To Keep An Eye On Target.

2.8K 169 16
                                    

Embun pagi menempel lembut di dinding kaca apartmen megah Sang Master Dominan. Membuat pagi hari menjadi lebih sejuk bagi pasangan suami istri yang baru menikah satu bulan lebih. Bebby masih ndusel di atas dada bidang Alfian yang sedang naik-turun menyalurkan nafas dari lubang hidungnya. Mulutnya terbuka sedikit, membuatnya nampak lebih seksi. Lengan pria itu melingkar anggun di tubuh Istrinya.

Bebby menggeliat dengan gemulai saat ia mulai setengah bangun dari lelapnya. Perlahan kelopak matanya terbuka, menampilkan pemandangan remang dengan pencahayaan minim di kamar utama. Sedikit menaikkan kepalanya, melihat titisan Dewa Aphrodite yang tengah memeluknya dengan lembut, Bebby mencium ujung rahang suaminya. Merasa kurang, ia meraih bibir suaminya dan mengigit kecil daging bibir bagian bawah.

Alfian pun terbangun, mengerjap beberapa kali. Menyingkirkan benda lengket yang menghalangi penglihatannya. Ia mengulum bibirnya manis, mencium kening Istrinya dengan lembut dan telapak tangannya mengusap bahu telanjang milik Istrinya.

"Apa aku membangunkanmu?" gumam Bebby dengan suara sendu.

"Tidak, sayang." Alfian mencium Istrinya lagi.

"Kau bisa bersiap-siap? Kita akan bertemu di meja makan, aku akan membuatkan sarapan untukmu."

"Oh, aku mulai terbiasa dengan ini." Alfian mencium puncak kepala Istrinya lagi lalu beranjak bangkit dari posisinya. Pun dengan Bebby yang langsung ngeloyor ke dapur mempersiapkan sarapan untuk suaminya.

Mengenakan celana dalam berwarna hijau dengan gambar kerropi, Bebby bergoyang dengan lincah di arena dapur. Membuat nasi goreng ala-ala koki amatir. Dengan penuh percaya diri, Bebby memasukkan kacang polong rebus ke dalam nasi goreng di atas wajan, ia mengaduk rata dalam masakannya. Pantatnya bersenandung, ia bergoyang di sepanjang kompor dan mulutnya mengeluarkan senandung entah apa.

Alfian datang setelah selesai mengancingkan kemeja putihnya. Ia duduk di barstool dan tersenyum manis saat melihat Istrinya dengan lincah berpindah ke sana-sini, menuangkan isi wajan ke atas piring. Lalu mengisi air putih ke dalam gelas beling panjang dan membaginya pada Alfian.

Bebby duduk dan meraih sendok, begitu pula Alfian yang tampak kurang yakin dengan rasa masakan Istrinya. Well, lihat saja dapur yang ia gunakan untuk masak. Masak nasi goreng saja area dapur seperti medan perang. Kacau balau, berantakan dan benar-benar.... Jangan dibayangkan.

Bebby meniup sendok berisi nasi goreng acakadut yang masih menciptakan asap panas di depan mulutnya, matanya melirik Alfian yang sedang mengunyak masakan Bebby dengan tatapan penilaian.

"Bagaimana? Apakah itu enak?" tanya Bebby khawatir.

Alfian mengunyah pelan dalam mulutnya. Ia tidak mau menyakiti hati Istrinya yang tengah gencar-gencarnya dengan hobi baru; Memasak. Setelah seminggu kembali dari Acapulco, Bebby selalu memasak untuk suaminya, Alfian. Pria rupawan itu selalu memuji hasil masakan Istrinya yang sebenarnya....amburegul.

Rasa masakan yang kadang asin, asin banget. Terkadang tidak terlalu asin, sampai tidak ada rasanya. Terkadang pula, rasa aneh yang ia padukan entah dari rempah-rempah apa. Tetapi anehnya, wanita yang kini tengah berbadan dua itu tidak pernah merasakan keanehan dalam masakannya. Lidahnya selalu menerima dengan baik apa yang sudah masuk ke dalam mulutnya, walau sebenarnya rasanya sangat tidak baik untuk kesenjangan lidah dan rongga mulut.

"Seperti biasa, sayang. Masakanmu selalu enak," Alfian tersenyum lebar, mencoba mengalihkan rasa asin yang mencumbu lidahnya begitu beringas. Ia menahan mimik wajahnya agar terlihat -menikmati- masakan acakadut yang dibuat Istrinya.

Dengan tampang tanpa dosa, Bebby tersenyum puas pada wajahnya. Ia bahagia lahir batin, ketika masakannya dipuji oleh Alfian. Padahal ia sendiri tahu, kalau rasa masakannya tidak terlalu enak. Astaga. Tidak terlalu enak? Itu bahkan lebih buruk.

PreciousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang