Nuna, I Love You....

3K 273 87
                                    

Sejak kecil Jimin adalah anak yang manja dan juga menggemaskan, dan Kang Seulgi wanita yang lebih tua darinya tiga tahun itu selalu menjaga dan menjadi keluh kesal Jimin setiap saat, di saat Jimin yang masih polos dan belum mengetahui apa-apa di usianya yang masih di bilang bocah oleh Seulgi, bahkan panggilan itu masih berlaku sampai dia memasuki bangku Sekolah menengah atas.

Jimin menatap malas Seulgi yang tengah tersenyum pada benda pipih berbentuk persegi yang selalu wanita itu bawa.

"Kau menakutiku nuna, senyuman mu itu sungguh menakutkan"

Bukannya marah, Seulgi malah tertawa, "kau itu masih bocah, jadi tidak tau rasanya berkirim pesan dengan seseorang yang spesial"

Jimin kesal, sangat kesal. Dia sebal, kalau Seulgi sudah memegang ponsel, dia selalu saja terlupakan, dan sial bagi lelaki yang menyandang sebagai kekasih dari wanita yang di idam-idamkannya itu.

"Nuna, aku lapar. Bisa buatkan makanan untukku?"

Seulgi menatap Jimin sebal, dan yang di tatap hanya menatap wanita it dengan wajah super polosnya, membuat Seulgi tak tahan untuk mecubit pipi dan mencium pipi tembem lelaki yang masih di anggapnya bocah itu, dan salah baginya karena melakukan hal itu pada anak remaja yang sudah merasakan yang namanya cinta. Jimin masih tak bergeming, jantungnya seperti habis berlari maraton, berdetak sangat brutal, dia bahagia, pipinya bahkan sampai memerah saking senangnya. Tangannya bergerak untuk menyentuh dadanya, dimana jantungnya berada.

"Kau membuatku gila Nuna.."

Jimin menatap Seulgi yang tengah berkutak dengan alat masaknya di dapur milik wanita itu. Ya, Jimin sangat sering datang ke apartemen Seulgi, sekedar untuk menghilangkan rasa rindunya dan itu hampir setiap hari. Bahkan kekasih Seulgi, Park Chanyeol selalu mengomel tidak jelas saat Jimin berada di rumah kekasihnya, dia jadi tak bisa melakukan hal romantis bersama Seulgi, gara-gara Jimin yang sudah dianggapnya bocah tengik si pengganggu selalu datang setiap hari mendahului kehadirannya sebagai sang kekasih, namun itulah rencana Jimin, dia tidak mungkin membiarkan wanita kesayangannya berduaan dengan lelaki kardus seperti Chanyeol, tidak akan pernah. Dia tidak bodoh untuk mengetahui mana lelaki yang baik dan mana yang buruk, dan yang baik salah satunya adalah dia sendiri.

"Cha, makanlah! Nuna hanya membuatkanmu ramyeon, bahan masakan Nuna habis"

Jimin menggangguk dengan penuh semangat, "itu tidak masalah, asalkan Nuna yang memasaknya, aku akan menyukainya"

Seulgi tersenyum, tangannya bergerak mengelus rambut coklat nan halus remaja di hadapannya yang selalu di anggapnya bocah, bahkan dia masih ingat saat Jimin memintanya untuk menemani lelaki itu ke kamar mandi saat masih sekolah dasar, hanya karena Jimin takut gelap dan kamar mandi miliknya saat itu tengah di renovasi, jadi lampunya terpaksa di matikan.

"Jiminku sudah besar ya, kau sekarang makin tampan saja"

Jimin yang tengah meneruput mie miliknya berhenti, matanya menatap wanita cantik yang berada di hadapannya tengah setia mengelus lembut rambutnya.

"Pasti banyak yang ingin menjadi kekasihmu, aku tidak sabar saat kau memperkenalkan siapa gadis beruntung yang mendapatkan hatimu kelak"

'Kau Nuna...kaulah orangnya'

Jimin meletakkan ramnyeon miliknya ke atas meja, dia mengangkat tangannya untuk menggapai tangan halus wanita yang di cintainya itu.

"Nuna"

"Hmm, kenapa berhenti makan?"

"Dapatkah Nuna merasakanya?" Jimin berucap dengan lirih.

Seulgi menatap Jimin bingung, pasalnya baru sekarang lelaki itu memasang wajah super seriusnya pada Seulgi.

"Merasakan apa Jim?"

Mendengar itu Jimin menurunkan tangannya perlahan, beserta tangan Seulgi yang saat ini berpindah ke genggamannya.

"Tidak ada apa-apa, aku ngantuk Nuna, ayo kita tidur!" Jimin berucap dengan nada manjanya, namun di dalam hati dia sungguh tak bisa menahannya, itu sungguh sakit saat wanita yang kalian cintai malah menyuruh kalian untuk membawa wanita lain yang harusnya adalah wanita itu sendiri.

Seulgi terkekeh karena Jimin nya yang manja telah kembali.
"Baiklah, Ayo kita tidur, lagipula besok kau juga tidak sekolah kan"

Jimin beranjak dari duduknya dan memeluk Seulgi dari belakang, lengan kanannya dengan apik melingkar di sekitar bahu Seulgi, kepalanya ia sembunyikan di ceruk leher wanita itu, menghirup wangi tubuh yang menguar tak ayal membuatnya candu, dan meningkatkan gairah prianya, dan Seulgi yang polos masih menganggap hal itu wajar, saat Jimim memperlakukannya seperti itu.

"Tidur sama Nuna"

Seulgi tertawa, "iya, tidur denganku, ayo!"

Jimin mengikuti Seulgi yang berdiri, tapi tidak melepaskan pelukan tangannya di leher wanita itu, "Jim, bisa lepaskan Nuna, aku susah berjalan" Seulgi menegur dan yang di tegur hanya terkekeh di belakang.

"Aku mau lepas, tapi nanti kalau tidur, Nuna harus memeluk dan menciumku"

"Eoh, Nuna akan melakukannya, itu juga sudah biasa bagimu saat menginap di sini, sudahlah lepaskan Nuna"

Seulgi memang sering memanjakkan Jimin dengan mencium keningnya sebelum dia memeluk lelaki itu saat tidur sampai pagi menjelang, namun kali ini, bukan ciuman itu yang Jimin inginkan, dia ingin yang berbeda. Sangat ingin!

Posisi mereka masih dalam keadaan berdiri dengan Jimin yang memeluk Seulgi dari belakang, namun bedanya, pelukan itu kini makin terasa erat untuk Seulgi.

"Cium dulu"

Jimin memajukan kepalnya kedepan dan menyodorkan pipinya yang halus, membuat Seulgi yang merasa gemas pun dengan cepat menciumnya. Namun bukan pipi yang di dapatnya namun sebuah benda kenyal yang saat ini secara perlahan melumat bibirnya sekakin dalam, dan Jimin lah dalangnya, kepalanya langsung berbalik ke arah bibir Seulgi dan saat mendapat kecupan singkat itu, tak dapat untuk di sia-siakan olehnya, dia langsung melahap bibir wanita yang di cintainya itu, sungguh kejadian yang tak pernah Seulgi sangka sepanjang hidupnya.

Bibirnya terus di lumat oleh Jimin, bahkan lidah dari anak lelaki yang menurutnya masih bocah itu terus menjilat bibir luarnya, mengetuk bilah bibirnya agar terbuka, dan tak perlu susah untuk membukannya, karena tanpa sadar Seulgi membalas ciuman itu dengan membuka bibirnya lebar, memberikan akses pada lidah Jimin untuk mengajaknya bertarung. Hangat. Itulah yang ia rasakan saat bibir lelaki yang lebih muda itu melumat habis bibirnya dan rasa itu bertambah saat tubuhnya kini di dorong ke tembok dengan pelan, membuatnya langsung tersadar dan mendorong pelan bahu Jimin. Matanya perlahan terbuka, setelah tadi sempat tertutup karena sensasi yang dialaminya dari ciuman hebat yang di berikan dari seorang bocah lelaki.

Jimin yang di dorong pun melepaskan ciumannya, dengan bibir yang mengambang meminta lebih.

Satu kecupan Jimin layangkan ke bibir wanita yang kini telah bengkak karena ulahnya, sebelum kata yang amat sangat kramat bagi sang wanita dia layangkan.

"Nuna...I Love You"




-tbc or fin

Mau di lanjut atau berhenti di sini aja?

Vonment nya di tunggu guys..

-thanks💞

SeulMin Collection (Oneshoot Or Twoshoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang