Chapter 2

317 36 5
                                    

Beberapa hari kemudian hasil dari test kemarin datang melalui surat.

Tok tok tok

"Ada kiriman surat dari sekolah YUUEI!"teriak seseorang dari luar.

"Ya.. tunggu sebentar..," sahutku dari dalam.

Aku mengusap air mataku. Saat itu aku sedang memotong bawang merah. Mataku perih sekali. Aku berjalan ke luar dan mengambil surat itu. Aku membukanya di dalam kamar. Saat kubuka kulihat didalamnya ada sebuah benda. Aku keluarkan benda itu dan meletakannya di atas meja belajar. Benda itu seperti TV hologram. Dari hasil test kemarin aku mendapatkan peringkat ke 3.

Hasilnya melebihi dugaanku. Aku tak mengira akan sebaik ini.

Aku meyimpan benda itu didalam laci. Aku pun melanjutkan kegiatanku yang sempat tertunda. Masak sesuatu yang bisa kumakan.

(Esok harinya disekolah)

"Kelas 1-A? Di mana itu?"gumamku sambil berlari di lorong.

"Oh.. OIIII yang ada disana!! Tunggu dong!"

Aku mendengar suaranya tapi aku tidak menoleh. Aku kira bukanlah aku yang dipanggilnya. Aku terus berlari kecil di sepanjang lorong itu.

"Hey!"

Sebuah tangan mendarat di pundakku. Aku menoleh dan menemukan anak berambut coklat dan bermata coklat pula yang sedang kehabisan nafas.

"Hih. Ampun deh. Sudah kupanggil tapi tetap saja lari."ucapnya tersenggal-senggal.

"Oh. Maaf,"kataku.

"Kau tahu di mana kelas 1-A?"tanyanya.

"Tidak. Aku sedang mencarinya juga,"jawabku tanpa melihat mukanya.

"Ah itu! Kelasnya ada di sana!"teriaknya.

"Iya,"jawabku singkat.

Kami tiba di kelas itu. Aku duduk dibelakang kursi yang kosong. Paling belakang.

Di kelas ini ada 21 orang ya?

Lalu ada anak laki-laki yang rambut maupun pupil mata berbeda warna. Dia duduk didepanku.

Sepertinya dia tipe pendiam sama sepertiku. Aneh ya. Banyak yang tidak kuketahui di dunia luar.

Kami mulai belajar seperti sekolahan biasa. Aizawa sensei, guru kami, mengajar dengan sangat membosankan. Aku nyaris tidur saat itu. Tapi anak setengah-setengah didepanku membangunkan aku.

"Oi,"panggilnya.

"Mm..?"balasku.

"Kita disuruh ke lapangan,"katanya.

"Oh.. makasih sudah kasih tahu,"kataku sambil bangun dari kursi dan berjalan ke lapangan.

(Time skip)

Di lapangan, kami bersiap untuk melakukan test. Anak yang bernama Bakugou menjadi yang pertama. Lempar bola. Ia melempar sejauh 705.2 m. Lalu satu persatu melakukannya juga. Sekarang giliranku. Aku hanya menggunakan dark. Kuledakkan bola itu sejauh mungkin.

"705.1 m. Baiklah selanjutnya!"katanya dengan nada membosankan.

Selanjutnya kami melakukan test yang lain. Dan akhirnya beres. Aku mendapatkan urutan ke 4.

(Jam makan siang)

Sebenarnya aku tidak lapar. Tapi kuusahakan untuk memakan sesuatu. Dan kulihat ada yang meningkatkan selera makanku. Dan hanya tinggal 1 porsi lagi.

"Soba dingin," kataku bersamaan dengan anak setengah-setengah.

Kami bertatapan kaget. Aku memalingkan muka dan tidak jadi memesan soba dingin.

"Kamu makan saja sobanya. Aku tidak bernafsu makan,"kataku.

"Kamu yakin?"katanya.

"Ya. Makan saja,"jawabku.

"Ya sudah. Terima kasih. Oh ya. Namamu siapa?"tanyanya sebelum membawa soba dinginnya ke mejanya.

"Oyame Tsunaki. Kamu sendiri siapa?"tanyaku.

"Todoroki Shouto,"jawabnya.

Dengan tanpa melihatnya aku melangkah ke meja kosong yang terletak di ujung.

"Mau makan bersama?"tanyanya lagi.

Aku melihat ke atas karena aku sedang duduk sedangkan dia sedang berdiri.

Aku kira anak ini sudah berjalan ke mejanya? Lalu kenapa ia kesini?
Mengapa anak ini terus menanyaiku? Bukankah dia punya pekerjaan lain?

"Jadi mau gak?"Todoroki bertanya sekali lagi karena aku bengong sejenak sambil menatapnya.

"Ah.. ya. Mau dimana? Lagian aku gak akan makan koq,"kataku.

"Di sana,"tunjuknya.

"Hyuuh. Baguslah bukan tempat yang ramai,"desahku.

Todoroki berjalan mendahuluiku.

Kami makan dalam keheningan. Sampai akhirnya keheningan itu pecah karena anak berambut coklat yang tadi pagi kutemui.

"Hening sekali disini! Biar kupanggilkan teman-temanku ya! Deku! Lida! Ayo makan disini yuk!"teriaknya.

"Uraraka! Jangan teriak di umum,"jawab Lida.

"Pelankan suaramu, Uraraka..,"jawab Midoriya.

Argh. Baguslah. Akan ada banyak orang disini. Aku benci keramaian. Mengapa orang senang berisik sih? Aku tidak habis pikir.

"Kalau kamu tidak nyaman kita bisa pindah ke meja lain,"ucapnya dengan datar.

Kurasa anak ini bisa membaca pikiranku ya.

Aku tertawa kecil. Melihat sikapnya itu.

"Tidak. Gak apa apa koq. Kamu juga merasa sepertiku ya?"tembalku.

"Huh,"dengusnya.

Akhirnya aku,Todoroki,Midoriya,Lida dan Uraraka makan di satu meja.

Aku tidak tahu ini benar atau tidak. Tapi sedari tadi Todoroki melihat ke arahku.

Mungkin hanya perasaanku saja? Sudahlah. Itu tidak penting. Tapi tetap saja aku penasaran ya...

--Maaaaaaaf... kepalaku pusing dengan kata-kata. Kucoba dipanjangkan lagi. Dukung aku terus ya..--

Dream and Fact Become One [Todoroki Shouto x OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang