Bebby's is Being Kidnap

2.7K 146 12
                                    

Ronald sampai di kediaman Samuel setelah selesai dengan pembayaran para barang lelang pada Baim. Ia turun dari kuda besinya seperti biasa, melepas helmet dan berjalan bak peragawan. Kakinya yang panjang ia langkahkan masuk semakin dalam ke rumah istana itu. Tangannya merogoh ponsel saat ada notifikasi yang tertera di layar sentuh miliknya.

Emia;

Bebby diculik, Ron.
Received; 19.45

Ronald mengeratkan cengkramannya. Ternyata sahabatnya sudah sampai di sini terlebih dulu. Ia harus segera melihat kondisinya. Dengan langkah seribu, Ronald berjalan cepat menemui Samuel di kamarnya. Mencari tahu di mana ia sembunyikan sahabatnya, Bebby.

Tangan kokohnya mendorong gagang pintu, mendapati Samuel yang tengah tertidur pulas di atas ranjang. Kali ini dia sendiri, tidak ada pelacur yang menemaninya malam ini. Ya, mungkin itu diakibatkan karena dia begitu lelah menguntit Bebby seharian penuh hanya demi misi menculiknya.

Ronald berbalik lagi dari kamar, saat ia memutar badannya untuk mencari Ferdi atau Sadam, bocah ingusan itu bergumam pada Ronald. Membuat Ron menghentikan langkahnya.

"Dia ada di sebelah kamar si Tuli," gumamnya dari dekapan bantal.

"Oh, thanks."

"Hei! Kau harus menepati janjimu. Tentang gadis itu,"

Ronald meneguk liurnya. Ia melirik dari celah bahunya dan hanya menjawabnya dengan anggukan kecil. Ia pun menyeret kaki-kaki yang terbalut jeans hitam itu menuju kamar di mana Bebby disekap. Tangan kokohnya membuka pintu kayu bercat putih gading, menampakkan ruangan kamar tidur yang berpencahayaan minim.

Di sana, di sudut ruangan, wanita yang tengah memeluk lututnya sendiri. Membenamkan wajahnya di antara tulang lututnya, ia tertunduk. Ronald menutup pintu dan berhasil membuat Bebby mendongakkan kepalanya. Matanya nanar, tetesan air mata yang membanjiri wajahnya kini telah kering. Matanya sembab, bibirnya bergetar kecil. Ketakutan jelas tersirat di kerlingannya. Dan lagi hantaman yang dilayangkan Samuel tepat membuat mata wanita itu lebam.

"Ron..." ucap wanita itu lirih.

Ronald menghampiri dan duduh tepat di sisi Bebby, ia memeluk wanita itu dan membiarkan sahabatnya menangis dalam ceruknya. Dadanya yang bidang pun kini sudah basah karena air matanya.

"Keluarkan aku dari sini, Ron, kumohon," nada suaranya bergetar, bibirnya gemetar tak keruan.

Ronald mendesah berat, ia memijat pangkal hidungnya tatkala mendadak godam perasaan dilema menghantam perasaan terkecilnya.

"Alee, kau harus dengarkan aku. Orang-orang di sini memiliki perangai licik dan tidak manusiawi, termasuk aku, Alee. Terlebih Samuel dan Ayahnya-"

Ada jeda beberapa detik yang mengisi ruang di antara mereka.

"Jika kau ingin selamat, maka kau harus mendengarkan perkataanku, Alee. Setelah ini mungkin Brata akan menemuimu dan memintamu untuk menyuruh Alfian melepas tanah itu, Brata benar-benar akan menyakitimu kalau kau tidak menurut. Tapi sebaliknya, kau akan selamat jika Alfian mau melepas tanah itu untuk Brata."

Bebby menggeleng, air matanya kembali tumpah dan ia tertunduk lagi. Bebby lemah, pun takut setengah mati. Fikirannya melayang pada pribumi di tanah Kalimantan. Mereka akan kehilangan apa yang menjadi sumber rezeki mereka. Mereka bisa kelaparan. Apa yang bisa diharapkan dari orang pribumi itu untuk mendapat sesuap nasi dan menghidupi keluarganya? Kalau satu-satunya mata pencarian mereka direnggut dan diubah menjadi lahan prostitusi dan tempat penyelundupan?

PreciousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang