Are You Blind?

4.1K 208 21
                                    

Mulmed yayang Onal 😎😎

.

.

.


Ronald kembali dari kamar gadis tuli itu setelah mengantar makanan untuknya. Pria itu sedang duduk bersandar di salah satu pilar di depan rumah Samuel. Mulutnya masih sibuk mengepulkan asap-asap racun dari mulut dan hidungnya. Tangannya yang kokoh menggeser-geser pada layar sentuh ponselnya. Sesekali bibir itu membuat lengkungan kecil ke atas, ya, pria itu sedang sibuk berbincang dengan wanita yang tadi siang ia temui.

Emia.

Sementara itu, Sam yang terlihat gusar tak henti-hentinya berjalan tanpa arah di dalam toiletnya. Tangannya bertumpu pada wastafel putih, matanya menatap refleks dari dalam cermin. Sam menekan garis bibirnya dan mengacak rambutnya kasar.

Fikirannya sedang dipenuhi oleh gadis itu. Sebagai pria yang sedang gencar-gencarnya menikmati lubang demi lubang untuk memuaskan nafsunya, ia sedikit, atau lebih tepatnya --banyak-- terangsang oleh pemandangan indah yang tadi ia lihat.

Perempuan telanjang.

Mungkin dia hanya tertarik dengan yang satunya, Si Gadis Perawan. Sesuatu di bawah sana semakin bergejolak dengan fikiran mesum nan erotis di otak brengseknya. Dia benar-benar tak dapat membendungnya. Tapi, jika Sam nekat. Bocah itu akan berakhir dengan lubang di tempurung kepalanya.

Mau tidak mau, dia akan melampiaskannya dengan jalang, lagi.

Itu lebih baik, dari pada harus menahan keinginan menyetubuhi perawan yang akan dijual oleh Ayahnya.

Hampir sebelas malam, Sam melangkah menuju Range Rover. Dia melewati Ronald yang masih cekikikan dengan ponselnya. Seperti anak remaja saja.

Ronald bergeming ketika hidungnya mengendus parfum milik Samuel. Ia menengadah. "Mau kemana kau?"

Sam menoleh sesaat sebelum dia merangkak masuk ke mobilnya.

"Alexis, ikut tidak?"

Tanpa fikir panjang, pria itu langsung mengangguk setuju dan berjalan cepat masuk ke mobil Sam. Mereka pun melesat menuju Hotel Alexis, atau lebih tepatnya; Surga Dunia di Jakarta.

****

Mereka sampai, setelah melakukan pembayaran untuk masuk ke lantai enam di Hotel Alexis, mereka diarahkan oleh petugas untuk langsung menuju elevator. Ponsel dua kaum Adam itu pun disita untuk sementara waktu, selama mereka bebas berkeliaran di lantai enam.

Suasana panas di lantai enam membuat siapa pun yang menginjakkan kakinya ke sana akan terhanyut oleh suasananya. Para wanita berpakaian minim, bahkan ada yang tidak terbalut benang sehelai pun menjadi pemandangan biasa bagi para tamu lantai enam.

Kedua lelaki itu berjalan menuju bir yang terletak tak jauh dari kolam renang, memesan minuman dan menyesapnya sesekali. Tiga orang wanita mendatangi bocah ingusan itu sekaligus, menggerayanginya dengan tangan-tangan binal para pendosa di sana. Telapak tangan jahil milik Samuel meremas bokong salah satu wanita asal Ukraina itu, membuatnya mendesis nikmat. Pusat kebanggaan milik Sam pun menjadi sasaran dari ketiga jalang import yang sibuk menciumi lelaki nakal itu.

Sementara Ronald sudah mengajak satu orang wanita asal Amerika Latin itu ke salah satu kamar yang sudah disediakan di sana.

"Siapa namamu?" tanya Ronald saat wanita itu sedang sibuk menari striptise di depan ranjang.

"Eva," desisnya sambil menjilat jari telunjuk dengan kuku berwarna merah menyala.

"Ouch. Kau suka permainan kasar atau halus, Eva?" Ronald mendekati wanita itu yang tengah melucuti bikininya.

PreciousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang