setelah tiga hari Haykal tidak masuk, kini Jihan bisa melihat batang hidungnya kembali. Wajahnya sudah tidak pucat. "Aku akan segera menemui dia."bisik Jihan dalam hati.
"Ada yang lihat Haykal? Dia makan dimana ya? Di kantin ngga ada."
Seseorang dari belakang menepuk pundak Jihan. "Han, tadi Haykal titip pesan, katanya nanti pulang sekolah ditunggu di bangku taman sekolah."
Pulang sekolah? Kenapa ngga sekarang aja? Haykal ini kenapa sih, udah tiga hari ngga ada kabar sekarang malah main kucing-kucingan!
Sudah enam bulan hubungan Jihan dan Haykal terjalin, semua berjalan baik-baik saja. Jihan menjadi orang yang lebih baik lagi, walau masih ada beberapa masalah yang menimpanya. Jihan merasa bahwa hal ini masih terlalu sulit baginya, membutuhkan waktu dan harus membaikkan hatinya terlebih dahulu. Sebuah alasan klasik yang Jihan tentunya tahu akan hal itu.
Kini giliran Jihan yang menunggu terlalu lama, biasanya Haykal. Tapi sudah terlanjur menunggu, apa boleh buat? Kemana perginya Haykal seharian ini? Biasanya dia selalu mengajak Jihan makan di kantin.
"Maaf lama menunggu Han."
"Iyaa ngga apa-apa." dengus Jihan dingin.
"Begini Han, ada yang mau aku sampaikan ke kamu, aku tolong kamu mengerti."
"Ada apa Kal? Mau bilang apa? " helaan napas Haykal begitu berat. Rasanya pendakian ke Gunung Semeru jauh lebih mudah dibandingkan harus mengucapkan sebuah kalimat ini.
"Aku minta putus, tolong maafkan aku."
"Putus? Kamu ngga salah omong kan?"
"Iya, aku ingin hubungan kita berkahir sampai disini aja Han, maaf."
"Kenapa? Apa yang salah dari aku Haykal! Apa? Jawab aku!"
Histeris Jihan menangis sejadi-jadinya. Haykal meninggalkanya? Kenapa? Bukankah Haykal sangat mencintai Jihan? Cinta yang begitu dalam kini tiba-tiba telah berubah?
Dan kini semuanya sudah tidak bisa seperti sedia kala. Semuanya telah berakhir. Kisah Cinta ini dan rasa bersalah Haykal pada seseorang yang lain pun kini berakhir.

KAMU SEDANG MEMBACA
A[wait]
RomanceKarena siapa kau bagiku, dan siapa aku bagimu. Aku masih belum bisa mengetahuinya. *** Tentang sebuah penantian yang tak ada ujungnya. Tapi menantimu adalah suatu kebahagiaan tersendiri untukku. Kau tahu kenapa?