Aku Bahagia, Ketika Kau Ada

738 34 5
                                    

Oleh: titizkyla
Ide Cerita: 3

'Ketika orang lain menatapku penuh kebencian, hanya kau satu-satunya orang yang menatapku penuh cinta'

-Kinara Zahrina Winatama

'Aku tidak akan membiarkan mereka menyakitimu. Jika mereka menyakitimu akan ku pastikan mereka akan mati dengan cara yang mengenaskan'

-Keenan Devario Prasetya

Kinara berjalan dengan frustasi menuju ujung atap gedung dengan 10 lantai itu. Tatapan matanya kosong, ia tidak memedulikan teriakan guru dan teman-temannya dibawah sana.

Satu langkah lagi Kinara melangkah, ia akan jatuh kebawah dan dapat dipastikan nyawanya tidak akan selamat. Tinggal satu langkah lagi dan semuanya akan selesai, batinnya.

"Untuk apa aku hidup jika semua orang membenciku? Selamat tinggal dunia," ucap Kinara lalu melangkah maju, semua orang berteriak histeris menyaksikan kejadian itu.

---

"Apakah, aku sudah mati? Mengapa, semuanya terlihat serba putih?" Gumam Kinara.

"Iya, lo udah mati! Puas lo buat gue jantungan?! Mau lo itu apasih, Ra?!" Sahut seseorang tiba-tiba.

"Aku masih hidup? Bukankah, tadi aku sudah jatuh kebawah?" Kinara terlihat bingung dengan apa yang di ucapkan Bella.

"Iya, tadi lo emang hampir jatuh. Tapi, lo mundur lagi terus lo pingsan deh! Sumpah lo berhasil buat semua orang jantungan tau gak! Salut gue sama lo, Ra." Bella menatap Kinara sinis.

'Mundur? Bahkan aku terus melangkah maju. Apa ada yang menyelamatkanku? Tapi, bukankah aku sendirian diatas tadi? Lalu, siapa orang yang telah menyelematkanku?' , berbagai macam pertanyaan memenuhi pikiran Kinara.

"Ra?" Kinara tidak menghiraukan panggilan Bella.

"Kinara?" Panggil Bella lagi dengan nada yang sedikit tinggi.

"KINARA ZAHRINA WINATAMA!" Teriakan Bella membuyarkan lamunan Kinara.

"Ha? Kenapa, Bel? Ada apa?" Jawab Kinara gelagapan.

Bella memutar bola matanya malas lalu menatap tajam kearah Kinara.
"Lo yang kenapa?! Gue udah manggil lo tiga kali dan lo baru nyahut di panggilan yang ketiga. Ra, kalau lo ada masalah ceritain aja ke gue. Gue pasti dengerin cerita lo kok, dan bantuin buat nyelesaiin masalah lo itu. Ra, lo masih nganggep gue sahabat gak sih?!" Gerutu Bella kesal.

"Bel, aku gak mau ngerepotin kamu lagi. Aku udah terlalu banyak nyusahin kamu, kamu udah terlalu baik sama aku. Bel, tolong kamu jangan salah paham, aku masih nganggep kamu sahabat kok. Tapi---" ucapan Kinara terpotong.

"Tapi, apa Ra?! Emang dengan cara lo diem dan mendem masalah lo sendiri, terus tiba-tiba bunuh diri, semuanya akan selesai gitu aja? Gak, Ra! Lo malah bikin gue nambah susah tau gak! Apa yang bakalan gue bilang ke orang tua lo nantinya?" Kinara tertawa miris mendengar ucapan Bella barusan.

"Orang tua? Apa mereka masih memedulikan aku? Bahkan, mereka sudah sibuk dengan keluarganya yang baru. Semuanya udah berakhir! Aku memang masih hidup secara fisik. Tapi, secara batin aku udah mati! Aku benci mereka! Aku tak ingin melihat wajah mereka lagi! Aku ingin mati saja!" Sahut Kinara.

"Ra, terkadang lo harus meluapkan apa yang ada dipikiran lo dan juga di hati lo. Jangan sok kuat, kalo pada intinya lo itu lemah. Jangan juga terlalu serius, nanti lo bisa gila," ucapan Bella membuat Kinara tertegun.

'Kamu benar, Bel. Aku memang berpura-pura kuat selama ini, sampai aku lupa kalau pada intinya aku terlalu lemah."  Batin Kinara miris.

"Udah, lo gak usah pikirin apa yang gue omongin tadi. Intinya gue sayang lo, Ra! Gue gak mau kehilangan lo!" Ucap Bella lalu memeluk Kinara.

Penyakit MentalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang