Adel menghela nafas panjang. Sibuk memikirkan apa yang harus dilakukan untuk mengisi waktu luangnya.
Rasanya begitu bosan jika hanya menonton atau tidur saja. Dia sudah lama tidak repot lagi. Sehingga tidak terbiasa hanya bersantai menghabiskan waktu.
Adel beranjak dari sofa. Keluar dari apartemen dan memasuki apartemen di sampingnya.
Yah. Apartemen Riva. Cowok itu sejak tadi tidak keluar dari sana setelah menyediakan makan untuk gadis tersebut.
Adel tidak pernah masuk ke sana. Tidak penting. Namun kali ini dia penasaran apa saja yanh ada di sana.
Sehingga dengan rasa penasaran. Adel mengendap-endap memasukinya.
Menghela nafas lega. Pintu itu tidak dikunci. Adel mencibir, bisa-bisanya lelaki itu membiarkan kuncinya tidak terkunci.
Ada orang jahat baru tahu rasa!!
Pertama kali masuk ke dalam. Gadis itu sedikit kagum. Ruangan Riva lebih baik dari yang dia bayangkan.
Namun wajar jika melihat Riva selama ini. Lelaki rapi dan tentu saja rumahnya rapi.Adel berdecak. Mengapa dia sibuk memikirkannya?
Melangkah perlahan-lahan. Adel memicing. Menemukan satu titik yang membuatnya begitu penasaran.
Seperangkat alat komputer sedang menyala. Menampilkan gambar yang tidak asing baginya. Adel mendekat, dan kedua matanya melebar sempurna.
Dia terbata. Astaga... Apa itu?Adel menemukan gambarnya di sana. Beberapa pose dan bahkan ketika dia sedang tidur.
Apa-apaan ini?
Adel menyadari jika di seluruh ruangannya terpasang cctv. Dia memicing, lalu menganga. Menemukan alat perekam di pintu kamar mandi.
Dia hampir tersedak oleh air salivanya sendiri. Menghubungkan apa yang dilihat di depannya.
Selama ini Riva menguntitnya. Sehingga tahu apa yang terjadi pada gadis itu.
Riva memantau semua aktivitas Adel di seluruh ruangannya. Astaga..., lalu bagaimana ketika dia sedang mengganti pakaiannya?!
Adel selalu mengganti pakaiannya di kamar. Di walk in closet.
Amarahnya mencuat. Adel menggeram. Tetapi decitan pintu menyadarkannya. Dia heboh. Kebingungan hendak melakukan apa.
Akhirnya Adel berlari kecil. Bersembunyi di balik sofa. Mengintip dan menutup mulutnya.
Riva sepertinya baru selesai mandi. Menggosok-gosok kepalanya dengan handuk. Menuju meja dan meraih gelas yang mengepul. Menyeruput pelan, lelaki itu melangkah menuju jendela balkon.
Adel mengintip diam-diam. Riva hanya mengenakan celana training panjang. Tanpa mengenakan atasan apapun.
Rambut lelaki itu mulai memanjang, sehingga air di rambutnya lebih banyak.
Pandangan Adel membulat. Seluruh punggung Riva membuatnya sesak nafas.
Ukiran-ukuran yang di dominasi warna hitam itu menutupi seluruh punggungnya.
Astaga..., pencabut nyawa siapa yang merasuki Riva sebenarnya?!
Adel memekik. Keluar dari persembunyiannya. "Rivaaaaa..., di punggung lo apaan??" Teriaknya menggebu.
Riva terkejut. Dia menoleh dan melebarkan mata. Menemukan Adel sedang marah di samping sofa.
"Adel?!" Ucapnya tidak percaya.
"Punggung lo, astaga.... Lo nipu keluarga gue selama ini?!"
"Gimana cara kamu masuk?" Riva mengabaikan amatah gadis itu. Dia meletakkan gelasnya di pembatas balkon, lalu mendekat pada Adel.
Adel melebarkan mata, panik karena lelaki itu semakin mendekat. "Lo tetap di situ. Jangan bergerak!"
Dia merogoh kantongnya. Lalu menekan-nekan tombolnya.
Riva bergerak cepat mengejar gadis itu.
"Adel!"
Riva berhasil merampas handphonenya, tetapi gadis itu berlari lagi. Menghindar dari kejaran lelaki tersebut.
Dia memasuki sebuah ruangan dan menutup pintu.
Nafasnya terengah. Adel mengatur pernafasannya. Membiarkan Riva menggendor-gendor pintu dan meneriaki namanya.
***Jakarta, 20 Desember 2016
Njir kejar kejaran kek filem India 😂😂😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Give Me Love [SHIC #2] [DREAME)
Roman pour AdolescentsSequel of (S)He Is Crazy #1 Riva tidak percaya akan cinta. Baginya cinta hanya sepenggal kata yang tiada berarti. Hidup Riva terlalu kelam sehingga kata romantis itu tak berharga baginya. Baginya, semua hanya tipuan belaka. Tak ada yang berkesesung...