Terengah-erah di antara kesadarannya. Gadis itu mulai meredup, kedua matanya mulai terpejam karena tidak sanggup menahannya lagi.
Pasrah dengan apapun yang akan terjadi padanya setelah ini. Mungkin balasan baginya yang begitu sering memfitnah dan men-zhalimi lelaki yang selama ini menjaganya.
Ingatannya berputar pada lelaki itu. Menyebut namanya dalam hati. Kedua irisnya kembali meneteskan air mata.
"Riva... " Akhirnya dia mampu menyebutnya bersusah payah. Membisikkan pelan berharap dia datang meskipun tidak mungkin. Kedua matanya terpejam tanpa tahu lelaki yang berada di atasnya menyeringai kejam.
Merasakan tubuh itu tidak bereaksi lagi. Dia berdecak, semudah itu gadis tersebut menyerah dan kehilangan kesadaran.
Bukan seperti ini yang diinginkan. Dia ingin gadis itu setengah sadar dan merasakan apapun yang dilakukannya.
Menghancurkannya. Menghancurkan dia. Dan menghancurkan mereka.
Sejak lama dia menunggu, kesabaran selalu berbuah manis. Sekarang dia merasakannya.
"Hentikan, DAMIAN!!!"
Lelaki itu menoleh, menyeringai kejam dan beranjak dari tubuh gadis tanpa berdaya tersebut. Pakaian terusan yang digunakannya sejak pagi tidak beraturan lagi. Sebagian tubuhnya tersingkap karena lelaki itu merobek sedikit demi sedikit dengan pisau kecil di tangannya. Digunakan untuk menyanyat-nyanyat wajah gadis itu untuk menyempurnakan penyiksaan.
Tetapi semua tertunda. Dia kedatangan tamu yang tidak di undang menerobos kamar hotelnya.
"Akhirnya kamu datang, saudaraku!" Senyum iblis kembali tercetak di wajah aslinya. "Kamu menginginkannya sedalam itu? Aku tidak percaya!" Dia berdecak. "Sudah bosan dengan pelacur-pelacurmu itu? Kamu terobsesi ingin gadis manja dan menyebalkan seperti dia?"
Kedua tangan lelaki di depannya terkepal kuat sehingga ruas-ruas jemarinya memutih. "Jangan mengganggunya. Dia tidak ada di antara masalah kita!"
Memainkan pisau kecil tersebut dan kembali terkekeh. "Aku tidak buta, saudaraku! Kamu mencintainya melebihi nyawamu sendiri! Tentu saja ada kaitannya dengan kita. Kamu sendiri yang melibatkannya dengan perasaan bodoh yang kamu pendam selama ini!!"
"Diam!!!"
Sekarang dia menunjukkan wajah terkejut. "Oh! Kamu tidak menyangka aku mengetahui apa yang kamu lakukan selama ini?"
Lelaki bertubuh lebih besar itu semakin emosi. Menerjang lelaki yang terlihat santai dengan pisau kecilnya.
Memberikan bogem hingga dia tersungkur dan sudut bibirnya robek.
Namun itu tidak seberapa. Dia terkekeh dan mengelap darah yang mengalir di bibirnya.
"Aku sudah mencecap bibirnya..." Dia kembali menaburkan batu di atas bara. "Menyentuh kulitnya..." Senyumnya semakin mengembang. "Bagaimana kalau aku merobek sedikit wajahnya setelah merusaknya? Bukankan hal itu sangat menakjubkan? Keluarganya syok dan hancur! Terutama kamu, saudaraku!"
Tidak tahan dengan umpan yang semakin membakarnya. Lelaki itu kembali menerjang. Meninju, menendang dan menyikut perutnya.
Tubuh lelaki kejam itu terkuali lemah. Sama sekali tidak membalas terjangan dari lelaki emosian tersebut. Kekehannya tetap terdengar santai.
"Aku akan mengirimmu ke neraka!!" Kepalan tangannya melayang hampir mengenai wajah lelaki itu.
Tetapi dia mulai marah. Menangkup kepalan tangan tersebut dan menendang perutnya.
Pertarungan sengit itu saling membaku hantam. Berusaha saling melumpuhnya meskipun wajah dan tubuh masing-masing mulai lebam-leban dan mengeluarkan percikan darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Give Me Love [SHIC #2] [DREAME)
Teen FictionSequel of (S)He Is Crazy #1 Riva tidak percaya akan cinta. Baginya cinta hanya sepenggal kata yang tiada berarti. Hidup Riva terlalu kelam sehingga kata romantis itu tak berharga baginya. Baginya, semua hanya tipuan belaka. Tak ada yang berkesesung...