9 - pacar(?)

480 23 44
                                        

Jalanan Bandung yang sedikit ramai membuat Adit tidak terlalu ngebut mengendarai motornya dan memilih sedikit memperlambat laju motornya.

"ka, kenapa ngambil jalan jauh? kan ada jalan pintasnya,"

"biarin. biar bisa lebih lama aja." ucapnya datar tetapi berhasil membuat nadine terdiam salah tingkah.

"hmm," gumam nadine sembari mengangguk anggukan kepalanya yang diyakini pasti ka adit tidak dapat melihat dan mendengarnya.

Keheninganpun menemani mereka sejenak sampai ka adit membuka pembicaraan lagi.

"gimana tadi?" tanya ka Adit memecahkan keheningan.

"apanya?" tanya nadine memajukan kepalanya sedikit kedepan karna tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang ka Adit bicarakan.

"tadi, penyeleksian, gimana penyeleksiannya lancar?" ucapnya sembari tetap berfokus kedepan pada jalan raya.

"ehh, iya sedikit lancar" nadine menyinyirkan wajahnya.

" 'sedikit'? kenapa emang? lo dimarahin sama si radhi?"

"semuanya kena marah, bukan marah sih, cuman bentakan lebih tepatnya. soalnya biar disiplin juga, sama biar kuat mental mungkin?" nadine berusaha menjelaskan, karena dia sendiri sadar memang harus di perlakukan seperti itu untuk calon OSIS bahkan untuk semua murid juga, agar mereka bisa lebih disiplin, dan tau aturan.

"iyah emang, itusih tujuannya. makanya siap gasiap, itulah konsekuensinya (masuk OSIS)," ucapnya mengingatkan. "Tapi lo gapapa kan?" Motor ka adit pun berhenti di lampu merah pertama, kemudian menoleh sedikit ke belakang, dengan ujung ekor matanya, berusaha melihat nadine dengan helm yang hanya menunjukan bagian matanya yang tampak hitam kecoklatan dan tatapan tegas.

"gapapa, cuman tadi emang ada satu dua orang yang nangis, cewe." ucapnya sembari mengingat ingat dan menghitung dengan jarinya siapa saja teman perempuan seangkatannya yang sampai dibuat menangis.

"hahahahaha," Adit pun tertawa. "Jadi penasaran gue si Radhi sama yang lainnya kalo negasin adik kelas kaya gimana," Adit yang sepertinya penasaran dan merasa lucu saat ada yang menangis karena di perlakukan tegas oleh Radhi yang notabennya dimata Adit adalah seorang teman kelas biasa, seperti yang lainnya dan tidak ada kelebihan apapun di mata Adit. Menyontek bersama, pernah satu hukuman yang sama dengan Adit tetapi hanya sesekali dan tidak sesering Adit.

"lumayan serem, gaada senyum senyumnya sama sekali," nadine bergidik ngeri membayangkan yang tadi dia alami sendiri.

"Dia soalnya kalo dikelas ga gitu" celetuk Adit membuat nadine menaikan alis nya bingung, tetapi juga penasaran.

"Emang ka Radhi kalo dikelas gimana?" Tanyanya memajukan sedikit wajahnya agar ucapannya terdengar ka Adit, dan ucapan ka Adit nantinya juga bisa didengar jelas oleh nadine. Namun saat dia bertanya sambil memajukan wajahnya, tidak sengaja dagunya menempel dengan keras di bahu ka Adit dan membuat dia bisa mencium parfum ka Adit didekat leher, yang wangi nya khas jika dibandingkan parfum cowo lainnya, yang baunya kadang berlebihan [segak]. Nadine pun kembali memundurkan wajahnya dan memilih mendengarkan ucapan ka Adit dari jarak yang sedikit jauh itu.

"Ehm, nanyain lagi si Radhi, benerkan suka?" tanyanya seperti tidak peduli dengan yang tadi, padahal di belakang nadine sudah sedikit salah tingkah.

"ih! Kan tadi ka Adit yang ngomong tentang ka Radhi" kesal Nadine karena dituduh kembali menyukai Radhi padahal dia hanya penasaran oleh ucapan Adit.

"hahaha, iyaiya"
"Si radhi kalo dikelas yah gitulah. kaya anak anak yang lain, pr aja kadang dia nyontek. Gaada bedanya." Ucap Adit kemudian mengendarai lagi motornya karena sudah lampu hijau.

You're My Bad SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang