Samuel membanting tubuhnya ke atas ranjang. Ucapan Alice kemarin lalu masih terngiang di kepalanya. Dia merasa sangat bodoh. Bisa-bisanya dia mempunyai niat untuk menyetubuhi saudara kembarnya waktu itu. Untung saja niat itu tidak terlaksanakan. Kalau itu sampai terjadi, Samuel akan merasa menjadi manusia paling bejat di seluruh jagat raya ini. Sebrengsek-brengseknya lelaki itu, dia tidak akan pernah menyakiti saudaranya. Termasuk ke dua Kakaknya juga.
Terlepas dari problematika kehidupan Samuel yang ternyata memiliki kembaran selama ini, lelaki itu ternyata ingin segera menyatroni Ayahnya langsung untuk mendapatkan penjelasan dari ini semua. Ada setitik rasa penyesalan karena dirinya begitu mengagungkan Ayahnya yang ternyata sangat jahat. Lebih jahat dari binatang bahkan. Samuel tahu kalau Ayahnya memang bukan orang baik, dia tahu betapa buruk predikat yang melekat pada Ayahnya, tapi Sam tidak pernah menyangka kalau ternyata Ayahnya benar-benar tidak memiliki hati.
Bagaimana kalau ternyata yang cacat adalah Samuel? Apakah Ayahnya akan membuang Samuel dan hanya menyayangi Samantha saja? Pertanyaan itu terus bergema di dinding otak Samuel. Dia pun bangkit duduk dan memijat pangkal hidungnya. Memejamkan mata barang sejenak, lalu menghela napas dengan panjang.
Sam butuh merilekskan tubuhnya. Melepas penat dan pikiran yang begitu memenggal perasaannya. Meruntuhkan emosi yang membumbung dan bersarang di kepalanya. Ini harus dilampiaskan. Sesegera mungkin. Akhirnya lelaki itu menelfon Clara. Pemilik rumah bordil yang dinaungi oleh kelompok Brata. Meniduri seorang jalang agaknya pilihan yang tepat saat ini.
Pada deringan ke dua, Clara mengangkat telfon Sam.
"Hai, Sam."
"Apa ada barang baru?"
"Kau butuh berapa wanita?"
"Satu saja. Aku ingin yang cantik, wangi, dan tidak banyak omong."
"Baiklah, aku akan mengirimnya untukmu. Kapan kau butuh? Malam ini?"
"Tidak. Aku butuh sekarang."
"Baiklah. Satu jam lagi dia sampai padamu."
"Hm."
Panggilan pun terputus. Lelaki itu pun membuka T-shirt nya. Dengan keadaan shirtless, Sam melangkah menuju dapur mini di kamarnya. Membuka kulkas dan menyambar roti lapis untuk mengisi perutnya yang kosong. Kembali duduk di atas sofa, memutar tayangan netflix, Sam membuka lagi ponselnya. Ada satu pesan singkat yang masuk empat jam lalu. Sudut bibir Sam terangkat spontan saat tahu siapa yang mengiriminya pesan singkat.
Lika;
Are u there?
Received; 09.55Sam lantas memanggil nomor ponsel Lika. Mengajaknya untuk melakukan video call lalu menunggu gadis itu untuk mengangkatnya. Entah kenapa, hanya dengan satu buah pesan yang sangat singkat itu, mood Samuel bisa membaik dan hatinya sudah tidak dirundung awan hitam lagi. Melainkan kupu-kupu yang bertebangan di langit-langit hatinya. Berlebihan memang. Tapi seperti itulah kondisi manusia saat mengalami jatuh hati. Namun sayangnya, lelaki itu masih belum sadar kalau dirinya sedang jatuh hati pada seorang gadis.
"Hai." sosok Lika dengan suara mendayu menyapa dari balik layar. Membuat Sam semakin mengembangkan senyumannya.
"Merindukanku, heh?" pertanyaan Sam yang to the point itu lantas membuat Lika tekesiap.
"Eh? Jangan harap. Aku pikir kau mati karena tiga hari belakangan kau tidak datang ke kampus." Lika tersipu. Sejujurnya saja, dia memang merindukan Sam. Buktinya saja pipinya merona dan tidak hilang selama beberapa detik ini saat Sam membuat panggilan video.
KAMU SEDANG MEMBACA
Precious
General FictionSamuel Soediro, pewaris tahta kerajaan mafia yang dipimpin langsung oleh Ayahnya. Nuraninya sudah sirna sejak kepergian Ibu dan kedua Kakaknya. Selalu memandang rendah orang lain, membuat orang lain selalu berada di bawah kakinya. Penikmat selangkan...