Idea

40 22 4
                                    

Haykal sudah lama menunggu. Cuma pura-pura saja dia ngobrol dengan teman yang baru dikenalnya. Tapi kenapa harus dengan teman yang berbeda kelas?

Matanya sebentar-sebentar melirik ke pintu kelas. Yang ditunggu sudah datang. Dengan cekatan Haykal menyodorkan tangannya untuk berkenalan.

"Hai perkenalkan aku Haykal. Aku murid pindahan dari luar kota. Dan aku ingin berkenalan dengan semua siswa yang berada di sekolah ini, boleh aku mengenalmu?" Haykal mengeluarkan metode terbaiknya.

"Oh, aku Jihan." jawab gadis itu dengan suara halusnya.

"Pulang nanti boleh aku mengantarmu pulang?"

"Hah? Maksudnya?" Jihan kaget mendengar peluru yang menimpa kepalanya. Haykal langsung melesatkan tanpa basa-basi. Bukan main. "Maaf kita baru saling kenal, dan nanti aku juga masih ada kelas lukis dulu."lanjutnya.

"Oh oke, kalau nanti aku liat kamu latihan boleh?"

"Terserah deh." geram Jihan sedikit kesal.

Bukan Haykal namanya kalau langsung menyerah, ketika Jihan selesai dengan kelas lukisnya Haykal langsung menghampirinya dan memberinya minum.

•••

"Lukisanmu bagus, boleh kali kapan-kapan aku diajari? Atau kamu jadi guru pribadi saja deh, ya ya ya?"bujuk Haykal.

"Memang kamu bisa?"

"Menurutmu? Udah yuk pulang! " ajak Haykal.

•••

Akhirnya, liburan semester pun tiba. Dan saat ini adalah waktu pengambilan rapot. Semua tampak bahagia dengan angka keberuntungan mereka di rapot itu. Tapi tidak dengan Jihan yang tertunduk kecewa di dekat lapangan basket itu.

"Kenapa? Kok sedih?" tanya Haykal.

"Sepertinya aku harus menghentikan semua ini Kal."

"Maksud kamu?"

"Aku mau berhenti melukis dan menyanyi. Entah apa yang telah terjadi padaku belakangan ini membuat nilai rapot ku turun. Dan hari ini aku tidak lolos masuk final lomba menyanyi. Selain itu, tadi aku juga difitnah merebut pacar orang. Aku bingung Kal harus bagaimana."

"Jangan! Kamu masih bisa memperbaiki semua ini. Karena hal seperti itu aja, kamu mau sampe begitu. Percayalah, di sini aku masih tetap untukmu, bersamamu, dan akan selalu ku bantu menyelesaikan masalahmu itu."

"Thanks Kal, udah mau ngertiin aku dan dukung aku." ucap Jihan dengan suara parau.

Lama bermain peran, waktu menjadi pemicu perasaan itu muncul. Tidak ada yang mampu menahannya. Berhari-hari Haykal selalu menemani Jihan latihan. Dan suatu waktu Haykal berhasil mendapatkan hati Jihan. Seseorang orang yang lain tersenyum dengan seadanya. Ia mencoba untuk tetap tegar namun ia akan selalu tetap memberikan apa yang tidak diketahui oleh orang itu.

A[wait]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang