"Penggerebekan yang dilakukan anggota intelejen Indonesia Jumat malam berhasil menghentikan transasksi pelelangan manusia. Kepala mafia kelas kakap yang menjadi target selama beberapa tahun belakangan pun berhasil ditangkap dan kini sudah ditahan oleh pihak berwajib. Diketahui ada dua orang berhasil melarikan diri. Tangan kanan yang berinisial RD dan anak kandung dari pemimpin kelompok ini yang berinisial SS. Berikut foto dan ciri-cirinya. Jika Anda melihat buronan ini, harap segera melapor ke pihak yang berwenang."
Dua gambar terpampang di layar teve. Menampilkan sosok dua orang pria yang sangat dikenalnya. Ia terkejut sejadi-jadinya. Membekap mulut dengan kedua tangannya. Tidak percaya pada apa yang baru saja ia saksikan di berita pagi hari yang sering ia lihat.
Foto Samuel yang masuk ke dalam daftar pencarian orang. Membuat Lika nyaris menangis dan histeris. Jantungnya berdebar sangat kencang. Lututnya lemas. Keringat dingin mulai membasahi sekujur kulitnya. Tanpa basa-basi, Lika langsung menekan nomor Samuel untuk segera menelfonnya.
Ia semakin dirundung perasaan gelisah saat mendengar nada rendah yang mengartikan bahwa nomor ponsel Samuel aktif. Lika menunggu beberapa saat sampai seseorang di sana mengangkatnya.
"Halo." suara berat dan asing menjawab pada dering ke tujuh. Lika lantas menekan gagang merah pada badan ponsel pintarnya. Itu bukanlah suara Samuel. Ada beberapa kemungkinan siapa yang mengangkat telponnya itu, yang pertama adalah polisi. Jawaban itulah yang paling masuk akal untuk diterima nalarnya Lika. Akal sehatnya terus berdebat, membuat pikiran Lika penuh dengan bayang-bayang Samuel. Ia menggigit bibirnya dengan keras karena perasaan gelisah masih mendominasi dirinya. Lika terus berjalan di penjuru kamar sepetaknya itu. Tak tentu arah sambil menggenggam ponselnya kuat-kuat.
Lika duduk di tepi kasur tanpa ranjangnya itu. Dia tersentak seketika saat ada panggilan masuk ke nomornya. Tidak ada nama yang tertera di layar ponsel. Nomor privat. Tidak diketahui. Lika pun bimbang antara mengangkat karena penasaran atau membiarkannya karena ia ketakutan itu dari polisi.
Tetapi dengan keberanian, Lika pun mengangkatnya. Menjawab dengan suara serak karena tenggorokannya yang tiba-tiba saja tercekat karena tegang.
"Ini aku." suara lelaki yang selama ini menghilang terdengar dari sebrang telfon. Membuat kaki tangan Lika gemetar saat mendengar suara yang begitu ia rindukan belakangan ini. Lika pun nyaris menangis namun ia mencoba untuk menahannya.
"Sam? Kau 'kah itu?"
"Ya, Lika. Ini aku. Kita harus bertemu."
Lika tak kuasa lagi membendung tangisnya. Air mata pun pecah seketika. Ia mengangguk setuju menerima ajakan Samuel untuk bertemu.
"Kau ingin aku menemuimu di mana?"
"Dengarkan aku, Lika. Ponselku sudah diambil alih oleh pihak kepolisian, mereka mengawasi orang-orang yang dekat denganku beberapa hari ini, termasuk kau. Mungkin sudah ada beberapa polisi yang menunggumu di bawah. Jika mereka menginterogasimu, katakan bahwa kau tidak bertemu denganku dan tidak tahu kabarku. Jangan katakan pada mereka bahwa aku menelfonmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Precious
General FictionSamuel Soediro, pewaris tahta kerajaan mafia yang dipimpin langsung oleh Ayahnya. Nuraninya sudah sirna sejak kepergian Ibu dan kedua Kakaknya. Selalu memandang rendah orang lain, membuat orang lain selalu berada di bawah kakinya. Penikmat selangkan...