Chapter 6

206 28 2
                                    

Saat hari menjelang sore, aku pamit pulang.

"Makasih untuk tumpangannya," aku membungkuk lalu pulang.

"Iya. Sering-sering main ke sini ya, Oyame!" ucap kakaknya Todoroki yang perempuan.

"Baiklah. Dah."

Todoroki's P.O.V

Yah. Dia sudah pulang ya? Kamarku jadi sepi lagi deh.

"Shouto," panggil kakaknya.

"Hmm?"

"Kamu suka Oyame ya?"

"Eh? Apa maksudnya, Kak?" wajahku mungkin sedang memerah.

"Kamu punya perasaan terhadapnya kan?"

"Ti-tidak koq."

Semoga dia tidak melihat wajahku. Apa aku punya perasaan terhadapnya? Ah tidak mungkin. Mungkin kita hanya sekedar berteman.

"Aku benar ya Shouto?" goda kakaknya sambil menyenggol pundak Todoroki.

"Hentikan! Ayo, kita masuk. Kita seperti apa saja mengobrol di depan pintu," aku langsung masuk tanpa menghiraukan kakakku.

Aku masuk ke dalam kamar dan membaringkan tubuhku di ranjang.

"Kamu punya perasaan terhadapnya?" gumamku sendiri.

Hish. Kenapa aku jadi memikirkan ucapan kakak bodohku? Tidak mungkin ada yang seperti itu diantara kami. Tapi bisa saja sih...

"Argh!" aku membenamkan mukaku ke bantal. Frustasi.

Back to normal

Sudah cukup jauh aku melangkah dari rumah Todoroki. Saat berjalan, ada 3 penjahat yang mencegatku. Mereka berkata kalau aku harus ikut dengan mereka ke suatu tempat. Bisa kulihat mereka adalah penjahat.

"Maaf, tapi aku sedang pulang. Bisakah kau minggir?" aku tidak menatap mereka dan melihat ke arah lain.

"Shirigaki menyuruh kami membawamu ke tempatnya," kata orang berbadan besar dan mukanya ditutup pakai masker.

"Shirigaki?" tanyaku.

"Jangan banyak bertanya dan cepat ikut dengan kami!" sekarang orang yang berbadan pendek itu menudingkan jarinya ke arahku.

"Iya. Cepat tangkap dia!" sahut orang yang lain.

Mereka mulai menyerang. Yang kulakukan hanyalah menghindar. Aku tidak mau membuang waktuku dengan penjahat seperti ini.

Yang berbadan besar ini cukup merepotkan. Akan aku habisi dia dulu.

Aku membuat ranjau sekitar orang itu. Jarak ranjaunya hanya sekitar 1 meter.

"Bergerak sedikit, kau langsung menjadi debu," ucapku sambil terus menghindari serangan dari kedua penjahat yang tersisa.

"Kau pikir aku takut dengan yang seperti ini? Dasar anak kecil! Jangan remehkan aku!" teriaknya. Dan ternyata dia masih bisa menahan serangan ranjauku.

"Tch."

"Anak sepertimu mana mungkin menang melawan kami? Cepat menyerah dan ikut kami pergi ke tempatnya!" teriak orang tang berbadan pendek sambil menyerang dengan berbagai pisau kecil.

Dia cepat!

Sebelum aku bisa berpikir, pisaunya menggores pipi kiriku.

"Ukh."

Aku berhenti sebentar karena mereka sedang mengolok-olokku. Aku mengusap darah yang ada di wajahku. Lalu kutatap mereka dengan tajam. Aku berteleportasi ke belakang penjahat yang paling lemah dan melemparkannya ke arah penjahat berbadan kecil. Mereka berdua terlempar.

Dream and Fact Become One [Todoroki Shouto x OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang