♡5♡

2.1K 241 8
                                    

Pintu apartemen berderit terbuka, saklar lampu ditekan dan seketika itu pula terlihatlah kamar yang rapi dan teratur.

"Uhuk," Hinata terbatuk sembari mengibas-ngibaskan tangannya di udara, berusaha menghalau debu apak yang beterbangan, "kembali ke kebiasaan lama Sasuke-san?"

"Bisa dibilang begitu," Sasuke mengendikkan bahunya.

"Terlalu sibuk di Uni?" Hinata terkekeh pelan dengan sebelah tangan menutup bibirnya, elegan seperti biasa, "sampai kamar sebersih ini dilapisi debu saking jarang diisi."

Sasuke tidak menjawab perkataan Hinata yang lebih mirip sindiran halus.

Pemuda itu meletakkan kacamatanya di meja belajar, seraya mengurut pangkal hidungnya. Beberapa hari ini jadwal pekerjaannya penuh, sampai-sampai tidak sempat pulang ke apartemennya barang sejenak. Istriahat pun hampir hanya tiga-empat jam sehari.

Well, Sasuke berniat untuk masuk dunia jurnalistik. Sudah selayaknya ia sering lembur seperti itu, alasannya sih untuk membiasakan diri jika ia benar-benar menjadi jurnalis kelak.

Pemuda Uchiha itu menebar pandangannya ke seluruh sudut kamar, lalu ia menangkap sosok pemuda berambut pirang yang tengah berdiri di ambang pintu dengan sangat canggung. Kau dapat melihat bulir-bulir keringat yang perlahan muncul di wajahnya.

Sasuke membuka mulutnya, berniat mengajak Naruto masuk ke kamarnya. Namun ia urungkan, karena suasana akan tidak menyenangkan bagi Naruto.

Sasuke merasa konyol. Tadi Naruto bilang kalau mereka bisa bicara disain selebaran esok hari. Tapi Sasuke menolak mentah-mentah pilihan tersebut. Padahal kalau dipikir-pikir lagi, dirinya-lah yang tidak rasional.

Semua berawal ketika tadi Hinata mengucapkan nama Gaara. Entahlah, Sasuke yakin kalau dirinya sudah mulai move on dari Hinata. Namun hanya dengan satu sebutan nama di sepenggal kalimat Hinata membuatnya kesal.

Ironisnya iapun berhasil membuat Hinata kesal dengan kata-katanya yang sarkastik.

Bukan hanya bersikap seperti anak kecil, Sasuke bahkan berhasil membuat Naruto terjebak dalam drama kehidupannya yang konyol.

Sasuke menghela napas pelan kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Hinata.

"Jadi, barang apa yang ingin kau ambil?"

"Hm... tidak banyak," Hinata beranjak ke arah lemari pakaian, membukanya dengan sangat familiar tanpa merasa risih, "ada beberapa pakaianku yang tertinggal."

"Kalau hanya itu, aku bisa mengantarkannya secara personal padamu."

"Tidak bisa begitu," ujar Hinata pelan, "Gaara pindah ke apartemenku minggu lalu dan dia pasti tidak akan senang jika melihatmu datang ke tempatku."

Urk.

Sasuke dapat merasakan urat mulai muncul dikeningnya.

Lagi-lagi Gaara.

Dulu Sasuke tidak pernah menyetujui usulan tinggal bersama dari Hinata. Karena hal tersebut membuatnya tidak bisa bebas dalam bekerja. Lagipula, ide tentang dua orang muda-mudi tinggal dalam kamar 1LDK* bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan. Pindah ke apartemen yang lebih luas? Oh tolonglah, Sasuke tidak punya uang sebanyak itu untuk sebuah apartemen yang jarang ia tempati.

Sepertinya Gaara benar-benar serius, sampai mereka jadi tinggal bersama. Pemuda itu juga nampaknya sudah berkomitmen penuh pada Hinata. Sasuke juga bisa merasakan perubahan Gaara di kelas, semakin hari dia jadi semakin protektif pada Hinata.

"Sudah semua?"

"Belum, ada beberapa... uhm... yang terselip--ah! Ini dia," Hinata menarik pakaian dalam yang entah kenapa membuat Sasuke merona.

GoateeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang